Message: 18
Date: Wed, 16 Feb 2005 05:48:12 -0800 (PST)
From: La Adri <tilmidzi@yahoo.com>
Subject: sahabat, tanyakan pada dirimu siapakah teman dekatmu ?
Salafus Shalih Menilai Seseorang Dengan Melihat Teman Dekatnya
Abu Qilabah berkata :
penyair yang mengucapkan syair : Janganlah bertanya siapa dia tapi tanyakan
siapa temannya Karena setiap orang akan meniru temannya
Ucapan Abu Qilabah (Qaatalallahu) ini adalah ungkapan yang menunjukkan
kekagumannya dengan bait syair tersebut dan ini adalah syairnya Ady bin Zaid Al
Abadiy.
Al Ashma’iy berkata : “Saya belum pernah menemukan satu bait syair yang paling
menyerupai As Sunnah selain ucapan Ady ini.”
Abu Hurairah berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :
“(Agama) seseorang (dikenal) dari agama temannya maka perhatikanlah siapa
temanmu.” (As Shahihah 927)
Ibnu Mas’ud berkata :
“Nilailah seseorang itu dengan siapa ia berteman karena seorang Muslim akan
mengikuti Muslim yang lain dan seorang fajir akan mengikuti orang fajir yang
lainnya.” (Al Ibanah 2/477 nomor 502 dan Syarhus Sunnah Al Baghawi 13/70)
Dan ia berkata :
“Seseorang itu akan berjalan dan berteman dengan orang yang dicintainya dan
mempunyai sifat seperti dirinya.” (Al Ibanah 2/476 nomor 499)
Beliau melanjutkan : “Nilailah seseorang itu dengan temannya sebab sesungguhnya
seseorang tidak akan berteman kecuali dengan orang yang mengagumkannya (karena
seperti dia).” (Al Ibanah 2/477 nomor 501)
Abu Darda mengatakan :
“Tanda keilmuan seseorang (dilihat) dari jalan yang ditempuhnya, tempat masuknya,
dan majelisnya.” (Al Ibanah 2/464 nomor 459-460)
Yahya bin Abi Katsir mengatakan, Nabi Sulaiman bin Daud Alaihis Salam bersabda :
“Jangan menetapkan penilaian terhadap seseorang sampai kamu memperhatikan siapa
yang menjadi temannya.” (Al Ibanah 2/480 nomor 514)
Musa bin Uqbah Ash Shuriy tiba di Baghdad dan hal ini disampaikan kepada Imam
Ahmad bin Hanbal lalu beliau berkata : “Perhatikan dimana ia singgah dan kepada
siapa dia berkunjung.” (Al Ibanah 2/479-480 nomor 511)
Qatadah berkata :
“Sesungguhnya kami, demi Allah belum pernah melihat seseorang menjadikan teman
buat dirinya kecuali yang memang menyerupai dia maka bertemanlah dengan
orang-orang yang shalih dari hamba-hamba Allah agar kamu digolongkan dengan
mereka atau menjadi seperti mereka.” (Al Ibanah 2/477 nomor 500)
Syu’bah berkata, aku dapati tulisan dalam catatanku (menyatakan) bahwasanya
seseorang akan berteman dengan orang yang ia sukai. (Al Ibanah 2/452 nomor
419-420)
Al Auza’iy berkata :
“Siapa yang menyembunyikan bid’ahnya dari kita tidak akan dapat menyembunyikan
persahabatannya.” (Al Ibanah 2/476 nomor 498)
Al A’masy mengatakan :
“Biasanya Salafus Shalih tidak menanyakan (keadaan) seseorang sesudah (mengetahui)
tiga hal yaitu jalannya, tempat masuknya, dan teman-temannya.” (Al Ibanah 2/476
nomor 498)
Ayyub As Sikhtiyani diundang untuk memandikan jenazah kemudian beliau berangkat
bersama beberapa orang. Ketika penutup wajah jenazah itu disingkapkan beliau
segera mengenalinya dan berkata : “Kemarilah --kepada-- temanmu ini, saya tidak
akan memandikannya karena saya pernah melihatnya berjalan dengan seorang ahli
bid’ah.” (Al Ibanah 2/478 nomor 503)
Abdullah bin Mas’ud berkata :
“Nilailah tanah ini dengan nama-namanya dan nilailah seorang teman dengan siapa
ia berteman.” (Al Ibanah 2/479 nomor 509-510)
Muhammad bin Abdullah Al Ghalabiy mengatakan :
“Ahli bid’ah itu akan menyembunyikan segala sesuatu kecuali persatuan dan
persahabatan (di antara mereka).” (Al Ibanah 1/205 nomor 44 dan 2/482 nomor 518)
Mu’adz bin Mu’adz berkata kepada Yahya bin Sa’id :
“Hai Abu Yahya, seseorang walapun dia menyembunyikan pemikirannya tidak akan
tersembunyi hal itu pada anaknya tidak pula pada teman-temannya atau teman
duduknya.”
