Message: 3
Date: Fri, 30 Apr 2004 07:54:50
+0700
From: andrip@jsx.co.id
Subject: MENJAWAB SYUBHAT
SEKITAR MAULID NABI [3]
-----Original Message-----
From:
Agung Priadi
[mailto:apriadi27@yahoo.com]
Sent: 10 Maret 2004
10:32
MENJAWAB SYUBHAT
SEKITAR MAULID NABI
Bagian 3
1.
SYUHBAT KE-EMPAT
Diantara syubhat yang
dijadikan sandaran oleh orang-orang yang membolehkan peringatan Maulid Nabi adalah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahihnya dari hadits Abu Qatadah,
ü Rasulullah ditanya tentang hari Senin? Beliau menjawab,"Itu adalah hari kelahiranku dan hari aku diutus menjadi Nabi." [Riwayat Ahmad dalam Musnad V,297 ; Muslim dalam Shahih II 819-820 Kita Ashiyam no 1162 hal 197-198; Ibnu Khuzaimah dalam Shahih II, 298-299
no.2117]
Setelah itu mereka berkata,"Ini menunjukkan bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa
sallam mengagungkan hari kelahirannya dan beliau mengagungkannya dengan cara berpuasa.Ini juga berarti boleh melakukan pengagungan dengan cara peringatan." [Al Madkhal Li-ibni Al Haj II,2-3 ; dan Hiwar Ma'a Al Maliki hal 47 serta ArRadd al Qawi hal 61]
Jawaban terhadap Syubhat :
a. Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam tidak pernah berpuasa pada hari kelahirannya, yaitu tanggal 12 Rabiul Awal, tetapi beliau berpuasa pada hari SENIN yang selau datang 4 kali secara terus menerus dalam sebulan.Berdasarkan ini maka mengkhususkan tanggal 12 Rabiul Awal dengan amalan tertentu ,sementara tidak melakukan apa-apa pada hari Senin setiap pekannya ,berarti dia merasa lebih tahu dari Nabi dan membenarkan perbuatannya sendiri. BETAPA JELEKNYA tindakan semacam ini.Naudzubillah [Al Jazairi, Al Inshaaf hal 44]
b. Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam tidak pernah memerintahkan
untuk berpuasa khusus pada hari Senin saja,tetapi menganjurkan agar
berpuasa
Senin dan Kamis
[9 <http://us.f603.mail.yahoo.com/ym/Compose?YY=10754#sembilan> ].
Rasulullah
Shalallahu
alaihi wa sallam bersabda:
ü "Amal perbuatan itu dilaporkan pada hari Senin dan Kamis,maka saya senang jika saya dilaporkan dketika saya berpuasa." [10]<http://us.f603.mail.yahoo.com/ym/Compose?YY=10754#sepuluh>
Menjadikan perintah puasa sunnah dihari Senin sebagai dalil untuk membolehkan perayaan bid'ah Maulid merupakan suatu upaya yang jauh dan mengada-ada.{ar Radd Al Qawi :62]
c. Jika tujuan dari pelaksanaan perayaan Maulid adalah untuk bersyukur kepada Allah atas nikmat kelahiran Rasulullh Shalallahu alaihi wa sallam pada hari itu; maka logikanya dan seharusnya,rasa syukur itu dilaksanakan seperti yang dilaksanakan oleh Rasulullah didalamnya yaitu berpuasa dan hendaklah dia berpuasa seperti puasa Rasulullah. Hanya saja orang-orang yang melaksanakan peringatan Maulid itu justru tidak berpuasa,karena puasa mengekang hawa nafsu dari kenikmatan makanan dan minuman.Sementara itu,mereka menginginkan makanan dan minuman,sehingga bertentanganlah antara kedua keinginan itu dan mereka lebih mengutamakan apa yang mereka cintai daripada apa yang dicintai Allah.Tentu saja realitas ini sangat ganjil menurut orang yang berakal sehat.[ Al Inshaff:hal 44]
d. Selain puasa,Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam tidak pernah melaksanakan perayaan atau perkumpulan-perkumpulan Maulid seprti yang dilakukan oleh orang-orang sekarang,yaitu berkumpul,membaca puji-pujian,syair,menyuguhkan makanan dan minuman.Tidak cukupkah umat ini dengan apa yang dicukupkan oleh Nabinya sehingga dia memperluasnya sesuai dengan keinginan mereka sendiri??Bisakah
orang berakal menjawab tidak??Jika demikian mengapa bersikap lancang kepada Allah dan menambah syariat sendiri?
