:: Artikel Paling Populer
:: |
Jum'at, 20 Juni 2003 - 07:06:37
|
Membongkar
Selubung Hizbut Tahrir (I) |
Rabu, 17 Juni 2003 - 20:51:13
|
Nyanyian
Dan Musik Dalam Islam (I) |
Rabu, 18 Juni 2003 - 22:28:53
|
Hukum
Memakai Kain Di Bawah Mata Kaki (Isbal) |
Jum'at, 20 Juni 2003 - 07:11:31
|
Membongkar
Selubung Hizbut Tahrir (III) |
Jum'at, 20 Juni 2003 - 07:07:42
|
Membongkar
Selubung Hizbut Tahrir (II) |
Senin, 05 Oktober 2003 - 23:46:03
|
Deretan
Ulama' Salafy penentang Ihya ut Turots |
Ahad, 08 Juni 2003 - 18:25:14
|
Siapakah
Ahlu Sunnah ? |
Ahad, 08 Juni 2003 - 18:19:43
|
Mengenal
Allah |
Ahad, 08 Juni 2003 - 18:39:18
|
Perkara
Baru dalam Sorotan Syariah |
Rabu, 23 Juli 2003 - 07:54:11
|
Jenis-Jenis
Tauhid - Pengenalan Tauhid
Rububiyyah | |
|
|
:: Ahlan Wa Sahlan
di Homepage Salafy Indonesia
:: |
Jum'at, 08 Agustus 2003 - 08:20:15, Penulis
: Author SALAFY/Edisi
XXII/1418/1997/AQIDAH |
Kategori
: Aqidah |
Mencari Berkah
(Tabaruk) dalam Islam [Print
View] [kirim
ke Teman]
|
![]() Tabaruk
atau mencari barakah serta waktu dan tempat yang
berkaitan dengannya termasuk perkara akidah yang sangat
penting. Hal ini dikarenakan sering terjadi perbuatan
ghuluw (berlebih-lebihan) di dalamnya.
Perbuatan
itu dapat menjerumuskan banyak orang ke dalam perbuatan
bid’ah, khurafat, dan syirik, dulu maupun sekarang.
Bukankah orang-orang jahiliyyah terdahulu beribadah
kepada berhala-berhala disebabkan mereka mengharap
barakah dari berhala-berhala tersebut?
Kemudian
bid’ah tersebut masuk menyelinap ke dalam agama ini
melalui orang-orang zindiq (munafiq). Di antara cara
yang mereka gunakan untuk merusak agama dari dalam
adalah menanamkan sikap ghuluw terhadap para wali dan
orang-orang shalih serta bertabaruk dengan kuburan
mereka.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan
: “Dari sinilah orang-orang munafik memasukkan ke dalam
Islam perkara bid’ah tersebut. Sungguh yang pertama kali
mengada-adakan agama rafidlah adalah seorang zindiq
Yahudi yang pura-pura menampakkan keislaman dan
menyembunyikan kekafirannya untuk merusak agama kaum
Muslimin, sebagaimana Paulus merusak agama kaum Nashara
… . Akhirnya muncullah bid’ah syiah yang merupakan kunci
terbukanya pintu kesyirikan. Ketika para zindiq itu
merasa kuat, mereka memerintahkan membangun
tempat-tempat ibadah di atas kuburan dan menghancurkan
masjid-masjid dengan alasan tidak boleh shalat Jum’at
dan jamaah kecuali di belakang imam yang ma’shum … .”
(Majmu’ Fatawa 27/16)
Sangat disayangkan betapa
banyak kaum Muslimin terjatuh ke dalam perbuatan syirik
melalui pintu tabaruk ini sehingga kita perlu mengetahui
apa pengertian tabaruk serta mana yang disyariatkan dan
mana yang dilarang.
Makna Dan Hakikat
Tabaruk Al Laits menafsirkan kata tabarakallah
(ﺗﺒﺎﺮﻚﺍﷲ) adalah pemuliaan dan pengagungan. Az Zajaj
mengatakan tentang firman Allah :
“Inilah kitab
yang Kami turunkan yang diberkahi.”
