Diambil dari mailing list assunnah@yahoogroups.com
Message: 3
Date: Sun, 14 Aug 2005 18:16:00 -0700 (PDT)
From: Teuku Johansyah <tjohansyah@yahoo.com>
Subject: Re: Tanya Mengusap Muka Sesudah Shalat [informasi]
Wa 'alaikumus-salaamu wa rahmatullahi wa barakaatuh
Al-Hamdu Lillah, antum bisa melihat Terjemahan Silsilah Al-Ahadits Adh-Dha'ifah
Jilid 3, terbitan GIP cet.4/1998, hadits no.1058 (sangat Dha'if), 1059 (Maudhu'
- palsu) di hal.258-260.
[Ana katakan] Beramal di dalam agama Islam itu mudah, yaitu lakukanlah yang
diperintah dan tinggalkan yang dilarang; cukup lakukanlah 'ibadah yang ada
perintahnya, dan beramal 'ibadah itu menunggu dalil, dan tinggalkan perbuatan
yang tidak ada dasarnya (bid'ah).
Bila ada suatu amalan yang ternyata tidak ada perintah maka tinggalkanlah,
niscaya hati menjadi ringan, beban menjadi berkurang; bila ternyata kebiasaan
ibadah kita hanya buatan manusia biasa (riwayat yang sangat lemah atau palsu)
maka tinggalkan, niscaya akan diisi kecintaan hati kita dan amalan kita oleh
Allah 'Azza wa Jalla akan kecintaan kepada as-Sunnah yang shahihah dan membenci
bid'ah yang sudah belasan atau puluhan tahun kita lakukan.
Perhatikan perkataan-perkataan Salafush-shalih dalam menasihati ummat :
Riwayat-1
Ath-Thabrani berkata - menceritakan kepada kami Muhammad ibnu An-Nadhr Al-Azdiy,
menceritakan kepada kami Mu'awiyah ibnu 'Amr, menceritakan kepada kami Zaidah,
dari Al-A'masy, dari Hubaib ibnu Abi Tsabit, dari Abi 'Abdir-rahman As-Sulamiy,
dari 'Abdillah (ibnu Mas'ud), beliau berkata,
"Hendaklah kalian mengikuti (Ittabi'uu), janganlah kalian berbuat bid'ah (Wa Laa
Tabtadi'uu), karena sesungguhnya kalian telah dicukupi (Fa Qod Kufiitum), setiap
bid'ah adalah kesesatan (Kullu Bid'atin Dhalaalatun)."
R. Ath-Thabrani [260-360H], Al-Mu'jam Al-Kabir no.8770 (9/154)
Meriwayatkan juga :
Ibnu Nashr [202-294H], As-Sunnah no.78 hal.28; Ibnu Abi 'Ashim [w287H], Kitab
Az-Zuhd hal.162.; Al-Lalika'iy, Syarhu Ushul I'tiqad Ahlis-Sunnah wal-Jama'ah
no.104 (1/86). Semua dengan tambahan lafazh (Kullu Bid'atin Dhalaalatun).
Kritik Sanad : Al-Haitsami [735-807H] dalam Majma'uz-Zawaid (1/181) menyatakan,
Telah meriwayatkan Ath-Thabrani dalam Al-Kabir dan rijalnya (para perawinya)
para perawi Ash-Shahih.
----------------
Riwayat-2
Ad-Darimi berkata - Mengabarkan kepada kami Abul-Mughirah, menceritakan kepada
kami Al-Auza'iy, dari Hassan ibnu 'Athiyah, katanya,
"Tidaklah suatu kaum yang membuat Bid'ah dalam Dien (Agama) kecuali Allah
mencabut dari mereka Sunnah semisalnya, kemudian tidak mengembalikannya kepada
mereka hingga hari kiamat."
(Ma-btada'a Qaumun Bid'atan Fii Diinihim illaa Naza'allahu Min SunnatiHim
MitslaHaa, Tsumma Laa Yu'iiduHaa Ilaihim Ilaa Yaumil-Qiyaamah)
R. Ad-Darimi [181-255H], Sunan no.98 (1/58).
Meriwayatkan juga :
Al-Lalika'iy [w418H], Syarhu Ushul I'tiqad Ahlis-Sunnah no.129 (1/93); Abu
Nu'aim [w430H], Hilyah Al-Auliya (6/73); Ibnu Wadhdhah, dalam Al-Bida' wan-Nahyu
'Anha no.66.
----------------
Riwayat-3
Ath-Thabrani berkata - menceritakan kepada kami Mu'adz ibnu Al-Mutsanna,
menceritakan kepada kami Musaddad, menceritakan kepada kami, 'Abdul-Mu'min Abu 'Ubaid,
menceritakan kepadaku Mahdiy ibnu Mahdiy, dari 'Ikrimah, dari Ibnu 'Abbas,
beliau berkata,
"Tidaklah datang suatu tahun kepada manusia, kecuali mereka telah mengadakan
suatu perbuatan Bid'ah di dalamnya dan mereka mematikan suatu sunnah di dalamnya.
Sehingga hiduplah bid'ah-bid'ah dan matilah sunnah-sunnah."
