
Ketika umat ditimpa berbagai macam krisis, baik krisis
ekonomi, moral, akhlaq maupun aqidah, mulailah berbagai macam organisasi
dakwah dan tokoh-tokoh para dai mencari solusi. Mereka berupaya untuk
melepaskan umat dari berbagai macam krisis tersebut.
Sebagian mereka memulainya dengan memperbaiki dari sisi
ekonomi. Sebagian lainnya berpendapat bahwa tidak akan selesai krisis ini
kecuali dengan memperbaiki akhlaq.
Bahkan
sebagian yang lainnya mengatakan kita harus menyelamatkan umat dengan
menguasai negara dan memperbaikinya dari sisi politik. Hampir tidak ada
seorang pun di antara mereka yang berpendapat bahwa penyebab semua krisis
itu adalah krisis tauhid dan menyebarnya berbagai bentuk
kesyirikan-kesyirikan yang menimpa umat.
Oleh karena itu apabila ada sekelompok umat yang memulai
dakwahnya dengan memperbaiki sisi tauhid dan memperingatkan umat dari
bahaya kesyirikan, mereka beramai-ramai menganggapnya sebagai orang yang
tidak mengerti sikon (situasi dan kondisi), tidak paham fiqhul waqi’
(kenyataan yang ada), tidak memiliki wawasan politik, tidak mengikuti
zaman dan seabrek tuduhan lainnya. Padahal sesungguhnya bahaya kesyirikan
lebih besar dari bahaya kelaparan dan kekeringan.
Hal itu karena apabila seseorang terjatuh dalam kesyirikan,
maka akan runtuhlah keislamannya dan hilanglah makna kehidupan ini.
Bukankah kita tercipta untuk beribadah kepada Allah dan tidak boleh
mempersekutukan-Nya?. Dengan tauhid dan keimanan yang benar, segala macam
krisis akan dapat diatasi. Dengan ketaqwaan kaum muslimin kepada Allah,
Allah akan bukakan barokah dari langit dan bumi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: وَلَوْ
أَنَّ
أَهْلَ
الْقُرَى
ءَامَنُوا
وَاتَّقَوْا
لَفَتَحْنَا
عَلَيْهِمْ
بَرَكَاتٍ
مِنَ
السَّمَاءِ
وَاْلأَرْضِ
وَلَكِنْ
كَذَّبُوا
فَأَخَذْنَاهُمْ
بِمَا
كَانُوا
يَكْسِبُونَ.
]ألأعراف:
96[ Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,
pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,
tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya. (al-A’raaf: 96)
Dengan ayat di atas Allah menjelaskan bahwa jika suatu kaum
senantiasa beriman dan bertaqwa kepada-Nya maka Allah akan memberikan
barakahNya. Tapi sebaliknya jika mereka mendustakan ajaran Allah, kafir,
ingkar kepada Allah dan rasul-Nya, dengan berbuat kesyirikan dan
kebid’ahan, maka barokah tersebut akan tercabut. Ini adalah bahaya
kesyirikan di dunia. Adapun bahaya kesyirikan di akhirat lebih besar lagi.
Allah tidak akan mengampuni pelakunya dan Allah pasti akan
mengadzabnya. إِنَّ
اللَّهَ
لاَ
يَغْفِرُ
أَنْ
يُشْرَكَ
بِهِ
وَيَغْفِرُ
مَا
دُونَ
ذَلِكَ
لِمَنْ
يَشَاءُ
وَمَنْ
يُشْرِكْ
بِاللَّهِ
فَقَدِ
افْتَرَى
إِثْمًا
عَظِيمًا.
]النساء:
48[ Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia
telah berbuat dosa yang besar. (an-Nisaa’: 48)
Karena itu pula seluruh para nabi memperingatkan umatnya dari
kesyirikan. Nabi Ibrahim, bapak para nabi dan bapak tauhid pun berdoa
meminta kepada Allah agar dirinya dan keturunannya dijauhkan dari
kesyirikan. وَإِذْ
قَالَ
إِبْرَاهِيمُ
رَبِّ
اجْعَلْ
هَذَا
الْبَلَدَ
ءَامِنًا
وَاجْنُبْنِي
وَبَنِيَّ
أَنْ
نَعْبُدَ
اْلأَصْنَامَ.
