
Hukum
tentang Sihir dan Perdukunan/Paranormal Penulis: Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin
Baz (Buku Terjemah Risalah tentang Sihir dan Aqidah, 01 -
Juli - 2003, 00:54:20
Hukum Sihir Dan Perdukunan.
Segala puji
hanya kepunyaan Allah, shalawat dan salam semoga dilimpahkan
kepada junjungan umat, Nabi besar Muhammad Shallallahu 'alaihi
wa sallam, yang tiada lagi Nabi sesudahnya. Akhir-akhir
ini banyak sekali tukang-tukang ramal yang mengaku dirinya
sebagai tabib, dan mengobati orang sakit dengan jalan sihir
atau perdukunan. Mereka kini banyak menyebar di berbagai
negeri; orang-orang awam yang tidak mengerti sudah banyak
menjadi korban pemerasan mereka. Maka atas dasar nasihat
(loyalitas) kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan kepada
hamba-hambaNya, saya ingin menjelaskan tentang betapa besar
bahayanya terhadap Islam dan umat Islam adanya ketergantungan
kepada selain Allah dan bahwa hal tersebut bertolak belakang
dengan perintah Allah dan RasulNya.
Dengan memohon
pertolongan Allah Ta'ala saya katakan bahwa berobat dibolehkan
menurut kesepakatan para ulama. Seorang muslim jika sakit
hendaklah berusaha mendatangi dokter yang ahli, baik penyakit
dalam, pembedahan, saraf, maupun penyakit luar untuk diperiksa
apa penyakit yang dideritanya. Kemudian diobati sesuai dengan
obat-obat yang dibolehkan oleh syara', sebagaimana yang
dikenal dalam ilmu kedokteran.
Dilihat dari segi sebab
dan akibat yang biasa berlaku, hal ini tidak bertentangan
dengan ajaran tawakkal kepada Allah dalam Islam. Karena Allah
Ta'ala telah menurunkan penyakit dan menurunkan pula obatnya.
Ada di antaranya yang sudah diketahui oleh manusia dan ada
yang belum diketahui. Akan tetapi Allah Ta'ala tidak
menjadikan penyembuhannya dari sesuatu yang telah diharamkan
kepada mereka.
Oleh karena itu tidak dibenarkan bagi
orang yang sakit, mendatangi dukun-dukun yang mendakwakan
dirinya mengetahui hal-hal ghaib, untuk mengetahui penyakit
yang dideritanya. Tidak diperbolehkan pula mempercayai atau
membenarkan apa yang mereka katakan, karena sesuatu yang
mereka katakan mengenai hal-hal yang ghaib itu hanya
didasarkan atas perkiraan belaka, atau dengan cara
mendatangkan jin-jin untuk meminta pertolongan kepada jin-jin
tersebut sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Dengan cara
demikian dukun-dukun tersebut telah melakukan
perbuatan-perbuatan kufur dan sesat.
Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan dalam berbagai
haditsnya sebagai berikut :
"Imam Muslim
meriwayatkan dalam kitab 'Shahih Muslim', bahwasanya
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
'Barangsiapa mendatangi 'arraaf' (tukang ramal)) kepadanya,
tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh
hari."
"Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau
bersabda:'Barangsiapa yang mendatangi kahin (dukun)) dan
membenarkan apa yang ia katakan, sungguh ia telah kafir
terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad Shallallahu
'alaihi wa sallam." (HR. Abu Daud).
"Dikeluarkan
oleh empat Ahlus Sunan dan dishahihkan oleh Al-Hakim dari Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan lafazh: 'Barangsiapa
mendatangi tukang ramal atau dukun dan membenarkan apa yang ia
katakan, sungguh ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan
kepada Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam."
"Dari Imran bin Hushain radhiallahu anhu, ia
berkata: 'Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
'Bukan termasuk golongan kami yang melakukan atau meminta
tathayyur (menentukan nasib sial berdasarkan tanda-tanda
benda,burung dan lain-lain),yang meramal atau yang meminta
diramalkan, yang menyihir atau meminta disihirkan dan
barangsiapa mendatangi peramal dan membenarkan apa yang ia
katakan, maka sesungguhnya ia telah kafir terhadap wahyu yang
diturunkan kepada Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam."(HR.
