Seputar Perjanjian al-Hudaibiyah (Akhir Tahun 6 H)
Sabtu, 02 Juli 05
“Kemudian Rasulullah menetap di Madinah selama bulan Ramadhan
dan Syawal. Pada bulan Dzulqa’dah, beliau keluar dari Madinah untuk berumrah dan
tidak menginginkan perang.*
“Rasulullah mengajak orang-orang Arab dan orang-orang Badui yang ada di sekitar
beliau untuk pergi bersama beliau, karena khawatir orang-orang Quraisy memerangi
atau melarang beliau mengunjungi Baitullah. Banyak sekali orang-orang Badui yang
menolak ajakan beliau. Kendati begitu, beliau tetap berangkat bersama para
sahabat dari kaum Muhajirin, para sahabat dari kaum Anshar, dan orang-orang Arab
lainnya. Beliau membawa hewan sembelihan (onta)** dan berpakaian ihram untuk
umrah agar manusia merasa aman dan mengetahui beliau keluar untuk mengunjungi
Baitullah dan mengagungkannya”.
“Rasulullah berjalan dan ketika tiba di ‘Usfan (sebuah tempat lebih kurang dua
marhalah sebelum masuk kota Makkah), beliau bertemu Bisyr bin Sufyan al-Ka’bi.
“Bisyr bin Sufyan berkata kepada Rasulullah SAW, ‘Wahai Rasulullah, orang-orang
Quraisy mendengar keberangkatanmu, untuk itu, mereka keluar dengan membawa
unta-unta betina yang baru melahirkan anaknya yang teteknya penuh dengan susu
lalu berhenti di Dzu Thuwa (Nama sebuah tempat dekat Makkah) Mereka bersumpah
kepada Allah bahwa engkau tidak boleh masuk ke tempat mereka untuk
selama-lamanya. Inilah Khalid bin Walid dengan pasukan berkudanya, mereka
mengutusnya ke Kuraul Ghamim’***. Rasulullah SAW bersabda, ‘Celakalah
orang-orang Quraisy, sungguh mereka telah dikuasai nafsu berperang. Apa salahnya
kalau mereka tidak menghalang-halangiku berhubungan dengan orang-orang Arab.
Jika orang-orang Arab tersebut mengalahkanku, itulah yang mereka harapkan. Jika
Allah memenangkanku atas mereka, maka mereka masuk Islam. Jika mereka tidak
masuk Islam, mereka berperang, toh mereka mempunyai kekuatan. Demi Allah,
orang-orang Quraisy jangan salah sangka, sesungguhnya aku tidak pernah berhenti
memperjuangkan apa yang aku bawa dari Allah hingga Dia memenangkannya atau aku
mati karenanya’. Beliau bersabda lagi, ‘Siapa yang bisa berjalan dengan kita di
jalan lain yang tidak mereka lalui?”.
Sesorang dari Bani Aslam berkata, ‘Aku, wahai Rasulullah’. Orang tersebut
berjalan bersama kaum muslimin melewati jalan yang penuh dengan pohon hingga
sulit dilalui di antara jalan-jalan menuju gunung. Ketika mereka keluar dari
jalan tersebut dalam keadaan lelah dan tiba di tanah datar di ujung lembah,
Rasulullah bersabda, ‘Katakanlah, ‘Kami meminta ampunan kepada Allah dan
bertaubat kepadaNya’. Mereka mengucapkan perkataan tersebut. Rasulullah bersabda
lagi, ‘Demi Allah, itulah perkatan yang dulu ditawarkan kepada Bani Israel,
namun mereka tidak mau mengucapkannya’.****”
“Maka Rasulullah memberi instruksi kepada kaum muslimin dengan bersabda,
‘Hendaklah kalian mengambil jalan arah kanan melewati Al-Hamdhu, jalan yang
tembus ke Tsaniyyatul Mirar, tempat pemberhentian di al-Hudaibiyah, dari arah
bawah Makkah.