]ابراهيم:
35[ Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku,
jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku
beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. (Ibrahim:
35)
Beliau menjelaskan alasan takutnya
beliau dari kesyirikan yaitu karena peribadatan terhadap berhala telah
banyak menyesatkan manusia. رَبِّ
إِنَّهُنَّ
أَضْلَلْنَ
كَثِيرًا
مِنَ
النَّاسِ
فَمَنْ
تَبِعَنِي
فَإِنَّهُ
مِنِّي
وَمَنْ
عَصَانِي
فَإِنَّكَ
غَفُورٌ
رَحِيمٌ.
]ابراهيم:
36[ Ya Rabb-ku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan
kebanyakan daripada manusia. Barangsiapa yang mengikutiku, maka
sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang
mendurhakaiku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (Ibrahim: 36)
Jika nabi yang
mulia, bapak para Nabi, dan bapak Tauhid mengkhawatirkan dirinya dari
kesyirikan maka tentunya seseorang yang bukan Nabi lebih dikhawatirkan
untuk terjerumus ke dalam kesyirikan-kesyirikan. Berkata Ibrahim At-Taimi:
“Siapakah yang merasa aman dari kesyirikan setelah Ibrahim?”
Rasulullah r memperingatkan para shahabatnya
dari bahaya kesyirikan dengan sabdanya: أَخْوَفُ
مَا
أَخَافُ
عَلَيْكُمْ
الشِّرْكُ
اْلأَصْغَرُ.
فَسُئِلَ
عَنْهُ؟
فَقَالَ:
الرِّيَاءُ
(رواه
أحمد
وصححه
الألباني) Yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil. Para
shahabat bertanya: “Apa itu syirik kecil?” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wassalam menjawab: “Ar-Riya’”. (HR. Ahmad dan Syaikh al-Albani
menshahihkannya)
Dalam hadits di atas
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam mengkhawatirkan kesyirikan yang
kecil terhadap para shahabat-shahabatnya yang besar
kedudukannya. Dari sini menunjukkan kalau pada
diri shahabat yang mulia masih dikhawatirkan terjatuh dalam kesyirikan,
tentunya terlebih lagi pada umat yang setelahnya. Karena orang yang
setelah mereka jauh lebih rendah tingkat keimanan, ketaqwaan dan
keilmuannya, sehingga sangat dikhawatirkan akan terjerumus dalam
kesyirikan. Tidak hanya kesyirikan-kesyirikan kecil bahkan sangat mungkin
terjerumus dalam syirik-syirik besar yang akan mengeluarkan mereka dari
agamanya tanpa terasa.
Berarti kita harus
lebih takut dan lebih berhati-hati dari bahaya kesyirikan yang mengancam
manusia, karena tidak ada seorang pun yang dijamin aman oleh Allah dari
bahaya tersebut.
Yang lebih mengharuskan
kita takut adalah adanya kesyirikan yang sangat samar. Bagaikan semut
hitam di atas batu hitam di malam yang kelam. Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wassalam bersabda: الشِرْكُ
أَخفَى
مِنْ
دَبِيْبِ
النَّمْلِ.
قَالَ
أَبُوْ
بَكْرٍ:
يَا
رَسُوْلَ
اللهِ
وَهَلْ
الشِّرْكُ
إِلاَّ
مَا
عُبِدَ
مِنْ
دُوْنِ
اللهِ،
أَوْ
مَا
دُعِيَ
مَعَ
اللهِ؟
قَالَ:
ثَكِلَتْكَ
أُمُّكَ،
الشِّرْكُ
فِيْكُمْ
أَخْفَى
مِنْ
دَبِيبِ
النَّمْلِ.
(رواه
أبو
يعلى
وابن
المنذر) Kesyirikan itu lebih samar dari rayapan semut. Abu Bakar
(terkejut) dan bertanya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam :
“Wahai Rasulullah bukankah kesyirikan itu adalah hanya beribadah kepada
selain Allah atau menyeru kepada selain Allah?” Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wassalam menjawab: “Engkau mengecewakan ibumu! Sungguh kesyirikan
di antara kalian lebih samar dari rayapan semut.” (HR. Abu Ya'la dan Ibnul
Mundzir).
Maka kita harus ekstra hati-hati
dan harus melindungi diri dari kesyirikan-kesyirikan tersebut dengan dua
cara.
Pertama, kita harus selalu berdoa
kepada Allah, berlindung dari kesyirikan-kesyirikan tersebut, di antaranya
dengan doa: أَللَّهُمَّ
إِنِّي
أَعُوْذُ
بِكَ
أَنْ
أُشْرِكَ
بِكَ
وَأَنَا
أَعْلَمُ
وَأَسْتَغْفِرُكَ
لِمَا
لاَ
أَعْلَمُ.