Kata Al
Mubarak (yang diberkahi) maknanya adalah apa-apa yang
mendatangkan kebaikan yang banyak.
Ar Raghib
berkata : “Barakah berarti tetapnya kebaikan Allah
terhadap sesuatu.”
Ibnul Qayim berkata : “Barakah
berarti kenikmatan dan tambahan. Sedangkan hakikat
barakah adalah kebaikan yang banyak dan terus menerus
yang tidak berhak memiliki sifat tersebut kecuali Allah
tabaraka wa ta’ala.”
Muhammad bin Shalih Al
Utsaimin berkata : “Barakah berarti kebaikan yang banyak
dan tetap. Diambil dari kata al birkah (ﺍﻠﺑﺮﻜﺔ) yang
berarti tempat terkumpulnya air (kolam). Dan tabaruk
berarti mencari barakah.”
Untuk lebih jelas maka
perlu diketahui beberapa perkara sebagai berikut
:
1. Bahwasanya barakah itu semuanya datang dari
Allah, baik dalam hal rezki, pertolongan, kesembuhan,
dan lain-lain. Maka tidak boleh meminta barakah kecuali
kepada Allah karena Dia-lah Pemberi Barakah. Di antara
dalil tentang hal itu adalah apa yang diriwayatkan oleh
Al Bukhari dalam Shahih-nya dari Ibnu Mas’ud
radliyallahu 'anhu, ia berkata :
Kami bersama
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam suatu
perjalanan. Ketika itu persediaan air sedikit. Maka
beliau bersabda : “Carilah sisa air!” Para shahabat pun
membawa bejana yang berisi sedikit air. Lalu Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam memasukkan tangan beliau
ke dalam bejana tersebut seraya bersabda : “Kemarilah
kalian menuju air yang diberkahi dan berkah itu dari
Allah.” Sungguh aku (Ibnu Mas’ud) melihat air terpancar
di antara jari-jemari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam. (HR. Bukhari dengan Fathul Bari
6/433)
Kalau sudah jelas bahwa barakah itu dari
Allah, maka memintanya kepada selain Allah adalah
perbuatan syirik seperti meminta rezki, mendatangkan
manfaat serta menolak mudlarat kepada selain Allah.
Tidak diragukan lagi bahwa barakah itu termasuk
kebaikan, sedang kebaikan itu semuanya dari Allah
seperti sabda Rasululah shallallahu 'alaihi wa sallam
:
“Dan kebaikan itu semuanya di tangan-Mu.” (HR.
Muslim dengan syarah An Nawawi 6/57)
2. Sesuatu
yang digunakan untuk bertabaruk seperti benda-benda,
ucapan, ataupun perbuatan yang telah jelas ketetapannya
dalam syariat, kedudukannya hanya sebagai sebab bukan
yang mendatangkan barakah. Sebagaimana halnya dengan
obat-obatan hanya sebagai sebab bagi kesembuhan, bukan
yang menyembuhkan. Yang menyembuhkan adalah Allah. Oleh
karena itu kita hanya mengharapkan kesembuhan kepada
Allah. Dan terkadang obat tersebut tidak bermanfaat
dengan ijin Allah. Maka yang disebutkan dalam syariat
bahwa padanya terdapat barakah hanya digunakan sebagai
sebab yang kadang-kadang tidak ada pengaruhnya karena
tidak terpenuhi syaratnya atau karena ada penghalang.
Penyandaran barakah kepadanya termasuk penyandaran
sesuatu kepada sebabnya. Sebagaimana ucapan Aisyah
radliyallahu 'anha tentang Juwairiah bintul Harits
radliyallahu 'anha :
“Aku tidak mengetahui
seorang perempuan yang lebih banyak barakahnya daripada
dia di kalangan kaumnya.” (HR. Ahmad, Musnad
6/277)
Artinya dialah sebagai sebab datangnya
barakah dan bukan dia pemberi barakah.
3. Mencari
barakah harus melalui sebab-sebab yang diperintahkan
oleh syariat. Yang menentukan ada atau tidaknya barakah
pada sesuatu hanyalah dalil syar’i. Karena perkara agama
itu dibangun di atas dalil, berbeda dengan perkara dunia
yang dapat diketahui dengan akal melalui pengalaman dan
bukti.