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
v Apa
yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya (Al Hasyr:7)
Kemudian firman Allah:
v Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan
Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui (Al Hujurat 1)
Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda:
ü "Ketahuilah dan jauhilah perkara-perkara yang
baru,karena perkara yang
paling jelek itu adalah perkara yang baru.Setiap sesuatu yang baru adalah bid'ah dan setipa bid'ah adalah sesat."
[<http://us.f603.mail.yahoo.com/ym/Compose?YY=10754#sebelas>
11]
Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam
juga bersabda:
ü "Sesungguhnya Allah telah menetapkan batas-batas maka janganlah kalian melampauinya;mewajibkan kepada kalian kewajiban-kewajiban,maka janganlah kalian menyia-nyiakannnya; dan mengharamkan sesuatu maka janganlah kalian melanggarnya ; dan janganlah kalian meninggalkan sesuatu kecuali karena lupa,tetapi sebagai rahmat bagi kalian maka terimalah dia dan janganlah kalian mencari-carinya."(diriwayatkan Baihaqi)
<http://us.f603.mail.yahoo.com/ym/Compose?YY=10754#duabelas>
[12]
<http://us.f603.mail.yahoo.com/ym/apriadi27@yahoo.com>
Catatan kaki:
sembilan[9] Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad VI:80; Abu Dawud dalam Sunan II,814 kitab Shaum hal 7; At Tirmidzi dalam Sunan II ,124 bab Ash Shaum no.744,dan dia berkata :ini hadits hasan gharib; AnNasai dalam Sunan IV 152-153,202-203, kitab AshShaum ; dan Ibnu Majah dalam Sunan I .553, kitab AshShaum no.1739.
sepuluh[10] Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad V,20; Abu Dawud dalam Sunan II, 814 kitab AshShaum,hal 7 ; At Tirmidzi dalam Sunan II ,124 bab
AshShaum no. 744, dia berkata ,Ini hadits hasan Gharib, dan An Nasai dalam
sunan IV 201-201, kitab AshShaum sebelas
[11] Diriwayatkan Ibnu Majah dalam Sunan dengan sanad marfu' hingga sampai kepada Nabi Shalallahu alaihi wa sallam ,I,18 pada bagian Muqaddimah.Didalam sanadnya ada Ubaid bin Maimun al Madani.Ibnu hajar berkata,"Dia lemah."Liha Taqrib at Tahdzib I,545.
duabelas[12] Diriwayatkan oleh Baihaqi dalam Sunan X,12-13 kitab Adh Dhahaya
ada yang marfu dan ada yang mauquf.An Nawawi menyebutkannya dalam Arbain dan berkata,"Ini adalah hadits hasan diriwayatkan oleh Ad Daruquthni dan lain-lain.Ibnu Rajab berkata,"Dia mempunyai 2 alasan,pertama bahwa Mahkul tidak mendengar dari Abu Tsa''abah.Kedua ,diperselishkan apakah marfu''atau mauquf pada Abu Tsa'labah al Khasyani.
========================================================
Dari
Al Bida' Al Hauliyah,
Abdullah bin Abdul Aziz bin Ahmad At Tuwaiziri
Darul Fadhilah-Riyadh cet 1,1421H-2000M
hal 146-206
Edisi
Indonesia: Ritual Bid'ah dalam Setahun ,penerjemah Muniril Abdidin
Penerbit Darul Falah cet 1 Januari 2003 Dzulqo'dah 1423H, hal 150-221