Al-Bazzaar,dengan sanad jayyid).
Hadits-hadits yang
mulia di atas menunjukkan larangan mendatangi peramal, dukun
dan sebangsanya, larangan bertanya kepada mereka tentang
hal-hal yang ghaib, larangan mempercayai atau membenarkan apa
yang mereka katakan, dan ancaman bagi mereka yang
melakukannya.
Oleh karena itu, kepada para penguasa
dan mereka yang mempunyai pengaruh di negerinya masing-masing,
wajib mencegah segala bentuk praktek tukang ramal, dukun dan
sebangsanya, dan melarang orang-orang mendatangi mereka.
Kepada yang berwenang supaya melarang mereka melakukan
praktek-praktek di pasar-pasar, mall-mall atau di
tempat-tempat lainnya, dan secara tegas menolak segala yang
mereka lakukan. Dan hendaknya tidak tertipu oleh pengakuan
segelintir orang tentang kebenaran apa yang mereka lakukan.
Karena orang-orang tersebut tidak mengetahui perkara yang
dilakukan oleh dukun-dukun tersebut, bahkan kebanyakan mereka
adalah orang-orang awam yang tidak mengerti hukum, dan
larangan terhadap perbuatan yang mereka lakukan.
Rasulullah 'Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
telah melarang umatnya mendatangi para peramal, dukun dan
tukang tenung. Melarang bertanya serta membenarkan apa yang
mereka katakan. Karena hal itu mengandung kemungkaran dan
bahaya besar, juga berakibat negatif yang sangat besar pula.
Sebab mereka itu adalah orang-orang yang melakukan dusta dan
dosa.
Hadits-hadits Rasulullah tersebut di atas
membuktikan tentang kekufuran para dukun dan peramal. Karena
mereka mengaku mengetahui hal-hal yang ghaib, dan mereka tidak
akan sampai pada maksud yang diinginkan melainkan dengan cara
berbakti, tunduk, taat, dan menyembah jin-jin. Padahal ini
merupakan perbuatan kufur dan syirik kepada Allah Subhanahu wa
Ta'ala. Orang yang membenarkan mereka atas pengakuannya
mengetahui hal-hal yang ghaib dan mereka meyakininya, maka
hukumnya sama seperti mereka. Dan setiap orang yang menerima
perkara ini dari orang yang melakukannya, sesungguhnya
Rasulullah 'Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berlepas
diri dari mereka.
Seorang muslim tidak boleh tunduk
dan percaya terhadap dugaan dan sangkaan bahwa cara seperti
yang dilakukan itu sebagai suatu cara pengobatan, semisal
tulisan-tulisan azimat yang mereka buat, atau menuangkan
cairan timah, dan lain-lain cerita bohong yang mereka lakukan.
Semua ini adalah praktek-praktek perdukunan dan
penipuan terhadap manusia, maka barangsiapa yang rela menerima
praktek-praktek tersebut tanpa menunjukkan sikap penolakannya,
sesungguhnya ia telah menolong dalam perbuatan bathil dan
kufur.
Oleh karena itu tidak dibenarkan seorang muslim
pergi kepada para dukun, tukang tenung, tukang sihir dan
semisalnya, lalu menanyakan kepada mereka hal-hal yang
berhubungan dengan jodoh, pernikahan anak atau saudaranya,
atau yang menyangkut hubungan suami istri dan keluarga,
tentang cinta, kesetiaan, perselisihan atau perpecahan yang
terjadi dan lain sebagainya. Sebab semua itu berhubungan
dengan hal-hal ghaib yang tidak diketahui hakikatnya oleh
siapa pun kecuali oleh Allah Subhanahhu wa Ta'ala.
Sihir sebagai salah satu perbuatan kufur yang
diharamkan oleh Allah, dijelaskan di dalam surat Al-Baqarah
ayat 102 tentang kisah dua Malaikat:
Dan mereka
mengikuti apa yang dibaca oleh syetan-syetan pada masa
kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu
mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak
mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia
dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri
Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan
(sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan:"Sesungguhnya
kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir'.
Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang
dengan sihir itu mereka dapat menceraikan antara seorang
(suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak
memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali
dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi
mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi,
sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang
menukarkan ayat (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah
baginya keuntungan di Akhirat, dan amat jahatlah perbuatan
mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka
mengetahui."(Al-Baqarah:102)
Ayat yang mulia ini juga
menunjukkan bahwa orang-orang yang mempelajari ilmu sihir,
sesungguhnya mereka mempelajari hal-hal yang hanya
mendatangkan mudharat bagi diri mereka sendiri, dan tidak pula
mendatangkan sesuatu kebaikan di sisi Allah Subhanahu wa
Ta'ala. Ini merupakan ancaman berat yang menunjukkan betapa
besar kerugian yang diderita oleh mereka di dunia ini dan di
Akhirat nanti. Mereka sesungguhnya telah memperjualbelikan
diri mereka dengan harga yang sangat murah, itulah sebabnya
Allah berfirman :
"Dan alangkah buruknya perbuatan
mereka menjual dirinya dengan sihir itu, seandainya mereka
mengetahui."
Kita memohon kepada Allah kesejahteraan
dan keselamatan dari kejahatan sihir dan semua jenis praktek
perdukunan serta tukang sihir dan tukang ramal. Kita memohon
pula kepadaNya agar kaum muslimin terpelihara dari kejahatan
mereka. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan
pertolongan kepada kaum muslimin agar senantiasa berhati-hati
terhadap mereka, dan melaksanakan hukum Allah dengan segala
sangsi-sangsinya kepada mereka, sehingga manusia menjadi aman
dari kejahatan dan segala praktek keji yang mereka
lakukan.
Sungguh Allah Maha Pemurah lagi Maha
Mulia!.
TATA CARA MENANGKAL DAN MENANGGULANGI
SIHIR
Allah telah mensyari'atkan kepada hamba-hambaNya
supaya mereka menjauhkan diri dari kejahatan sihir sebelum
terjadi pada diri mereka. Allah juga menjelaskan tentang
bagaimana cara pengobatan sihir bila telah terjadi. Ini
merupakan rahmat dan kasih sayang Allah, kebaikan dan
kesempurnaan nikmatNya kepada mereka.
Berikut ini
beberapa penjelasan tentang usaha menjaga diri dari bahaya
sihir sebelum terjadi, begitu pula usaha dan cara
pengobatannya bila terkena sihir, yakni cara-cara yang
dibolehkan menurut hukum syara':
Pertama: Tindakan
preventif, yakni usaha menjauhkan diri dari bahaya sihir
sebelum terjadi. Cara yang paling penting dan bermanfaat ialah
penjagaan dengan melakukan dzikir yang disyari'atkan, membaca
do'a dan ta'awwudz sesuai dengan tuntunan Rasulullah
'Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, di antaranya
seperti di bawah ini:
A. Membaca ayat Kursi setiap
selesai shalat lima waktu, sesudah membaca wirid yang
disyari'atkan setelah salam, atau dibaca ketika akan tidur.
Karena ayat Kursi termasuk ayat yang paling besar nilainya di
dalam Al-Qur'an. Rasulullah 'Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda dalam salah satu hadits shahihnya
:
"Barangsiapa membaca ayat Kursi pada malam hari,
Allah senantiasa menjaganya dan syetan tidak mendekatinya
sampai Shubuh."
Ayat Kursi terdapat dalam surat
Al-Baqarah ayat 255 yang bunyinya : "Allah tidak ada Tuhan
selain Dia, Yang hidup kekal lagi terus-menerus mengurus
(makhlukNya), tidak mengantuk dan tidak tidur, kepunyaanNya
apa yang ada di langit dan apa yang di bumi. Siapakah yang
dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izinNya? Allah
mengetahui apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka,
dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan
apa yang dikehendakiNya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi,
dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar."
B. Membaca
surat Al-Ikhlas, surat Al-Falaq, dan surat An-Naas pada setiap
selesai shalat lima waktu, dan membaca ketiga surat tersebut
sebanyak tiga kali pada pagi hari sesudah shalat Shubuh, dan
menjelang malam sesudah shalat Maghrib, sesuai dengan hadits
riwayat Abu Dawud, At-Tirmidzi dan An-Nasa'i.
C.
Membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah yaitu ayat
285-286 pada permulaan malam, sebagaimana sabda Rasulullah
:
"Barangsiapa membaca dua ayat terakhir dari surat
Al-Baqarah pada malam hari, maka cukuplah
baginya."
Adapun bacaan ayat tersebut adalah sebagai
berikut: "Rasul telah beriman kepada Al-Qur'an yang
diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang
yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat, kitab-kitab dan rasul-rasulNya. (Mereka
mengatakan), 'Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang
(dengan yang lain) dari rasul-rasulNya'. (Mereka berdo'a):
'Ampunilah kami, ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat
kembali."
"Allah tidak membebani seseorang melainkan
sesuai dengan kesanggupannya, ia mendapat pahala (dari
kewajiban) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo'a), 'Ya Tuhan
kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau
bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami
beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada
orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya,
beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami.
Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap
orang-orang yang kafir."
D. Banyak berlindung dengan
kalimat-kalimat Allah yang sempurna. Hendaklah dibaca pada
malam hari dan siang hari ketika berada di suatu tempat,
ketika masuk ke dalam suatu bangunan, ketika berada di tengah
padang pasir, di udara atau di laut. Sabda Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Barangsiapa singgah di
suatu tempat dan dia mengucapkan: 'A'uudzu bi kalimaatillahi
attaammaati min syarri maa khalaq' (aku berlindung dengan
kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk
ciptaanNya), maka tidak ada sesuatu pun yang membahayakannya
sampai ia pergi dari tempat itu."
E. Membaca do'a di
bawah ini masing-masing tiga kali pada pagi hari dan menjelang
malam :
"Dengan nama Allah, yang bersama namaNya, tidak
ada sesuatu pun yang membahayakan, baik di bumi maupun di
langit dan Dia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui." (HR. Abu
Daud dan At-Tirmidzi) Bacaan-bacaan dzikir dan ta'awwudz
ini merupakan sebab-sebab yang besar untuk memperoleh
keselamatan dan untuk menjauhkan diri dari kejahatan sihir
atau kejahatan lainnya. Yaitu bagi mereka yang selalu
mengamalkannya secara benar disertai keyakinan yang penuh
kepada Allah, bertumpu dan pasrah kepadaNya dengan lapang dada
dan hati yang khusyu'.
Kedua: Bacaan-bacaan seperti
ini juga merupakan senjata ampuh untuk menghilangkan sihir
yang sedang menimpa seseorang, dibaca dengan hati yang
khusyu', tunduk dan merendahkan diri, seraya memohon kepada
Allah agar dihilangkan bahaya dan malapetaka yang dihadapi.
Do'a-do'a berdasarkan riwayat yang kuat dari Rasulullah r
untuk menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh sihir dan
lain sebagainya adalah sebagai berikut: 1. Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam me-ruqyah (mengobati dengan
membaca ayat-ayat Al-Qur'an atau do'a-do'a) sahabat-sahabatnya
dengan bacaan :
Artinya: "Ya Allah, Tuhan segenap
manusia….! Hilangkanlah sakit dan sembuhkanlah, Engkau Maha
Penyembuh, tidak ada penyembuhan melainkan penyembuhan dariMu,
penyembuhan yang tidak meninggalkan penyakit." (HR.
Al-Bukhari).
2. Do'a yang dibaca Jibril , ketika
meruqyah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam.
"Dengan nama Allah, aku meruqyahmu dari segala
yang menyakitkanmu, dan dari kejahatan setiap diri atau dari
pandangan mata yang penuh kedengkian, semoga Allah
menyembuhkanmu, dengan nama Allah aku meruqyahmu." Bacaan ini
hendaknya diulang tiga kali.
3. Pengobatan sihir cara
lainnya, terutama bagi laki-laki yang tidak dapat berjimak
dengan istrinya karena terkena sihir. Yaitu, ambillah tujuh
lembar daun bidara yang masih hijau, ditumbuk atau digerus
dengan batu atau alat tumbuk lainnya, sesudah itu dimasukkan
ke dalam bejana secukupnya untuk mandi; bacakan ayat Kursi
pada bejana tersebut; bacakan pula surat Al-Kafirun,
Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas, dan ayat-ayat sihir dalam surat
Al-A'raf ayat 117-119, surat Yunus ayat 79-82 dan surat Thaha
ayat 65-69.