4. Bertabaruk dapat dilakukan dengan
perkara yang dapat dicapai dengan panca indera seperti
ilmu, doa, dan lain-lain. Seseorang mendapatkan kebaikan
yang banyak dengan barakah ilmunya yang dia amalkan dan
dia ajarkan.
Dari penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa bertabaruk adalah mencari barakah
dalam hal tambahan kebaikan dan pahala serta semua yang
dibutuhkan seorang hamba dalam urusan agama dan dunianya
melalui sebab-sebab dan cara yang telah ditetapkan dalam
syariat.
Tabaruk Yang Disyariatkan A.
Bertabaruk Dengan Ucapan Dan Perbuatan Banyak ucapan,
perbuatan, serta keadaan yang diberkahi jika seorang
hamba yang Muslim melakukannya untuk mencari kebaikan
dan barakah melalui sebab tersebut dengan mengikuti
sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Dia
akan mendapatkan kebaikan dan barakah itu sesuai dengan
niat dan kesungguhannya, jika tidak ada penghalang
syar’i yang menghalanginya.
Di antara
ucapan-ucapan yang mengandung barakah adalah dzikir
kepada Allah dan membaca Al Qur’an. Tidak tersamar lagi
bagi seorang Muslim bahwa dengan dzikir dan membaca Al
Qur’an seorang hamba dapat memperoleh kebaikan serta
barakah yang banyak. Hal ini dijelaskan dalam hadits
yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahih-nya dari Abu
Hurairah radliyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda :
Sesungguhnya Allah
memiliki para Malaikat yang biasa berkeliling di jalan
mencari orang-orang yang berdzikir. Jika mereka
mendapatkan suatu kaum yang berdzikir kepada Allah,
mereka pun saling memanggil : “Kemarilah pada apa yang
kalian cari (hajat kalian).” Maka para Malaikat pun
menaungi mereka dengan sayap mereka sampai ke langit
dunia. Lalu Allah ‘azza wa jalla bertanya kepada para
Malaikat itu sedangkan Allah Maha Tahu : “Apa yang
diucapkan para hamba-Ku?” Para Malaikat menjawab :
“Mereka bertasbih, bertakbir, bertahmid, dan memuji
Engkau.” Allah bertanya : “Apakah mereka melihat Aku?”
Para Malaikat tersebut menjawab : “Tidak, demi Allah,
mereka tidak melihat Engkau.” Allah bertanya lagi :
“Bagaimana sekiranya jika mereka melihat Aku?” Para
Malaikat menjawab : “Sekiranya mereka melihat Engkau,
niscaya mereka tambah bersemangat beribadah kepada-Mu
dan lebih banyak memuji serta bertasbih kepada-Mu.”
Allah bertanya : “Apa yang mereka minta?” Para Malaikat
menjawab : “Mereka minta Surga kepada-Mu.” Allah
bertanya : “Apakah mereka pernah melihat Surga?” Para
Malaikat menjawab : “Sekiranya mereka pernah melihatnya,
niscaya mereka lebih sangat ingin untuk mendapatkannya
dan lebih bersungguh-sungguh memintanya serta sangat
besar keinginan padanya.” Allah bertanya : “Dari apa
mereka minta perlindungan?” Para Malaikat menjawab :
“Dari neraka.” Allah bertanya : “Apakah mereka pernah
melihatnya?” Para Malaikat menjawab : “Tidak, demi
Allah, mereka belum pernah melihatnya.” Allah bertanya :
“Bagaimana kalau mereka melihatnya?” Para Malaikat
menjawab : “Seandainya mereka melihatnya, niscaya mereka
tambah menjauh dan takut darinya.” Allah berfirman :
“Aku persaksikan kepada kalian bahwa Aku telah
mengampuni mereka.” Seorang di antara Malaikat berkata :
“Di antara mereka ada si Fulan yang tidak termasuk dari
mereka (orang-orang yang berdzikir), dia hanya datang
karena ada keperluan.” Allah berfirman : “Tidak akan
celaka orang yang duduk bermajelis dengan mereka
(majelis dzikir).” (HR. Bukhari)
Dari hadits ini
diketahui betapa agung barakah dzikir tersebut, ia
mengandung pengampunan dosa-dosa dan jaminan masuk
Surga. Bukan hanya bagi orang-orang yang berdzikir saja,
tetapi juga mencakup orang yang duduk bersama mereka.
