:: Artikel Paling Populer
:: |
Jum'at, 20 Juni 2003 - 07:06:37
|
Membongkar
Selubung Hizbut Tahrir (I) |
Rabu, 17 Juni 2003 - 20:51:13
|
Nyanyian
Dan Musik Dalam Islam (I) |
Rabu, 18 Juni 2003 - 22:28:53
|
Hukum
Memakai Kain Di Bawah Mata Kaki (Isbal) |
Jum'at, 20 Juni 2003 - 07:11:31
|
Membongkar
Selubung Hizbut Tahrir (III) |
Jum'at, 20 Juni 2003 - 07:07:42
|
Membongkar
Selubung Hizbut Tahrir (II) |
Senin, 05 Oktober 2003 - 23:46:03
|
Deretan
Ulama' Salafy penentang Ihya ut Turots |
Ahad, 08 Juni 2003 - 18:25:14
|
Siapakah
Ahlu Sunnah ? |
Ahad, 08 Juni 2003 - 18:19:43
|
Mengenal
Allah |
Ahad, 08 Juni 2003 - 18:39:18
|
Perkara
Baru dalam Sorotan Syariah |
Rabu, 23 Juli 2003 - 07:54:11
|
Jenis-Jenis
Tauhid - Pengenalan Tauhid
Rububiyyah | |
|
|
:: Ahlan Wa Sahlan
di Homepage Salafy Indonesia
:: |
Jum'at, 08 Agustus 2003 - 08:23:48, Penulis
: Author SALAFY XIX/1418/1997/AQIDAH |
Kategori
: Aqidah |
Astrologi Dalam
Pandangan Islam [Print
View] [kirim
ke Teman]
|
![]() “Motivasi
yang menggebu-gebu untuk mengejar tujuan sangat membantu
karier atau studi. Kali ini adalah peluang baik untuk
memulai obsesi yang terpendam selama ini. Buatlah
kesempatan.”
Tunggu dulu! Jangan terburu-buru
saudara menyangka saya mengetahui masa depan dan
aktivitas saudara terutama bagi saudara yang terlahir
pada tanggal 23 Oktober - 21 November atau seringnya
orang menyebut saudara berbintang Scorpio. Akan tetapi
kalimat di atas adalah secuplik kalimat ramalan astrolog
yang kami ambil dari sebuah koran ternama di kota
pelajar dalam rubrik perbintangan.
Dilihat dari
nama rubriknya, dapat diketahui bahwa dasar pemikiran
para astrolog atau yang sejalan pemikirannya dengan
mereka adalah letak dan konfigurasi bintang-bintang di
langit. Misalnya, bila letak gugusan bintang Bima Sakti
di arah A lalu kebetulan ada seorang bayi lahir tepat
pada malam ketika bintang itu terbit maka diramalkan
bayi itu akan menjadi orang terkenal setelah besar
nanti.
Apabila kita perhatikan ramalan di atas,
akan terlihat bahwa si peramal mencoba atau seolah-olah
mengetahui hal-hal ghaib. Seakan ia mampu membaca dan
menentukan nasib seseorang. Dengan dasar ini ia
memerintah dan melarang pasiennya untuk berbuat sesuatu.
Bahkan ia sering menakut-nakutinya meskipun akhirnya
memberi kabar gembira atau hiburan dengan kata-kata
manis. Bagi orang yang senang akan rubrik seperti
tersebut di atas atau yang suka membaca buku-buku
astrologi (ramalan-ramalan bohong) terkadang ramalan itu
cocok dengan keadaan yang di alami. Namun yang menjadi
permasalahan, darimana pikiran peramal itu mencuat?
Bagaimana pandangan Islam terhadap masalah
ini?
Sesungguhnya perkara-perkara ghaib hanyalah
Allah yang mengetahui. Dan ini adalah hak prerogatif
Allah semata, selain makhluk yang Ia beritahukan
tentangnya, seperti sebagian Malaikat dan para Rasul
sebagai mukjizat. Dalam hal ini, Allah berfirman
:
“(Dia adalah Rabb) Yang mengetahui yang ghaib.
Maka Dia tidak memperlihatkan kepada seseorang pun
tentang yang ghaib itu kecuali kepada Rasul yang
diridlai-Nya. Maka sesungguhnya Dia mengadakan
penjaga-penjaga (Malaikat) di muka bumi dan di
belakangnya.” (QS. Al Jin : 26-27)
Barangsiapa
mengaku mengetahui perkara atau ilmu ghaib selain orang
yang dikecualikan sebagaimana ayat di atas, maka ia
telah kafir. Baik mengetahuinya dengan perantaraan
membaca garis-garis tangan, di dalam gelas, perdukunan,
sihir, dan ilmu perbintangan atau selain itu. Yang
terakhir ini yang biasa dilakukan oleh paranormal. Bila
ada orang sakit bertanya kepadanya tentang sebab
sakitnya maka akan dijawab : “Saudara sakit karena
perbuatan orang yang tidak suka kepada saudara.”