Surat Al-A'raf ayat 117-119 yang
bunyinya: "Dan Kami wahyukan kepada Musa: 'Lemparkanlah
tongkatmu!' Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa
yang mereka sulapkan. Karena itu, nyatalah yang benar dan
batallah yang selalu mereka kerjakan. Maka mereka orang-orang
yang hina."
Surat Yunus ayat 79-82: "Fir'aun berkata
(kepada pemuka kaumnya): 'Datangkanlah kepadaku semua ahli
sihir yang pandai'. Maka tatkala ahli-ahli sihir itu datang,
Musa berkata kepada mereka: 'Lemparkanlah apa yang hendak kamu
lemparkan'. Maka setelah mereka lemparkan, Musa berkata: 'Apa
yang kamu lakukan itu, itulah sihir, sesungguhnya Allah akan
menampakkan ketidakbenaran mereka. Sesungguhnya Allah tidak
akan membiarkan terus berlangsung pekerjaan orang-orang yang
membuat kerusakan. Dan Allah akan mengokohkan yang benar
dengan ketetapanNya, walaupun orang-orang yang berbuat dosa
tidak menyukai(nya)."
Surat Thaha ayat 65-69 yang
bunyinya : "Mereka bertanya,'Hai Musa (pilihlah), apakah
kamu yang melemparkan (dahulu) atau kamilah yang mula-mula
melemparkan?' Musa menjawab,'Silahkan kamu sekalian
melemparkan'. Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat
mereka, terbayang oleh Musa seakan-akan ia merayap cepat
lantaran sihir mereka. Maka Musa merasa takut dalam hatinya.
Kami berfirman: 'Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah
yang paling unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada di
tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka
perbuat, sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu
daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir
itu dari mana saja ia datang." Setelah selesai membaca
ayat-ayat tersebut di atas hendaklah diminum sedikit airnya
dan sisanya dipakai untuk mandi.) Dengan cara ini
mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta'ala menghilangkan penyakit
yang sedang dideritanya.
4. Cara pengobatan lainnya,
sebagai cara yang paling bermanfaat ialah berupaya mengerahkan
tenaga dan daya untuk mengetahui di mana tempat sihir terjadi,
di atas gunung atau di tempat manapun ia berada, dan bila
sudah diketahui tempatnya, diambil dan dimusnahkan sehingga
lenyaplah sihir tersebut.
Inilah beberapa penjelasan
tentang perkara-perkara yang dapat menjaga diri dari sihir dan
usaha pengobatan atau cara penyembuhannya, dan hanya kepada
Allah kita memohon pertolongan.
Adapun pengobatan
dengan cara-cara yang dilakukan oleh tukang-tukang sihir,
yaitu dengan mendekatkan diri kepada jin disertai dengan
penyembelihan hewan, atau cara-cara mendekatkan diri lainnya,
maka semua ini tidak dibenarkan karena termasuk perbuatan
syirik paling besar yang wajib dihindari.
Demikian pula
pengobatan dengan cara bertanya kepada dukun,'arraaf (tukang
ramal) dan menggunakan petunjuk sesuai dengan apa yang mereka
katakan. Semua ini tidak dibenarkan dalam Islam, karena
dukun-dukun tersebut tidak beriman kepada Allah; mereka adalah
pendusta dan pembohong yang mengaku mengetahui hal-hal ghaib,
dan kemudian menipu manusia.
Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam telah memperingatkan orang-orang yang
mendatangi mereka, menanyakan dan membenarkan apa yang mereka
katakan, sebagaimana telah dijelaskan hukum-hukumnya di awal
tulisan ini.
Kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala kita
memohon, agar seluruh kaum muslimin dilimpahkan kesejahteraan
dan keselamatan dari segala kejahatan, dan semoga Allah
melindungi mereka, agama mereka, dan menganugerahkan kepada
mereka pemahaman dan agamaNya, serta memelihara mereka dari
segala sesuatu yang menyalahi syari'atNya.
| |
Silahkan menyalin & memperbanyak artikel
ini dengan mencantumkan url sumbernya. Sumber artikel :
http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=73
|