Rombongan pun berjalan melewati jalan tersebut. Ketika pasukan berkuda Quraisy
melihat kepulan debu dari jalan yang berlainan dengan jalan mereka yang mereka
lalui, mereka pulang kepada orang-orang Quraisy. Di sisi lain, Rasulullah terus
berjalan dan ketika berjalan di Tsaniyyatul Mirar, tiba-tiba unta beliau
berhenti dan orang-orang pun berkata, ‘Unta ini mogok jalan’. Rasulullah
bersabda, ‘Unta ini tidak mogok jalan dan itu bukan tabiatnya, namun ia ditahan
oleh Allah yang menahan gajah dari Makkah (pasukan Abrahah). Jika hari ini
orang-orang Quraisy mengajakku menyambung hubungan kekerabatan, aku
menyetujuinya’. Beliau bersabda lagi, ‘Berhentilah kalian’. Salah seorang
sahabat berkata kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah, di lembah ini tidak ada mata
air. Jadi, kita tidak usah berhenti di sini’.
Rasulullah mengeluarkan panah dari tabung panah dan memberikannya kepada salah
seorang dari para sahabat, kemudian ia turun dengan panah tersebut ke salah satu
sumur di tempat tersebut dan memasukkan panah ke dalamnya. Air pun keluar hingga
tanah di sekitar sumur menjadi basah”.
“Ketika Rasulullah tengah beristirahat, beliau didatangi Budail bin Warqa’ Al-Khuzai
bersama beberapa orang dari Khuza’ah. Mereka berbicara dan menanyakan alasan
kedatangan beliau ke Makkah. Beliau menjelaskan kepada mereka bahwa beliau
datang tidak untuk perang, namun untuk mengunjungi Baitullah dan mengagungkannya.
Setelah itu, beliau bersabda kepada mereka seperti yang beliau sabdakan kepada
Bisyr bin Sufyan. Usai mendapatkan penjelasan beliau, Budail bin Warqa’ Al-Khuzai
dan anak buahnya pulang ke tempat orang-orang Quraisy dan berkata kepada mereka,
‘Hai orang-orang Quraisy, sesungguhnya kalian terlalu cepat bertindak terhadap
Muhammad. Sesungguhnya Muhammad datang tidak untuk perang, namun untuk
mengunjungi Baitullah. Maka curigailah dan tolaklah mereka dengan kata-kata
kasar’. Orang-orang Quraisy berkata, ‘Jika ia datang untuk tujuan tersebut dan
tidak untuk perang, maka demi Allah ia tidak boleh masuk ke tempat kita dengan
kekerasan untuk selama-lamanya dan ia tidak boleh mengungkit-ungkit perang
kepada kita’.”
“Orang-orang Khuza'ah; baik yang muslim atau yang musyrik adalah kolega dekat
Rasulullah yang tidak merahasiakan apa saja yang terjadi di Makkah terhadap
beliau. Mereka mengutus Mikraz bin Hafsh bin Al-Akhyaf saudara Bani Amir bin
Luai kepada Rasulullah. Ketika beliau melihat kedatangannya, beliau bersabda,
‘Orang ini pengkhianat’. Ketika Makraz bin Hafsh tiba di tempat beliau dan
berbicara dengan beliau, maka beliau bersabda kepadanya seperti yang beliau
sabdakan kepada Budail bin Warqa’ dan teman-temannya. Setelah itu, Makraz bin
Hafsh pulang kepada orang-orang Quraisy dan menceritakan kepada mereka apa yang
disabdakan Rasulullah”.
“Orang-orang Quraisy mengutus Al-Hulais bin Alqamah atau bin Zabban kepada
Rasulullah. Ketika itu, Al-Hulais bin Alqamah adalah pemimpin orang-orang
Ahabisy dan warga Bani Al-Harits bin Abdu Manat bin Kinanah. Ketika Rasulullah
melihat kedatangannya, beliau bersabda, ‘Orang ini berasal dari kaum yang
beribadah, oleh karena itu, tempatkan hewan sembelihan (onta) di depannya agar
ia bisa melihatnya’. Ketika al-Hulais bin ‘Alqamah melihat hewan sembelihan (onta)
berdatangan kepadanya dari samping lembah dengan memakai kalung sebagai tanda
akan disembelih dan bulu-bulunya telah rusak karena terlalu lama berada di
tempat ia akan disembelih, ia segera pulang kepada orang-orang Quraisy dan tidak
jadi bertemu dengan Rasulullah karena hormat kepada beliau. Ia ceritakan apa
yang dilihatnya kepada orang-orang Quraisy, kemudian orang-orang Quraisy berkata
kepadanya, ‘Duduklah engkau, karena engkau orang Arab dusun yang bodoh’.”