Darimana dia tahu bahwa penyebab sakitnya adalah dari
perbuatan seseorang, sementara tidak ada bukti-bukti
yang kuat sebagai dasar tuduhannya? Sebenarnya hal ini
tidak lain adalah karena bantuan jin dan para syaithan.
Mereka menampakkan kepada khalayak dengan cara-cara di
atas (melihat letak bintang, misalnya) hanyalah tipuan
belaka.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata :
“Para dukun dan yang sejenis dengan mereka sebenarnya
mempunyai pembantu atau pendamping (qarin) dari kalangan
syaithan yang mengabarkan perkara-perkara ghaib yang
dicuri dari langit. Kemudian para dukun itu menyampaikan
berita tersebut dengan tambahan kedustaan. Di antara
mereka ada yang mendatangi syaithan dengan membawa
makanan, buah-buahan, dan lain-lain (untuk
dipersembahkan) … . Dengan bantuan jin, mereka ada yang
dapat terbang ke Makkah atau Baitul Maqdis atau tempat
lainnya.” (Kitabut Tauhid, Syaikh Fauzan halaman
25)
Sungguh benar kabar Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam mengenai syaithan yang mencuri berita
dari langit. Diceritakan dalam sebuah hadits
:
Tatkala Allah memutuskan perkara di langit,
para Malaikat mengepakkan sayap, mereka merasa tunduk
dengan firman-Nya, seolah-olah kepakan sayap itu bunyi
gemerincing rantai di atas batu besar. Ketika telah
hilang rasa takut, mereka saling bertanya : “Apakah yang
dikatakan Rabbmu? Dia berkata tentang kebenaran dan Dia
Maha Tinggi lagi Maha Besar.” Lalu firman Allah itu
didengar oleh pencuri berita langit. Para pencuri berita
itu saling memanggul (untuk sampai di langit), lalu
melemparkan hasil curiannya itu kepada teman di
bawahnya. (HR. Bukhari dari Abi Hurairah radliyallahu
'anhu)
Seorang dukun atau paranormal yang
memberitakan perkara-perkara ghaib sebenarnya menerima
kabar dari syaithan itu dengan jalan melihat letak
bintang untuk menentukan atau mengetahui
peristiwa-peristiwa di bumi, seperti letak benda yang
hilang, nasib seseorang, perubahan musim, dan lain-lain.
Inilah yang biasa disebut ilmu perbintangan atau tanjim.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa
Sallam :
“ … Kemudian melemparkan benda itu
kepada orang yang di bawahnya sampai akhirnya kepada
dukun atau tukang sihir. Terkadang setan itu terkena
panah bintang sebelum menyerahkan berita dan terkadang
berhasil. Lalu setan itu menambah berita itu dengan
seratus kedustaan.” (HR. Bukhari dari Abi Hurairah
radliyallahu 'anhu)
Meskipun demikian, masih
banyak orang yang mempercayai dan mau mendatangi peramal
atau astrolog atau para dukun, bukan saja dari kalangan
orang yang berpendidikan dan ekonomi rendahan bahkan
dari orang-orang yang berpendidikan dan berstatus sosial
tinggi. Perbuatan orang yang mendatangi atau yang
didatangi dalam hal ini para dukun sama-sama mendapatkan
dosa dan ancaman keras dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa
Sallam berupa dosa syirik dan tidak diterima shalatnya
selama 40 malam.
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa
Sallam bersabda :
“Barangsiapa yang mendatangi
dukun dan menanyakan tentang sesuatu lalu
membenarkannya, maka tidak diterima shalatnya 40 malam.”
(HR. Muslim dari sebagian istri Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wa Sallam)
Pada kesempatan lain, Nabi Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam juga mengancam mereka tergolong
orang-orang yang ingkar (kufur) dengan apa yang dibawa
beliau Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam
:
“Barangsiapa yang mendatangi dukun (peramal)
dan membenarkan apa yang dikatakannya, sungguh ia telah
ingkar (kufur) dengan apa yang dibawa Nabi Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam.” (HR. Abu Dawud)
Ancaman dalam
hadits di atas berlaku untuk yang mendatangi dan
menanyakan, baik membenarkan atau tidak. (Syaikh
Abdurrahman Alu Syaikh 1979)
Tujuan Penciptaan
Bintang-Bintang
Alam dan segala isinya diciptakan
dengan hikmah karena diciptakan oleh Dzat yang memiliki
sifat Maha Memberi Hikmah dan Maha Mengetahui. Dia Maha
Mengetahui apa yang di depan dan di balik ciptaan-Nya.
Sehingga mustahil Allah mencipta makhluk dengan
main-main. Sebab itu, kewajiban atas makhluk-Nya ialah
tunduk dan menerima berita, perintah, dan larangan-Nya.
