
Indahnya
Qiyamul Lail Penulis: Ustadz Abu Hamzah Yusuf Fiqh, 21 -
Juli - 2003, 23:10:32
Qiyamul lail atau yang biasa disebut juga
Sholat Tahajjud atau Sholat Malam adalah salah satu ibadah
yang agung dan mulia , yang disyari’atkan oleh Allah Subhanahu
wa Ta’ala sebagai ibadah nafilah atau ibadah sunnah. Akan
tetapi bila seorang hamba mengamalkannya dengan penuh
kesungguhan, maka ia memiliki banyak keutamaan. Berat memang,
karena memang tidak setiap muslim sanggup melakukannya.
Andaikan Anda tahu keutamaan dan keindahannya, tentu Anda
akan berlomba-lomba untuk menggapainya. Benarkah ?
Ya,
banyak nash dalam Alquran dan Assunnah yang menerangkan
keutamaan ibadah ini. Di antaranya adalah sebagai
berikut: Pertama: Barangsiapa menunaikannya, berarti ia
telah mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana dalam
firman-Nya: “Dan pada sebagian malam hari, sholat tahajjudlah
kamu sebagai ibadah nafilah bagimu, mudah-mudahan Rabb-mu
mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” (Al-Isro’:79) Dr.
Muhammad Sulaiman Abdullah Al-Asyqor menerangkan: “At-Tahajjud
adalah sholat di waktu malam sesudah bangun tidur. Adapun
makna ayat “sebagai ibadah nafilah” yakni sebagai tambahan
bagi ibadah-ibadah yang fardhu. Disebutkan bahwa sholat lail
itu merupakan ibadah yang wajib bagi Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, dan sebagai ibadah tathowwu’ (sunnah) bagi
umat beliau.” ( lihat Zubdatut Tafsir, hal. 375 dan Tafsir
Ibnu Katsir: 3/54-55) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam juga bersabda: “Sholat yang paling utama sesudah sholat
fardhu adalah qiyamul lail (sholat di tengah malam).”
(Muttafaqun ‘alaih) Kedua : Qiyamul lail itu adalah
kebiasaan orang-orang shalih dan calon penghuni surga. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang
bertakwa itu berada dalam taman-taman surga dan di mata
air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan oleh Rabb
mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu (di dunia) adalah
orang-orang yang berbuat kebaikan, (yakni) mereka sedikit
sekali tidur di waktu malam, dan di akhir-akhir malam mereka
memohon ampun (kepada Allah).” (Adz-Dzariyat:
15-18). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sebaik-baik lelaki adalah Abdullah (yakni Abdullah bin Umar
bin Khaththab radhiyallahu ‘anhuma, -ed) seandainya ia sholat
di waktu malam.” (HR Muslim No. 2478 dan 2479). Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menasihati Abdullah ibnu
Umar radhiyallahu ‘anhuma: “Wahai Abdullah, janganlah engkau
menjadi seperti fulan, ia kerjakan sholat malam, lalu ia
meninggalkannya.” (HR Bukhari 3/31 dan Muslim
2/185). Ketiga : Siapa yang menunaikan qiyamul lail itu,
dia akan terpelihara dari gangguan setan, dan ia akan bangun
di pagi hari dalam keadan segar dan bersih jiwanya.
Sebaliknya, siapa yang meninggalkan qiyamul lail, ia akan
bangun di pagi hari dalam keadan jiwanya dililit kekalutan
(kejelekan) dan malas untuk beramal sholeh. Suatu hari
pernah diceritakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam tentang orang yang tidur semalam suntuk tanpa mengingat
untuk sholat, maka beliau menyatakan: “Orang tersebut telah
dikencingi setan di kedua telinganya.” (Muttafaqun ‘alaih).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
menceritakan: “Setan mengikat pada tengkuk setiap orang
diantara kalian dengan tiga ikatan (simpul) ketika kalian akan
tidur. Setiap simpulnya ditiupkanlah bisikannya (kepada orang
yang tidur itu): “Bagimu malam yang panjang, tidurlah dengan
nyenyak.” Maka apabila (ternyata) ia bangun dan menyebut nama
Allah Ta’ala (berdoa), maka terurailah (terlepas) satu simpul.
Kemudian apabila ia berwudhu, terurailah satu simpul lagi. Dan
kemudian apabila ia sholat, terurailah simpul yang terakhir.