Sedangkan membaca Al Qur’an termasuk jenis dzikir yang
paling agung. Di dalamnya terdapat barakah dunia dan
akhirat yang tidak ada yang mampu menghitungnya kecuali
Allah ‘azza wa jalla. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda :
“Bacalah Al Qur’an karena
sesungguhnya dia akan datang di akhirat nanti memberi
syafaat kepada orang-orang yang membacanya.” (HR.
Muslim)
Di samping ucapan-ucapan ada pula
perbuatan yang mengandung barakah jika seorang Muslim
ber-iltizam dengannya dalam rangka ber-ittiba’
(mengikuti) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,
dia akan mendapat barakah yang agung dengan ijin Allah.
Termasuk di antaranya Thalabul ‘Ilmi (menuntut ilmu)
serta mengajarkannya dan juga shalat berjamaah. Demikian
pula maju ke medan tempur untuk meraih keutamaan mati
syahid di jalan Allah. Hal ini merupakan amal yang
mengandung barakah yang tidak ada yang lebih agung
daripadanya kecuali barakah iman dan barakah kenabian
dan kerasulan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda :
“Orang yang mati syahid memiliki enam
keutamaan di sisi Allah yaitu : Dia diampuni pada awal
penyerangannya, diperlihatkan tempat duduknya di Surga,
dilindungi dari adzab kubur, merasa aman dari ketakutan
yang dahsyat, diletakkan di atas kepalanya mahkota
kehormatan yang permatanya lebih baik daripada dunia
beserta isinya, dinikahkan dengan tujuh puluh dua
bidadari dan (diberi ijin) memberi syafaat kepada tujuh
puluh orang dari keluarganya.” (HR. Tirmidzi dari Miqdam
bin Ma’dikarib, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih
At Tirmidzi 2/132)
Di samping ucapan dan
perbuatan, keadaan-keadaan yang diberkahi antara lain :
Makan bersama dan dimulai dari pinggir, serta menjilat
jari (setelah makan), dan makan secukupnya. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :“Berkumpullah
kalian menikmati makanan dan sebutlah nama Allah, kalian
akan diberkahi padanya.” (HR. Abu Dawud, Ahmad, dan Ibnu
Majah, dihasankan oleh Al Albani dalam Shahih Abi
Dawud)
Juga beliau bersabda :“Barakah itu akan
turun di tengah-tengah makanan, maka makanlah dari
pinggir dan jangan dari tengah.” (HR. Ahmad, Abu Dawud,
Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih
Abu Dawud)
Beliau juga memerintahkan untuk
menjilat jari karena seseorang tidak tahu mana di antara
makanan itu yang mengandung barakah.
Beliau juga
bersabda :“Takarlah makanan itu, kalian akan diberkahi
padanya.” (HR. Bukhari)
Semua ucapan atau
perbuatan yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya,
kemudian dilakukan seorang hamba dengan ikhlas dan
mutaba’ah (mengikuti Sunnah) niscaya akan menjadi
penyebab turunnya barakah.
B. Bertabaruk Dengan
Tempat Allah menjadikan barakah pada beberapa tempat
di muka bumi. Barangsiapa mencari barakah pada tempat
tersebut, niscaya dia akan mendapatkannya dengan ijin
Allah, jika dia beramal dengan ikhlas dan mutaba’ah.
Tempat-tempat tersebut antara lain :
1.
Masjid-masjid
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda : “Tempat yang paling dicintai Allah di
suatu negeri adalah masjid-masjidnya dan tempat yang
paling dibenci Allah dalam suatu negeri adalah
pasar-pasarnya.” (HR. Muslim)
Bertabaruk dengan
masjid bukan dengan mengusap tanah atau temboknya.