Sebagai contoh, yang berhubungan dengan pembahasan kali
ini ialah penciptaan bintang-bintang di
langit.
Allah Subhanahu wa Ta'ala memberitakan
bahwa penciptaan bintang-bintang itu ialah untuk
penerang, hiasan langit, penunjuk jalan, dan pelempar
setan yang mencuri wahyu yang sedang diucapkan di
hadapan para malaikat. Sebagaimana Dia firmankan
:
“Dan sungguh, Kami telah menghiasi langit yang
dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan
bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan.” (QS. Al
Mulk : 5)
Dalam kitab Shahih Bukhari disebutkan
bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan
bintang-bintang itu untuk tujuan sebagai hiasan langit,
alat pelempar setan, dan rambu-rambu jalan. Maka
barangsiapa mempergunakannya untuk selain tujuan itu,
sungguh terjerumus ke dalam kesalahan, kehilangan bagian
akhiratnya, dan terbebani dengan satu hal yang tak
diketahuinya. (Perkataan dalam kitab Shahih Bukhari di
atas adalah ucapan Qatadah rahimahullah)
Hukum
Mempelajari Ilmu Falak
Para ulama berbeda
pendapat dalam menentukan hukum mempelajari ilmu
perbintangan atau ilmu falak (astrologi). Qatadah
rahimahullah (seorang tabi’in) dan Sufyan bin Uyainah
(seorang ulama hadits, wafat pada tahun 198 H)
mengharamkan secara mutlak mempelajari ilmu falak.
Sedangkan Imam Ahmad dan Ishaq rahimahullah
memperbolehkan dengan syarat tertentu. Menurut Syaikh
Muhammad bin Abdil Aziz As Sulaiman Al Qarawi --yang
berusaha mengkompromikan perbedaan pendapat para ulama
di atas-- bahwa mempelajarinya adalah :
Pertama,
kafir bila meyakini bintang-bintang itu sendiri yang
mempengaruhi segala aktivitas makhluk di bumi. Ini yang
pertama.
Kedua, mempelajarinya untuk menentukan
kejadian-kejadian yang ada, akan tetapi semua itu
diyakini karena takdir dan kehendak-Nya. Maka yang kedua
ini hukumnya haram.
Ketiga, mempelajarinya untuk
mengetahui arah kiblat, penunjuk jalan, waktu, menurut
jumhur ulama hal ini diperbolehkan (jaiz).
Dari
uraian di atas dapat diketahui bahwa mengaku mengetahui
ilmu ghaib menyebabkan pelakunya kafir. Sedangkan
mendatangi dukun dan bertanya kepadanya, hukumnya haram,
baik ia membenarkan atau tidak. Dan yang disebut dukun
sekarang ini banyak julukannya. Kadang ia disebut orang
pintar atau paranormal, astrolog, fortuneteller, atau
yang lainnya. Walaupun begitu, hakikatnya sama saja.
Penggunaan julukan yang berbeda-beda hanyalah sebagai
pelaris dagangan saja (atau agar terkesan tidak
ketinggalan jaman). Hal ini karena mempelajari ilmu
falak yang ditujukan untuk meramal nasib atau mengaku
mengetahui ilmu ghaib merupakan tindakan kekufuran.
Tujuan penciptaan bintang adalah sebagaimana yang telah
diterangkan Allah dan para ulama, bukan untuk mengetahui
perkara ghaib seperti yang diyakini oleh sebagian besar
astrolog. Ayat yang mengatakan :
“Dan (Dia
ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan
bintang-bintang itulah mereka (mendapat petunjuk).” (QS.
An Nahl : 16)
Maksudnya, agar manusia mengetahui
arah jalan dengan mengetahui letak bintang-bintang,
bukan untuk mengetahui perkara ghaib. Banyak hadits Nabi
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam yang mengharamkan dan
melarang mempelajari ilmu nujum (perbintangan) dengan
tujuan yang dilarang syariat, seperti hadits
:
“Barangsiapa mempelajari satu cabang dari
cabang ilmu nujum (perbintangan) sungguh ia telah
mempelajari satu cabang ilmu sihir … .” (HR. Ahmad[1],
Abu Dawud, dan Ibnu Majah dari Ibnu
Abbas)
Sementara Islam mengharamkan orang yang
menyihir atau meminta sihir. Dan mengaku mengetahui ilmu
ghaib merupakan perkara yang membatalkan atau
menggugurkan tauhid dan keimanan orang karena menandingi
Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam sifat Rububiyah.
(Kitabut Tauhid, Syaikh Fauzan halaman
25)
Wallahul Musta’an.
[1] Hadits hasan,
dihasankan oleh Syaikh Ibnu Alis Sinan dan dishahihkan
oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ nomor 5950
dan dalam Ash Shahihah nomor 793.
(Dinukil dari
SALAFY XIX/1418/1997/AQIDAH, ditulis oleh Ustadz Ahmad
Hamdani)
|
| |
|