Tawakal Adalah Sarana
Terbesar Untuk Mendapatkan Kebaikan Dan Menghindari
Kerusakan
Dr. Abdullah bin Umar
Ad-Dumaiji
Tawakal adalah salah satu sarana
terkuat di antara sarana-sarana yang bisa mendatangkan kebaikan serta
menghindari kerusakan, berlawanan dengan pendapat yang mengatakan: bahwa tawakal
hanyalah sekedar ibadah yang mendatangkan pahala bagi seorang hamba yang
melakukannya, seperti orang yang melempar jumrah (ketika haji), juga berlawanan
dengan orang yang berpendapat tawakal berarti men-tiada-kan prinsip sebab
musabab dalam penciptaan serta urusan, sebagaimana pendapat yang dilontarkan
oleh golongan "Mutakallimin" seperti Al-Asy-ari dan lainnya, dan juga seperti
pendapat yang dilontarkan oleh para ahli Fiqh dan golongan shufi, (Risalah Fi
Tahqiqi At-Tawakkul karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah hal. 87), hal ini
akan diterangkan dalam bahasan mengenai prinsip sebab-musabab, Insya
Allah.
Ibnul Qayyim berkata : Tawakal
adalah sebab yang paling utama yang bisa mempertahankan seorang hamba ketika ia
tak memiliki kekuatan dari serangan makhluk Allah lainnya yang menindas serta
memusuhinya, tawakal adalah sarana yang paling ampuh untuk menghadapi keadaan
seperti itu, karena ia telah menjadikan Allah pelindungnya atau yang memberinya
kecukupan, maka barang siapa yang menjadikan Allah pelindungnya serta yang
memberinya kecukupan maka musuhnya itu tak akan bisa mendatangkan bahaya
padanya. (Bada'i Al-Fawa'id 2/268)
Bukti yang paling baik adalah
kejadian nyata, telah diriwayatkan oleh Al-Bukhari yang disanadkan kepada Ibnu
Abbas : Hasbunallahu wa nima Al-Wakiil, yang artinya : (Cukuplah Allah
menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung), ungkapan ini
diucapkan oleh Nabi Ibrahim saat tubuhnya dilemparkan ke tengah-tengah Api yang
membara, juga diungkapkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa
sallam ketika dikatakan kepadanya : Sesungguhnya orang-orang musyrik telah
berencana untuk membunuh mu, maka waspadalah engkau terhadap mereka.
(Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam bab Tafsir 4563
(Fathul Bari 8/77))
Ibnu Abbas berkata : Kata-kata terakhir yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim
ketika ia dilemparkan ke tengah bara api adalah : "Cukuplah Allah menjadi
penolong kami dan Allah sebaik-baik pelindung". (Hadits Riwayat Al-Bukhari
bab Tafsir 4564 8/77)
Dan diriwayatkan oleh Al-Baihaqi
yang disanadkan kepada Bastar bin Al-Harits, ia berkata
: Ketika Nabi Ibrahim digotong untuk dilemparkan ke dalam api, Jibril
memperlihatkan diri padanya dan berkata : Wahai Ibrahim, apakah kamu perlu
bantuan ?, Ibrahim menjawab : Jika kepada engkau, maka saya tidak perlu bantuan,
(Diriwayatkan oleh Ibni Jarir dalam Tafsirnya 17/45, Al-Baghwi dalam
tafsirnya 4/243), ini adalah bagian dari kesempurnaan tawakal yang hanya
kepada Allah semata tanpa lainnya.
Akan tetapi apa yang terjadi
setelah itu ?!, Allah berfirman : "Kami berfirman :
'Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim', mereka
hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka orang-orang
yang paling merugi". (Al-Anbiya : 69-70)
Dan befirman pula Allah tentang
Nabi Muhammad dan para sahabatnya : "Maka mereka
kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat
bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah
mempunyai karunia yang besar". (Ali Imran :
174). Ibnu Katsir berkata : Setelah mereka bertawakal kepada Allah maka
Allah melindungi mereka dari bahaya yang mengancam mereka, dan Allah mencegah
dari mereka bencana yang telah direncanakan oleh orang-orang kafir, lalu mereka
kembali ke negeri mereka sesuai dengan firman-Nya, Dengan ni'mat dan karunia
(yang besar dari Allah, mereka tidak dapat bencana apa-apa) dari sesuatu yang
tersembunyi dalam hati musuh-musuh mereka dan (mereka mengikuti keridla'an
Allah) dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Tafsir Qur'anul Adzhim
2/148)
Dan firman Allah tentang
orang-orang beriman: "Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat
Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak
menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan
mereka dari kamu, Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah
orang-orang mukmin itu harus bertawakkal". (Al-Maidah :
11)
Kandungan dari ayat ini adalah
bahwa sikap tawakal kepada Allah yang ada dalam hati orang-orang yang beriman
adalah salah satu sebab Allah menahan tangan orang-orang kafir yang hendak
mencelakakan orang-orang yang beriman, Allah menggagalkan apa yang diingini oleh orang-orang kafir terhadap orang-orang
beriman.