Karena tabaruk adalah perkara ibadah maka harus sesuai
dengan Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Mencari barakah melalui masjid-masjid adalah dengan
i’tikaf di dalamnya, menunggu shalat lima waktu, shalat
berjamaah, menghadiri majelis-majelis dzikir di sana,
dan perkara-perkara yang disyariatkan lainnya. Adapun
perkara ibadah yang tidak disyariatkan tidak akan
mendatangkan barakah, bahkan termasuk perbuatan
bid’ah.
Di antara masjid yang memiliki
keistimewaan tambahan dalam hal barakah adalah :
Masjidil Haram, Masjid Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam, Masjidil Aqsa, dan Masjid Quba’. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Shalat di
masjidku ini lebih baik seribu kali daripada shalat di
masjid yang lain kecuali Masjidil Haram.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
Dalam riwayat lain ada tambahan
:
“Dan shalat di Masjidil Haram lebih afdlal
seratus kali daripada shalat di masjidku ini.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Sabda beliau pula : “Tidak
boleh dilakukan perjalanan (jauh) kecuali kepada tiga
masjid, yaitu masjidku ini, masjidil haram, dan masjidil
aqsa.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Beliau bersabda
tentang masjid Quba’ : “Barangsiapa bersuci di rumahnya
lalu datang ke masjid Quba’ dan shalat padanya dengan
satu shalat maka baginya seperti pahala umrah.” (HR.
Ahmad, Hakim, An Nasa’i, Ibnu Majah, dan dishahihkan
oleh Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah)
2. Kota
Makkah, Madinah, dan Syam
Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda tentang Makkah : “Demi Allah,
engkau (Makkah) adalah bumi Allah yang paling baik dan
paling dicintai-Nya. Sekiranya aku tidak diusir darimu,
tidaklah aku akan keluar.” (HR. Ahmad, Hakim, Ibnu
Majah, dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Ibnu
Majah)
Demikian pula Madinah dan Syam, Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam menyatakan : “Barangsiapa
menginginkan kejelekan terhadap penduduknya (Madinah),
Allah akan menghancurkannya sebagaimana melelehnya garam
dalam air.” (HR. Muslim)
“Berbahagialah penduduk
Syam.” Kami bertanya : “Kenapa?” Beliau menjawab :
“Sesungguhnya para Malaikat Allah Yang Maha Rahman
membentangkan sayap mereka di atasnya.” (HR. Ahmad,
Hakim, dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Al
Jami’ Ash Shaghir) Sehingga orang yang bermukim di
Makkah, Madinah, atau Syam dengan mengharap barakah
Allah ‘azza wa jalla pada tempat tersebut, baik dalam
hal tambahan rezki atau dihindarkan dari fitnah, berarti
dia telah diberi taufiq untuk mendapatkan kebaikan yang
banyak. Adapun kalau seorang hamba bertabaruk dengan
mengusap tanah, batu-batuan, tembok dan pepohonannya,
atau dengan mengambil tanahnya untuk dicampur dengan air
dan dijadikan obat atau yang semisal itu, maka dia
justru mendapatkan dosa karena mengamalkan bid’ah. Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah bertabaruk
dengan cara seperti itu.
3. Arafah, Muzdalifah,
dan Mina
Ketiga tempat tersebut juga termasuk
diberkahi karena banyak kebaikan yang turun kepada
manusia di tempat-tempat tersebut berupa pengampunan
dosa dan pembebasan dari neraka serta pahala yang besar
sebagai barakah ber-ittiba’ kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam. Demikian pula wuquf
(menetap) di tempat tersebut pada waktu yang
disyariatkan.
C. Bertabaruk Dengan Waktu Allah
subhanallahu wa ta'ala mengkhususkan beberapa waktu
dalam hal keutamaan dan barakah.
