Senin, 21 Juni 2004 09:20:38 WIB Kategori :
Fiqh Dimuat oleh : admin
ADAB SIWAK [GOSOK GIGI] [1]
Oleh Syaikh Abdul Aziz Muhammad
As-Salman

Pertanyaan. Apa hukum bersiwak
? Apakah waktunya terbatas
?
Jawaban. Bersiwak itu sunnah dilakukan pada setiap
waktu berdasarkan hadits Aisyah Radhiyallahu ‘anha, bahwa Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya :
bersiwak itu sebagai pembersih mulut dan diridhai oleh Allah” [Hadits
Riwayat Ahmad VI/47,62,124. An-Nasa’i no.5 dan Bukhari menyebutkannya
secara ta’liq dalam bab As-Siwak Ar-Ruthbu wa Al-Yabisu Li Ash-Shaim
II/682]
Dan hadits dari Amir bin Rubai’ah, dia
berkata,
“Artinya : Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam (berulang kali) –hingga aku tidak bisa menghitungnya- bersiwak
padahal beliau sedang berpuasa” [Hadits Riwayat Ahmad III/445, Abu Dawud
no. 2364 dan At-Tirmidzi no. 725 dan Bukhari menyebutkannya secara
mu’allaq dalam Bab As-Siwak Ar-Rathbu Wa Al-Yabisu Li
Ash-Shaim]
Pertanyaan. Waktu-waktu kapan sajakah diutamakan
bersiwak ? Sebutkan dengan jelas dan sertakan
dalil-dalilnya!
Jawaban. Waktu yang diutamakan untuk bersiwak
adalah ketika bangun tidur, ketika berwudhu, ketika hendak masuk rumah,
ketika hendak shalat, ketika hendak masuk masjid, ketika bau mulut berubah
(tidak sedap) dan ketika hendak membaca Al-Qur’an.
Adapun dalil
keutamaan bersiwak ketika bangun tidur adalah berdasarkan hadits Hudzaifah
Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata.
“Artinya
: Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila bangun
malam membersihkan mulutnya denga siwak” [Hadits Riwayat Bukhari no.42,
1085, Muslim no. 255. Abu Dawud no.55. An-Nasa’i no. 2, 1622 dan Ibnu
Majah no. 286]
Dan hadits dari Aisyah
Radhiyallahu ‘anha, dia berkata.
“Artinya
: Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak tidur pada
malam hari atau siang hari kemudian beliau bangun melainkan beliau pasti
gosok gigi terlebih dahulu sebelum berwudhu” [Hadits Riwayat Abu Daud no.
57 dan Lihat Shahih Abu Dawud I/14 no. 51]
Adapun dalil ketika bau
mulut berubah tidak sedap adalah karena memang disyariatkannya bersiwak
itu untuk menghilangkan bau yang tidak sedap. Adapun dalil ketika hendak
wudhu adalah berdasarkan hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu dari
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau
bersabda.
“Artinya : Kalaulah tidak akan memberatkan umtaku,
tentulah kuperintahkan kepada mereka supaya gosok gigi pada tiap-tiap
berwudhu” [Hadits Riwayat Malik, Ahmad, dan Nasa’i dan telah dishahihkan
oleh Ibnu Khuzaimah, sedang Imam Bukhari menyebutkan secara ta’liq]
[2]
Adapun dalil ketika hendak shalat adalah berdasarkan hadits Abu
Hurairah Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
beliau bersabda.
“Artinya : Kalaulah tidak akan memberatkan umatku,
tentulah telah diperitahkan kepada mereka supaya bersiwak pada tiap-tiap
akan shalat” [Hadits Riwayat Jama’ah] [3]
Adapun dalil ketika
hendak masuk masjid dan rumah adalah berdasarkan hadits Al-Miqdad bin
Syuraih yang diriwayatkan dari Syuraih, dia berkata, “ Aku bertanya kepada
Aisyah, “Apa yang pertama kali dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam ketika telah masuk rumah ?” Aisyah menjawab, ‘Bersiwak’ [Hadits
Riwayat Jama’ah kecuali Bukhari dan Tirmidzi] [4]. Dan Masjid lebih utama
dari pada rumah.
[Disalin dari kitab Al-As’ilah wa Ajwibah
Al-Fiqhiyyah Al-Maqrunah bi Al-Adillah Asy-Syar’iyyah jilid I, Disalin
ulang dari Majalah Fatawa 04/I/Dzulqa’adah 1423H
-2003M] _________ Foote Note [1] Asalnya
gosok gigi dengan menggunakan kayu siwak (yaitu al-arok). Namun jika tidak
ada, maka bisa dengan apa saja yang dapat membersihkan gigi dan mulut
seperti sikat dan pasta gigi, sapu tangan dan semisalnya. [2] Malik
I/66. Ahmad II/460 dan lainnya. An-Nasa’i (As-Sunan Al-Kubro) no. 3037,
3043 dan Bukhari secara ta’liq dalam Bab As-Siwak Ar-Rathbu wa Al-Yabisu
Li Ash-Shaim. [3] Bukhari no.847. Muslim no. 252. Abu Daud no. 46.
At-Tirmidzi no.23. An-Nasa’i no.7. Ibnu Majah no. 287. [4] Muslim no.
253. Abu Daud no.51. An-Nasa’i no.8. Ibnu Majah
no.290
|