Berita yang menerangkan tentang
sebab turunnya ayat ini ada tiga berita, semuanya membuktikan bahwa hanya
Allahlah yang menjadi pelindung bagi Nabi-Nya dan Allah pula yang menjaganya
dari kejahatan manusia, ketiga berita itu adalah:
Hadits
yang diriwayatkan oleh Bukhari dan lainnya dari Jabir bahwa Nabi Muhammad
Shallallahu 'alaihi wa sallam terpisah dari para sahabatnya lalu bernaung
di bawah pohon (Disebutkan bahwa pohon itu adalah pohon yang berduri,
An-Nihayah 3/255) beliau menggantungkan pedangnya di atas pohon itu,
kemudian datang seorang Arab Badui (Diriwayatkan bahwa nama orang itu adalah
Ghurata bin Al-Harits, lihat Shahihul Bukhari dalam kitab Al-Maghazy 4136 V/491
dan lihat pula Tafsir Ibnu Katsir 3/59) kepada Rasulullah dan mengambil
pedang milik beliau, lalu orang itu berdiri di hadapan Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam, sambil bertanya: Siapakah yang dapat mencegahmu dari aku
.?. Beliau menjawab: Allah !, orang Arab Badui itu bertanya dua atau tiga kali:
Siapa yang dapat mencegahmu dari aku ?, dan Nabi menjawab: Allah, Jabir berkata:
Kemudian orang Arab itu menyarungi pedangnya, lalu Nabi memanggil para
sahabatnya, dan mengabarkan kepada mereka tentang kejadian Arab Badui itu,
sementara Arab Badui itu duduk di sisi Rasulullah dengan tidak memberi hukuman
kepada orang itu. (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya 3/311,
Bukhari bab Jihad 2910 6/113, diriwayatkan oleh
Ath-Thabari dalam Tafsirnya 6/146)
Berita
yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir Ath-Thabari dan lainnya dari Ibnu Abbas
-tentang ayat ini ia menyebut ayat 11 dari surat Al-Ma'idah- dan ia berkata :
Sesungguhnya orang-orang dari kaum Yahudi membuat makanan untuk membunuh
Rasulullah dan para sahabatnya, kemudian Allah mewahyukan kepada utusan-Nya itu
tentang rencana mereka, maka Rasulullah dan para sahabatnya tidak makan makanan
itu. (Diriwayatkan oleh Ath-Thabari dalam tafsirnya 6/46 dan Ibnu Abu Hatim
sebagaimana disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir 3/59)
Dikisahkan bahwa orang-orang dari Kaum
Yahudi bersepakat untuk membunuh Nabi dengan cara mengundang Nabi dalam suatu
urusan, ketika Nabi datang kepada mereka, mereka membuat siasat untuk melempar
beliau dengan sebuah batu besar pada saat Rasulullah bernegosiasi dengan
orang-orang Yahudi, lalu Allah memberitahukan rencana mereka ini kepada
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian Rasulullah kembali ke
Madinah dengan para sahabatnya. (Diriwayatkan oleh Ath-Thabari dalam
Tafsirnya 6/144) maka pada saat itulah Allah menurunkan ayat yang berbunyi:
"Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang
diberikan-Nya) kepadamu". (Al-Maidah : 11)
Dari berita-berita yang
menyebabkan turunnya ayat di atas, serta kejadian-kejadian lain yang nyata
membuktikan bahwa Allah akan selalu menjaga dan
melindungi Nabi utusan-Nya, hal ini tidak lain adalah karena kesempurnaan beliau
dalam bertawakal kepada Allah Azza wa Jalla. Berita dan kejadian seperti ini
banyak sekali dan cukup bagi kami dengan apa yang telah
kami sebutkan.
Disalin dari
buku At-Tawakkul 'Alallah wa 'Alaqatuhu bil Asbab oleh Dr Abdullah bin Umar
Ad-Dumaiji dengan edisi Indonesia Rahasia Tawakal & Sebab Akibat
hal. 89 - 92 Bab Buah
Tawakal, terbitan Pustaka Azzam, Penerjemah Drs. Kamaluddin Sa'diatulharamaini
dan Farizal Tirmidzi.