Barangsiapa
memilih waktu-waktu tersebut untuk melakukan kebaikan
padanya serta bertabaruk dengan menjalankan amal-amal
yang disyariatkan pada waktu tersebut, niscaya dia akan
memperoleh barakah yang agung. Seperti bulan Ramadlan,
Lailatul Qadar, sepertiga malam terakhir, hari Jum’at,
Senin, Kamis, bulan-bulan Haram, dan 10 hari bulan
Dzulhijah. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam : “Sungguh telah datang kepada kalian
bulan Ramadlan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan
atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu Surga dibuka
dan pintu-pintu neraka Jahim ditutup serta setan
dibelenggu pada bulan tersebut. Di dalamnya terdapat
satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Siapa
yang terhalang (mendapatkan kebaikannya) maka sungguh ia
terhalang (dari kebaikan yang banyak).” (HR. Ahmad dan
dijayidkan oleh Al Albani karena syawahidnya dalam
Misykah Al Mashabih)
Adapun barakah yang Allah
jadikan pada bulan Ramadlan antara lain berupa berupa
pengampunan dosa, tambahan rezki bagi seorang Mukmin,
pendidikan (jiwa), serta pahala yang besar di sisi
Allah.
Adapun Lailatul Qadar, keadaannya sangat
agung sebagaimana firman Allah : “Malam kemuliaan itu
lebih baik daripada seribu bulan.” (Al Qadr :
3)
Karena agungnya barakah pada malam tersebut
sehingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
menyatakan : “Berjaga-jagalah (untuk mendapatkan)
Lailatul Qadr pada bilangan ganjil dari sepuluh hari
terakhir bulan Ramadlan.” (HR. Bukhari)
Termasuk
waktu yang diberkahi pula adalah 10 hari bulan Dzulhijah
sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam : “Tidak ada amal pada hari-hari (lain) yang
lebih afdlal daripada 10 hari bulan Dzulhijah ini.”
Mereka para shahabat pun bertanya : “Tidak pula jihad?”
Beliau bersabda : “Tidak pula jihad, kecuali seseorang
yang keluar menyabung nyawa dan hartanya dan tidak
kembali sedikitpun.” (HR. Bukhari)
Keutamaan hari
‘Arafah (tanggal 9 Dzulhijah) bagi orang yang berhaji
telah dimaklumi. Allah membanggakan orang-orang yang
wuquf di ‘Arafah kepada para Malaikat-Nya selama mereka
datang semata-mata untuk mencari ampunan. Sedangkan
berpuasa bagi yang tidak haji akan mendapatkan barakah
yaitu diampuninya dosa-dosanya setahun yang lalu dan
setahun yang akan datang. Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda : “ … dan puasa pada hari ‘Arafah,
aku berharap kepada Allah untuk mengampuni setahun yang
lalu dan setahun sesudahnya.” (HR. Muslim)
Adapun
hari Jum’at, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda : “Sebaik-baik hari yang matahari terbit
padanya adalah hari Jum’at. Pada hari itu Adam
diciptakan, dimasukkan ke dalam Surga dan dikeluarkan
dari Surga. Tidak akan terjadi hari kiamat kecuali pada
hari Jum’at.” (HR. Muslim)
Adapun sepertiga malam
terakhir, ketika Allah turun ke langit dunia, turun pula
barakah yang agung bagi orang yang berdoa dan minta
ampun pada waktu tersebut. Sebagaimana sabda Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam : "Rabb kita Tabaraka wa
Ta’ala turun pada setiap malam ke langit dunia ketika
tersisa sepertiga malam terakhir. Allah berfirman :
“Siapa yang berdoa kepada-Ku, Aku akan mengabulkannya.
Siapa yang minta kepada-Ku, Aku akan memberinya, dan
siapa yang meminta ampun kepada-Ku, Aku akan
mengampuninya.” (HR. Bukhari)
Mencari barakah
pada waktu-waktu tersebut harus dengan cara yang telah
disyariatkan oleh Allah dan sesuai dengan bimbingan
Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam. Kalau seorang
hamba mencari barakah pada waktu-waktu tersebut dengan
amal yang tidak disyariatkan niscaya dia tidak akan
diberi taufiq untuk mendapatkan barakah
tersebut.
Demikian pula barakah terdapat pada
beberapa jenis makanan sebagaimana yang disebutkan dalam
hadits-hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
seperti minyak zaitun, susu, al habbatus sauda’ (jinten
hitam), madu, air zam-zam, dan kurma.
Wallahu
A’lam. (Dikutip dari majalah SALAFY/Edisi
XXII/1418/1997/AQIDAH - Mukhtar M. Nur & Abu
Abdillah Al Makasari) |
| |
|