Al-Hulais bin Alqamah marah karena perkataan orang-orang Quraisy. Ia berkata,
‘Hai orang-orang Quraisy, demi Allah, kami bersekutu dan mengikat perjanjian
dengan kalian tidak untuk hal ini. Pantaskah orang yang ingin mengagungkan
Baitullah itu tidak boleh datang kepadanya?. Demi Dzat yang jiwa Al-Hulais
berada di tanganNya, kalian mengizinkan Muhammad mengunjungi Baitullah atau aku
membelot dari kalian bersama orang-orang Ahabisy’. Orang-orang Quraisy berkata
kepada Al-Hulais bin Alqamah, Tahan dirimu, hai Al-Hulais, hingga kami bisa
mengambil apa yang kami ridhai untuk kami’.”
“Kemudian orang-orang Quraisy mengutus Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafi untuk pergi
kepada Rasulullah. Urwah bin Mas’ud berkata, ‘Hai orang-orang Quraisy, sungguh
aku tahu kata-kata kasar dan buruk yang kalian sampaikan kepada orang-orang yang
kalian utus untuk menemui Muhammad. Kalian tahu bahwa kalian adalah orang tua
sedang aku anak –Urwah adalah anak Subai’ah binti Abdu Syams–. Aku dengar apa
yang terjadi pada kalian, mengumpulkan orang-orang dari kaumku yang taat
kepadaku, kemudian datang kepada kalian untuk membantu kalian dengan diriku
sendiri’. Orang-orang Quraisy berkata, ‘Engkau benar. Engkau bukan orang
tertuduh di tempat kami’. Setelah itu, Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafi berangkat ke
tempat Rasulullah. Ketika ia tiba di tempat beliau, ia duduk di depan beliau,
kemudian berkata, ‘Hai Muhammad, engkau kumpulkan orang banyak kemudian membawa
mereka kepada keluargamu untuk membunuh mereka?.
Orang-orang Quraisy telah keluar bersama wanita-wanita dan anak-anak mereka
dengan memakai kulit-kulit harimau. Mereka bersumpah tidak akan mengizinkanmu
masuk ke tempat mereka untuk selama-lamanya. Demi Allah, dengan mereka,
sepertinya kami lihat pengikut kalian akan menyingkir darimu besok pagi’. Abu
Bakar Ash-Shiddiq yang duduk di belakang Rasulullah berkata, ‘Isaplah klentit
(clitoris) Lata. Apakah kami akan menyingkir dari beliau?’. Urwah bin Mas’ud
Ats-Tsaqafi berkata, ‘Siapa orang ini, hai Muhammad?’. Beliau menjawab, ‘Dia
putra Abu Quhafah’. Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafi berkata, ‘Demi Allah, jika aku
tidak berutang budi padanya, pasti aku balas ucapannya dengan ucapan yang lebih
menyakitkan, namun perkataanku ini sudah cukup’. Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafi
berusaha memegang Rasulullah sambil berbicara dengan beliau. Al-Mughirah bin
Syu’bah yang berdiri di depan Rasu-lullah dengan memegang pedang memukul tangan
Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafi yang hendak memegang jenggot Rasulullah, sambil
berkata, ‘Tahan tanganmu dari wajah Rasulullah sebelum pedang ini mengenaimu’.
Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafi berkata, ‘Celakalah engkau, betapa kasarnya engkau!’
Rasulullah tersenyum.
Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafi berkata kepada beliau, ‘Siapa orang ini, hai
Muhammad?’ Beliau men-jawab, ‘Dia anak saudaramu, yaitu Al-Mughirah bin Syu’bah’.
Urwah bin Mas’ud berkata, ‘Engkau pengkhianat, aku baru saja membersihkan aibmu
kemarin.”*****
“Kemudian Rasulullah menjelaskan kepada Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafi seperti
yang telah beliau jelaskan kepada teman-teman Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafi
sebelum ini bahwa beliau datang tidak untuk perang. Kemudian Urwah bin Mas’ud
Ats-Tsaqafi beranjak dari tempat Rasulullah dan sebelum itu, ia melihat apa yang
diperbuat para sahabat terha-dap beliau; jika beliau berwudhu maka mereka
memperebutkan bekas air wudhu beliau, jika beliau meludah maka mereka
memperebutkannya, dan jika rambut beliau jatuh maka mereka mengambilnya. Urwah
bin Mas’ud Ats-Tsaqafi pulang kepada orang-orang Quraisy dan berkata kepada
mereka, ‘Hai orang-orang Quraisy sungguh aku telah mengunjungi Kisra di
kerajaannya, Kaisar di kerajaannya, dan An-Najasyi di kerajaannya. Demi Allah,
aku tidak pernah melihat seorang raja di rakyatnya seperti Muhammad di
sahabat-sahabatnya. Sungguh aku lihat kaum yang tidak akan menyerahkannya kepada
sesuatu apa pun untuk selama-lamanya, oleh karena itu, pikirkanlah pendapat
kalian’.”