(Maa Ataa 'Alan-Naasi 'Aamun, illaa Ahdatsuu Fiihi Bid'atan, Wa Amaatuu Fiihi
Sunnatan, Hatta Tahyal-Bida'u Wa Tamuutas-Sunan)
R. Ath-Thabrani [260-360H], Al-Mu'jam Al-Kabir no.10610 (10/262).
Meriwayatkan juga :
'Abu 'Amr 'Utsman Ibnu Sa'id Al-Muqri' Ad-Daniy [371-444H], As-Sunan Al-Waridah
Fil-Fitan no.277 (3/613); Ibnu Wadhdhah, Al-Bida' wan-Nahyu 'Anha (1/146)
----------------
[Ana katakan] Janganlah kita berkata atau menyetujui perkataan :
"Tapi bukankah banyak orang islam yang memandang perkara (mengusap muka setelah
salam) ini baik (hasanah) dan banyak orang islam yang telah melakukannya, lalu
apakah mereka semua ini salah?"
Kita katakan :
Cukuplah bagi kita As-Sunnah yang telah shahihah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam yang diajarkan kepada para shahabatnya dan dipahami oleh mereka, serta
diamalkan oleh mereka radhiyallahu 'anhum ajma'in. Dan mereka telah berkata
dengan buah dari pemahaman yang baik dan menyelamatkan mereka dan ummat, serta
menyejukkan hati orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, mereka
menasihati demikian :
----------------
Riwayat-4
Al-Lalika'iy berkata - mengabarkan kepada kami Ahmad ibnu Muhammad, memberitakan
kepada kami 'Umar ibnu Ahmad, menceritakan kepada kami Ayahku, memberitakan
kepada kami Muhammad ibnu 'Ubaidillah, menceritakan kepada kami Syubabah,
menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Al-Ghaz, dari Nafi', dari Ibnu 'Umar,
katanya,
"Setiap Bid'ah adalah kesesatan, walaupun manusia memandangnya Hasanah."
(Kullu Bid'atin Dhalaalatun, Wa In Ra-aaHan-Naasu Hasanatan)
R. Al-Lalika'iy [w418H], Syarhu Ushul I'tiqad Ahlis-Sunnah Wal-Jama'ah no.126
(1/92).
Meriwayatkan juga :
Al-Baihaqi, Al-Madkhal ilas-Sunanil-Kubra no.191 hal.180; Ibnu Nashr Al-Marwaziy
[202-294H], As-Sunnah no.82 hal.29, dengan sanadnya sendiri, mengabarkan kepada
kami Ishaq, memberitakan kepada kami Waki', dari Hisyam ibnul-Ghaz, bahwasanya
dia telah mendengar Nafi' berkata, telah berkata Ibnu 'Umar,
"Setiap Bid'ah adalah kesesatan, walau pun manusia memandangnya Hasanah."
-------------
Wallahul-Musta'an.
Afwan kepanjangan, maunya cuma memberi informasi.
Demikian, semoga mewakili.
Was-salaamu 'alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh
Joh@n
Novareza Klifartha <novareza@gmail.com>
wrote:
assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
mungkin ana bisa sedikit membantu..
yg ana tahu bahwa cara terbaik mengenali sesuatu itu bid'ah atau bukan adalah
dengan mendalami al-hadits as shahihah (hadis2 yang shahih). lebih utama lagi
mempelajari kitab-kitab syarah al-hadits, misalnya fathul bari (syarah shahih
al-bukhari). atau dapat juga mempelajari buku-buku bahasan khusus, misal syarah
ushul tsalatsah..dst
kemudian sebaiknya dihindari pemahaman secara langsung, terutama pada nash-nash
(teks) Al-Qur'an, dan mencoba mencari tahu bagaimana para salaf menyikapi
nash-nash tersebut (karena mereka lebih utama untuk dicontoh daripada kita
menafsirkan sendiri, padahal masih kurang ilmunya).
mengenai mengusap wajah ketika berdoa sesudah sholat, setau ana para salaf tidak
melakukannya. salah satu kaidah penetapan hukum adalah tidak sembrono dalam
mengeluarkan fatwa dan berusaha mencari tahu ijma' yang sudah ada di kalangan
muhaditsin dan ushul fiqh.
afwan jika ada kesalahan.
semoga Allah memberikan rahmatnya kepada kita semua
wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
On 8/11/05, pe_relay_omi@ap.omron.com
pe_relay_omi@ap.omron.com> wrote:
Assalamua`laikum wr.wb.
Ana sangat yakin sekali bahwa Islam yg benar adalah islam yg diajarkan oleh
Rasulullah SAW kepada para sahabat, dan sesuai dengan Almaidah ayat 3 bahwa
islam itu sendiri sudah sempurna.
Sejauh yg ana ketahui bahwa Bid`ah itu adalah sesuatu kegiatan ibadah yg tidak
pernah dicontohkan (tetapi kita mengharapkan pahala), cuma yg membuat ana
sedikit bingung, apakah mengusap Muka sesudah sholat itu termsuk Bid`ah,
padahal hal tsb sudah menjadi kebiasaan.mohon pencerahannya.
tapi kalau dzikir keras ana yakin sekali itu termasuk bid`ah, karena sangat
bertentangan sekalii dengan Al A`raf 205. (dan sebutlah nama tuhan dengan
merendahkan suaramu dan dengan rasa Takut baik pagi maupun petang) Kalau
kebenaran itu datangnya dari Allah SWT, tapi sekiranya kekeliruan itu pasti
datangnya dari ana Sendiri.
Jazzaamullah Khoiran katsiro.
Abu Iqbal bin Nazif