Message: 11
   Date: Wed, 5 May 2004 08:32:02 -0700 (PDT)
   From: ary susanti <ary_kinkin@yahoo.com>
Subject: Dzat Anwath

Dzat Anwath
 
Abu Waqid Al-Laitsi menuturkan, bahwa suatu saat kami pergi keluar bersama Rasulullah -shallallahu 'alayhi wa sallam- ke Hunain, sedang kami dalam keadaan baru saja lepas dari kekafiran (masuk Islam). Ketika itu orang-orang musyrik mempunyai sebatang pohon bidara yang disebut Dzat Anwath. Mereka selalu mendatanginya dan menggantungkan senjata-senjata perang mereka pada pohon itu. Tatkala kami melewati sebatang pohon bidara, kamipun berkata, “Ya Rasulullah, buatkanlah untuk kami Dzat Anwath sebagaimana mereka mempunyai Dzat Anwath.” Maka Rasulullah -shallallahu 'alayhi wa sallam- bersabda, “Allahu Akbar, itulah tradisi (orang-orang sebelum kamu). Demi Allah yang diriku hanya berada di Tangan-Nya, kamu benar-benar telah mengatakan suatu perkataan seperti yang dikatakan oleh Bani Israil kepada Musa, “Buatlah untuk kami sesembahan sebagaimana mereka itu mempunyai sesembahan-sesembahan.” Musa menjawab, “Sungguh, kamu  adalah kaum yang tidak mengerti.” (QS. Al A’raaf:138) Kamu benar-benar
 mengikuti tradisi orang-orang sebelum kamu.” (HR. At-Tirmidzi, shahih).
 
Penjelasan:
Abu Waqid Al-Laitsi, nama aslinya Al Harits bin Auf, seorang sahabat yang terkenal dan wafat tahun 68 H dalam usia 85 tahun.
 
Suatu saat kami pergi keluar bersama Rasulullah -shallallahu 'alayhi wa sallam- ke Hunain, dalam hadits Amr bin Auf, diterangkan bahwa saat itu Rasulullah -shallallahu 'alayhi wa sallam- dan para sahabatnya telah selesai berperang pada fathu (penaklukan) Makkah, dan kami berjumlah seribu lebih, sehingga ketika kami berada diantara Hunain dan Thaif...” dan seterusnya.
 
Sedang kami dalam keadaan baru saja lepas dari kekafiran (masuk Islam), maksudnya, kami masih dalam masa yang dekat dengan kekafiran. Ini menunjukkan bahwa sahabat-sahabat selain mereka yang lebih dahulu masuk Islam tidak bodoh dalam masalah ini, dan bahwa orang yang berpindah dari kebathilan yang hatinya masih terbiasa dengannya tidak dijamin kalau di dalam hatinya terbebas dari kebiasaan itu.
 
Ketika itu orang-orang musyrik mempunyai sebatang pohon bidara yang disebut Dzat Anwath. Mereka selalu mendatanginya dan menggantungkan senjata-senjata perang mereka pada pohon itu,
Dalam hadits Amr dikatakan, “Dahulu senjata-senjata digantungkan padanya, maka ia disebut Dzat Anwath dan disembah.” Mereka menggantungkan senjata-senjata itu padanya karena mengharapkan berkah.
 
Tatkala kami melewati sebatang pohon bidara, kamipun berkata, “Ya Rasulullah, buatkanlah untuk kami Dzat Anwath sebagaimana mereka mempunyai Dzat Anwath”,  Abu As-Sa’adat berkata, “Mereka meminta Nabi suapaya beliau menjadikan pohon yang sama dengan pohon itu, lalu beliau -shallallahu 'alayhi wa sallam- melarang mereka dari hal itu.”
 
Demi Allah yang diriku hanya berada di Tangan-Nya, kamu benar-benar telah mengatakan suatu perkataan seperti yang dikatakan oleh Bani Israil kepada Musa, “Buatlah untuk kami sesembahan sebagaimana mereka itu mempunyai sesembahan-sesembahan”, Beliau -shallallahu 'alayhi wa sallam- menyerupakan perkataan mereka ini dengan perkataan Bani Israil dengan satu tujuan, bahwa masing-masing dari kedua perkataan itu adalah meminta supaya dijadikan sesuatu yang dipuja dan disembah selain Allah.
 
Salah seorang bercerita kepada mereka bahwa ia bermimpi yang dalam mimpinya itu ia melihat ada seseorang yang terkenal dengan keshalihannya dan kewaliannya. Orang-orang melakukan pengkultusan dan menjaganya, padahal dengan perbuatan mereka meninggalkan kewajiban-kewajiban Allah dan sunnah-sunnah-Nya. Mereka menyangka, bahwa dengan itu mereka dapat ber-taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah. Kemudian mereka melewati batas, sehingga mereka menganggungkan tempat-tempat itu dengan hati mereka. Lalu mereka memujanya, mengharapkan kesembuhan dari sakit dan memenuhi kebutuhan mereka dengan bernadzar kepadanya. Hal ini bisa jadi berupa; mata air, pohon, dinding, batu. Itu semua merupakan perbuatan syirik.
 
“Sungguh, kamu adalah kaum yang tidak mengerti.” (QS. Al A’raaf:138) Kamu benar-benar mengikuti tradisi orang-orang sebelum kamu, Maksudnya mengikuti Yahudi dan Nasrani,  seperti yang diceritakan hadits berikut ini, Rasulullah ? bersabda:
“Sungguh kamu akan mengikuti tradisi orang-orang sebelum ami sedikit demi sedikit sehingga seandainya mereka memasuki lobang biawak, tentu kamu akan memasukinya (juga). Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, orang-orang Yahudi dan Nasranikah? Beliau menjawab, “Siapa lagi?” (HR. Bukhari dan Muslim)
 
Dan saat ini benar-benar telah terjadi apa yang di kabarkan Nabi -shallallahu 'alayhi wa sallam- bahwa akan ada dari umat ini yang mengikuti perilaku umat Yahudi dan Nasrani. Bahkan, seandainya mereka memasuki lubang biawak sebagian kaum muslimin yang jahil (tidak memahami agamanya sendiri) juga akan mengikutinya.
 
di salin dr kitab Fathul Majid.

 www.geocities.com/buletin_ti