Rasulullah memanggil Khirasy bin Umaiyyah Al-Khuzai dan mengutusnya untuk
menemui orang-orang Quraisy. Beliau menyerahkan unta beliau yang bernama
Ats-Tsa’lab kepada Khirasy bin Umaiyyah dan menyuruhnya menyampaikan pesan
beliau kepada tokoh-tokoh Quraisy. Ketika Khirasy bin Umaiyyah tiba di tempat
orang-orang Quraisy, mereka menyembelih unta beliau yang dikendarai Khirasy bin
Umaiyyah dan juga bermaksud membunuh Khirasy bin Umaiyyah namun dicegah
orang-orang ahabisy. Mereka melepas Khirasy bin Umaiyyah hingga ia tiba kembali
di tempat Rasulullah SAW”.
“Kemudian Rasululla SAW memanggil Umar bin Khaththab untuk diutus ke Makkah guna
menyampaikan pesan beliau kepada tokoh-tokoh Quraisy. Umar bin Khaththab berkata,
‘Wahai Rasulullah, aku takut kepada orang-orang Quraisy atas diriku, sementara
di Makkah, tidak ada seorang pun dari Bani Adi bin Ka’ab yang bisa melindungiku.
Selain itu, orang-orang Quraisy mengetahui permusuhanku dan kekerasanku terha-dap
mereka. Aku tunjukkan kepadamu orang yang lebih mulia di Makkah daripada aku
yaitu Utsman bin Affan’. Rasulullah SAW memanggil Utsman bin Affan dan
menyuruhnya menemui Abu Sufyan bin Harb dan tokoh-tokoh Quraisy lainnya serta
menjelaskan kepada mereka bahwa baliau datang tidak untuk perang, namun untuk
mengunjungi Baitullah dan mengagungkannya’.
“Utsman bin Affan berangkat ke Makkah dan bertemu Aban bin Sa’id bin Al-Ash
ketika memasuki Makkah atau hendak memasukinya. Aban bin Sa’id Al-Ash membawa
Utsman bin Affan di depannya dan melindunginya hingga ia menyampaikan surat
Rasulullah. Setelah itu, Utsman bin Affan menemui Abu Sufyan bin Harb dan
tokoh-tokoh Quraisy, dan menyampaikan surat Rasulullah SAW kepada mereka. Mereka
berkata kepada Utsman bin Affan setelah ia selesai menyampaikan pesan Rasulullah
kepada mereka, ‘Jika engkau hendak melakukan thawaf di Baitullah, silakan’.
Utsman bin Affan menjawab, ‘Aku tidak akan thawaf hingga Rasulullah yang memulai
thawaf”.
“Utsman bin Affan ditahan orang-orang Quraisy di tempat mereka, namun informasi
yang sampai kepada Rasulullah SAW dan kaum muslimin ialah Utsman bin Affan
dibunuh”.
CATATAN:
* Rasulullah SAW menunjuk Namilah bin Abdillah Al-Laitsi sebagai amir sementara
di Madinah
** Hewan sembelihan yang dibawa ketika itu berjumlah tujuh puluh ekor unta.
Rombongan yang ikut saat itu berjumlah tujuh ratus orang. Setiap satu ekor unta
merupakan kongsi dari sepuluh orang
*** Nama sebuah tempat dekat Makkah
**** Isyarat kepada firman Allah: "Quulu hiththatun" yang artinya, "Ya
Allah hapuslah dosa kami".
***** Ibnu Hisyam berkata: "Maksud Urwah adalah bahwasanya Al-Mughirah bin
Syu'bah sebelum masuk Islam telah membunuh tiga belas orang Bani Malik dari
Tsaqif, maka marahlah orang-orang Bani Tsaqif, khususnya Bani Malik, keluarga
korban. Dan Al-Ahlaaf masih satu rumpun keluarga dengan Al-Mughirah, lalu Urwah
mengelurkan diyat untuk tiga belas orang korban yang terbunuh itu, maka
selesailah permasalahannya.