(رواه
أحمد
وصححه
الألباني
في
صحيح
الترغيب
1/19) Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik yang
kami ketahui dan kami meminta ampun kepada-Mu dari apa yang kami tidak
ketahui. (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Albani dalam Shahih at-Targhib,
1/19)
Kedua, kita harus mencari ilmu dan
belajar, khususnya tentang tauhid dan syirik. Dengan ilmu tersebut
pandangan kita semakin tajam dan jeli. Dapat melihat kesyirikan sekecil
apa pun. Sebaliknya tanpa ilmu sering manusia terjerumus ke dalam
kesyirikan bahkan kesyirikan yang besar dalam keadaan tidak sadar dan
merasa dirinya sedang berbuat baik. قُلْ
هَلْ
نُنَبِّئُكُمْ
بِاْلأَخْسَرِينَ
أَعْمَالاً
]103[ الَّذِينَ
ضَلَّ
سَعْيُهُمْ
فِي
الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا
وَهُمْ
يَحْسَبُونَ
أَنَّهُمْ
يُحْسِنُونَ
صُنْعًا
. أُولَئِكَ
الَّذِينَ
كَفَرُوا
بِآيَاتِ
رَبِّهِمْ
وَلِقَائِهِ
فَحَبِطَتْ
أَعْمَالُهُمْ
فَلَا
نُقِيمُ
لَهُمْ
يَوْمَ
الْقِيَامَةِ
وَزْنًا ]الكهف:
103-105[ Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang
orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah
sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka
bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang telah
kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan
dengan Dia, maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan
suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat. (al-Kahfi:
103-105)
Tanpa ilmu tentang tauhid dan
hal-hal yang merusaknya berupa kesyirikan-kesyirikan kadang manusia
mengucapkan satu kalimat yang dianggap biasa (tidak ada apa-apanya)
ternyata menjerumuskan dirinya ke dalam neraka sejauh tujuh puluh tahun
perjalanan. Dalam riwayat lain dikatakan tersungkur ke dalam neraka sejauh
antara timur dan barat. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam
bersabda: إِنَّ
الْعَبْدَ
لَيَتَكَلَّمُ
بِالْكَلِمَةِ
يَنْزِلُ
بِهَا
فِي
النَّارِ
أَبْعَدَ
مَا
بَيْنَ
الْمَشْرِقِ
وَالْمَغْرِبِ.
(رواه
البخاري
ومسلم) Sesungguhnya seorang hamba berkata dengan satu kalimat,
ternyata dengan kalimat itu ia tersungkur ke dalam api neraka sejauh
antara timur dan barat. (HR. Bukhari dan Muslim) Ketika seseorang berkata kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wassalam : مَا
شَاءَ
اللهُ
وَشِئْتَ Ini adalah kehendak Allah dan kehendakmu maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menegurnya dengan
keras dan bersabda: أَجَعَلْتَنِيْ
لِلَّهِ
نِدًّا؟!
بَلْ
مَا
شَاءَ
اللهُ
وَحْدَهُ.
(رواه
أحمد
وابن
أبي
شيبة
والبخاري
في
الأدب
المفراي
والنساء
وابن
ماجه) Apakah engkau akan menjadikan aku sebagai tandingan bagi
Allah? Bahkan (katakan) hanya kehendak Allah semata. (HR. Imam Ahmad, Ibnu
Abi Syaibah, Bukhari dalam Adabul Mufrod dan Nasa’i dan Ibnu
Majah).
Kesyirikan sangatlah berbahaya,
karena dapat mengakibatkan kejelekan-kejelekan di dunia dan di akhirat,
diantaranya: 1. Syirik merupakan kedurhakaan
kepada Allah. Karena tidaklah manusia dan jin diciptakan kecuali hanya
untuk beribadah kepada-Nya semata. Tetapi kaum musyrikin justru beribadah
kepada selain Allah yang menciptakannya. Ini adalah kedurhakaan yang
besar. 2. Kesyirikan merupakan penghinaan
terhadap Allah. Karena seorang yang beribadah kepada selain Allah berarti
dia menyamakan sesembahannya itu dengan Allah atau mendudukkan makhluk
tersebut seperti kedudukan Allah. Sungguh sebuah penghinaan besar,
menyamakan Allah yang menciptakan seluruh alam dengan ciptaan-Nya yang
sangat lemah dan serba terbatas. 3. Kesyirikan
akan menggugurkan amalan. Jika sebuah amalan shalih diiringi dengan riya’,
maka akan gugurlah amalan-amalan tersebut dan tidak bernilai di sisi
Allah. Dan jika seorang hamba melakukan syirik besar, maka akan gugur
seluruh amalan-amalannya walaupun amalannya seperti amalan Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wassalam.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman: لَئِنْ
أَشْرَكْتَ
لَيَحْبَطَنَّ
عَمَلُكَ
وَلَتَكُونَنَّ
مِنَ
الْخَاسِرِيْنَ.