Maka ia berpagi hari dalam keadaan segar dan bersih jiwanya.
Jika tidak (yakni tidak bangun sholat dan ibadah di malam
hari), maka ia berpagi hari dalam keadaan kotor jiwanya dan
malas (beramal shalih).” (Muttafaqun ‘alaih) Keempat :
Ketahuilah, di malam hari itu ada satu waktu dimana Allah
Subhanahu wa Ta’ala akan mengabulkan doa orang yang berdoa,
Allah akan memberi sesuatu bagi orang yang meminta kepada-Nya,
dan Allah akan mengampuni dosa-dosa hamba-Nya bila ia memohon
ampunan kepada-Nya. Hal itu sebagaimana yang disebutkan
oleh Rasulullah dalam sabda beliau: “Di waktu malam terdapat
satu saat dimana Allah akan mengabulkan doa setiap malam.” (HR
Muslim No. 757). Dalam riwayat lain juga disebutkan oleh
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Rabb kalian turun
setiap malam ke langit dunia tatkala lewat tengah malam, lalu
Ia berfirman: “Adakah orang yang berdoa agar Aku mengabulkan
doanya?” (HR Bukhari 3/25-26). Dalam riwayat lain disebutkan,
bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman: “Barangsiapa
yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku mengampuninya, siapa
yang memohon (sesuatu) kepada-Ku, niscaya Aku pun akan
memberinya, dan siapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku akan
mengabulkannya.” Hal ini terus terjadi sampai terbitnya fajar.
(Tafsir Ibnu Katsir 3/54)
Kesungguhan Salafus Shalih
untuk menegakkan Qiyamul lail Disebutkan dalam sebuah
riwayat, bahwa tatkala orang-orang sudah terlelap dalam
tidurnya, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu justru mulai bangun
untuk shalat tahajjud, sehingga terdengar seperti suara
dengungan lebah (yakni Al-Qur’an yang beliau baca dalam sholat
lailnya seperti dengungan lebah, karena beliau membaca dengan
suara pelan tetapi bisa terdengar oleh orang yang ada
disekitarnya, ed.), sampai menjelang fajar
menyingsing. Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah pernah
ditanya: “Mengapa orang-orang yang suka bertahajjud itu
wajahnya paling bercahaya dibanding yang lainnya?” Beliau
menjawab: “Karena mereka suka berduaan bersama Allah Yang Maha
Rahman, maka Allah menyelimuti mereka dengan cahaya-Nya.”
Abu Sulaiman berkata: “Malam hari bagi orang yang setia
beribadah di dalamnya, itu lebih nikmat daripada permainan
mereka yang suka hidup bersantai-santai. Seandainya tanpa
adanya malam, sungguh aku tidak suka tinggal di dunia
ini.” Al-Imam Ibnu Al-Munkadir menyatakan : “Bagiku,
kelezatan dunia ini hanya ada pada tiga perkara, yakni qiyamul
lail, bersilaturrahmi dan sholat berjamaah.” Al-Imam Hasan
Al-Bashri juga pernah menegaskan: “Sesungguhnya orang yang
telah melakukan dosa, akan terhalang dari qiyamul lail.” Ada
seseorang yang bertanya: “Aku tidak dapat bangun untuk untuk
qiyamul lail, maka beritahukanlah kepadaku apa yang harus
kulakukan?” Beliau menjawab : “Jangan engkau bermaksiat
(berbuat dosa) kepada-Nya di waktu siang, niscaya Dia akan
membangunkanmu di waktu malam.”(Tazkiyyatun Nufus, karya Dr
Ahmad Farid) Pembaca yang budiman, inilah beberapa
keutamaan dan keindahan qiyamul lail. Sungguh, akan merasakan
keindahannya bagi orang yang memang hatinya telah diberi
taufik oleh Allah Ta’ala, dan tidak akan merasakan
keindahannya bagi siapa pun yang dijauhkan dari taufik-Nya.
Mudah-mudahan, kita semua termasuk diantara hamba-hamba-Nya
yang diberi keutamaan menunaikan qiyamul lail secara
istiqamah. Wallahu waliyyut taufiq.
| |
Silahkan menyalin & memperbanyak artikel
ini dengan mencantumkan url sumbernya. Sumber artikel :
http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=113
|