]الزمر:
65[ Jika kamu mempersekutukan (Rabb-mu), niscaya akan hapuslah
amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (az-Zumar: 65)
4. Syirik menghalangi pelakunya untuk
masuk ke dalam surga. Seseorang yang amalannya gugur dengan perbuaan
syirik yang dia lakukan, maka Allah tidak memberikan balasan sedikitpun
terhadap amalan shalihnya. Bahkan sebaliknya ia akan mendapatkan adzab
dari Allah karena kedurhakaan dan penghinaan kepada Allah dengan
kesyirikan yang dia lakukan. Maka pantaslah Allah mengharamkan mereka
–para musyrikin - tersebut dari surga.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: إِنَّهُ
مَنْ
يُشْرِكْ
بِاللهِ
فَقَدْ
حَرَّمَ
اللهُ
عَلَيْهِ
الْجَنَّةَ
وَمَأْوَاهُ
النَّارَ
وَمَا
لِلظَّالِمِيْنَ
مِنْ
أَنْصَارٍِ
]المائدة:
72[ Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan)
Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah
neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.
(al-Maidah: 72)
5. Dosa syirik tidak akan
diampuni. Jika seseorang mati membawa dosa syirik dan ia belum bertaubat
darinya, maka Allah tidak akan mengampuninya. Adapun bagi dosa selainnya,
maka hal itu di bawah kehendak Allah yakni masih memungkinkan untuk
diampuni oleh Allah. Sebagaimana
firman-Nya: إِنَّ
اللهَ
لاَ
يَغْفِرُ
أَنْ
يُشْرَكَ
بِهِ
وَيَغْفِرُ
مَا
دُوْنَ
ذَلِكَ
لِمَنْ
يَشَاءُ.
]النساء:
48[ Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. (an-Nisaa’: 48)
Disamping
itu masih banyak lagi akibat-akibat jelek yang ditimbulkan oleh
kemaksiatan-kemaksiatan di dunia dan di akhirat yang telah dijelaskan oleh
para ulama. Karena kesyirikan adalah sebesar-besar kemaksiatan, maka
dampak jeleknya adalah paling besar seperti merusak hati, mengurangi
keyakinan dan keimanan, mematikan hati, menyempitkan dada, menghilangkan
ketenangan, menyebabkan hilangnya wibawa, terhina dan lain-lainnya.
Sebagaimana firman-Nya: وَمَنْ
أَعْرَضَ
عَنْ
ذِكْرِي
فَإِنَّ
لَهُ
مَعِيْشَةً
ضَنْكًا
وَنَحْشُرُهُ
يَوْمَ
الْقِيَامَةِ
أَعْمَى.
]طه:
124[ Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka
sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan
menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. (Thaha: 124).
Wallahu a’lam
(Dikutip dari Bulletin
Dakwah Manhaj Salaf, penulis Ustadz Muhammad Umar As Sewed, judul asli
"Bahaya Syirik". Risalah Dakwah MANHAJ SALAF, Insya Allah terbit setiap
hari Jum’at. Infaq Rp. 100,-/exp. Pesanan min. 50 exp di bayar di muka.
Diterbitkan oleh Yayasan Dhiya’us Sunnah, Jl. Dukuh Semar Gg. Putat RT 06
RW 03, Cirebon. telp. (0231) 222185. Penanggung Jawab: Ustadz Muhammad
Umar As-Sewed; Redaksi: Muhammad Sholehuddin, Dedi Supriyadi, Eri Ziyad;
Sekretaris: Ahmad Fauzan; Sirkulasi: Arief Subekti, Agus Rudiyanto, Zaenal
Arifin; Keuangan: Kusnendi. Pemesanan hubungi: Arif Subekti telp. (0231)
481215.)
|