Amru bin Qais Al Mulaiy berkata :
“Jika kamu lihat seorang pemuda tumbuh bersama Ahli Sunnah wal Jamaah
harapkanlah dia dan bila ia tumbuh bersama ahli bid’ah berputus-asalah kamu dari
(mengharap kebaikan)nya. Karena pemuda itu bergantung di atas apa yang pertama
kali ia tumbuh dan dibentuk.” (Al Ibanah 1/205 nomor 44 dan 2/482 nomor 518)
Ia --juga-- mengatakan : “Seorang pemuda itu benar-benar akan berkembang maka
jika ia lebih mementingkan duduk dengan Ahli Ilmu ia akan selamat dan jika ia
condong kepada yang lain ia akan celaka.”
Ibnu Aun mengatakan :
“Siapa pun yang duduk dengan ahli bid’ah ia lebih berbahaya bagi kami dibanding
ahli bid’ah itu sendiri.” (Al Ibanah 2/273 nomor 486)
Ketika Sufyan Ats Tsaury datang ke Bashrah melihat keadaan Ar Rabi’ bin Shabiih
dan kedudukannya di tengah ummat, Yahya bin Sa’id Al Qaththan berkata : “Ia
bertanya apa madzhabnya?” mereka menjawab bahwa madzhabnya tidak lain adalah As
Sunnah, ia berkata lagi : “Siapa teman baiknya?” mereka menjawab : “Qadary.”
Beliau berkata : “Berarti ia seorang Qadariy.” (Al Ibanah 2/453 nomor 421)
Ibnu Baththah berkata : [ Semoga Allah merahmati Sufyan Ats Tsauri, ia sungguh
telah berbicara dengan Al Hikmah maka alangkah tepat ucapannya itu dan ia juga
telah berkata dengan ilmu yang sesuai dengan Al Quran dan As Sunnah serta
apa-apa yang sesuai dengan hikmah, realita, dan pemahaman Ahli Bashirah, Allah
berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, jangan kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu
orang-orang yang bukan golonganmu (sebab) mereka senantiasa menimbulkan bahaya
bagi kamu dan mereka senang dengan apa yang menyusahkanmu.” (QS. Ali Imran :
118) ]
Imam Abu Daud As Sijistaniy berkata, saya berkata kepada Imam Abu Abdillah Ahmad
bin Hanbal (jika) saya melihat seorang Sunniy bersama ahli bid’ah apakah saya
tinggalkan ucapannya? beliau menjawab : “Tidak. Sebelum kamu terangkan kepadanya
bahwa orang yang kamu lihat bersamanya itu adalah ahli bid’ah. Maka jika ia
menjauhinya, tetaplah bicara dengannya dan jika tidak mau gabungkan saja
dengannya (anggap saja ia ahli bid’ah). Ibnu Mas’ud pernah berkata, seseorang
itu (dinilai) siapa teman dekatnya.” (Thabaqat Hanabilah 1/160 no 216)
Ibnu Taimiyyah mengatakan :
“Dan siapa yang selalu berprasangka baik terhadap mereka (ahli bid’ah) --dan
mengaku belum mengetahui keadaan mereka-- kenalkanlah ahli bid’ah itu padanya
maka jika ia telah mengenalnya namun tidak menampakkan penolakan terhadap mereka,
gabungkanlah ia bersama mereka dan anggaplah ia dari kalangan mereka juga.” (Al
Majmu’ 2/133)
Utbah Al Ghulam berkata :
“Barangsiapa yang tidak bersama kami maka dia adalah lawan kami.” (Al Ibanah
2/437 nomor 487)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Ruh-ruh itu adalah juga sepasukan tentara maka yang saling mengenal akan
bergabung dan yang tidak mengenal akan berselisih.” (HR. Al Bukhary 3158 dan
Muslim 2638)
Al Fudlail bin Iyyadl mengomentari hadits ini dengan berkata : “Tidak mungkin
seorang Sunniy akan berbasa-basi kepada ahli bid’ah kecuali jika ia dari
kalangan munafiq.” (Lihat Ar Rad Alal Mubtadi’ah li Ibni Al Banna)
Ibnu Mas’ud berkata :
“Jika seorang Mukmin memasuki mesjid yang di dalamnya berkumpul 100 orang dan
yang muslim hanya satu ia tentu akan masuk ke dalamnya lalu duduk di dekatnya
dan jika seorang munafiq memasuki mesjid yang di dalamnya berkumpul 100 orang
dan hanya terdapat satu orang munafiq juga ia akan tetap masuk dan duduk di
dekatnya.”
Hammad bin Zaid mengatakan, Yunus berkata kepadaku :
“Hai Hammad, sesungguhnya jika saya melihat seorang pemuda berada di atas
perkara yang mungkar saya tetap tidak akan berputus-asa mengharapkan kebaikannya
kecuali bila saya melihatnya duduk bersama ahli bid’ah maka ketika itu saya tahu
kalau dia binasa.” (Al Kifayah 91, Syarh Ilal At Tirmidzy 1/349)
Ahmad bin Hanbal berkata :
“Jika kamu melihat seorang pemuda tumbuh bersama Ahli Sunnah wal Jamaah maka
harapkanlah (kebaikannya) dan jika kamu lihat dia tumbuh bersama ahli bid’ah
maka berputus-asalah kamu dari (mengharap kebaikan)nya. Karena sesungguhnya
pemuda itu tergantung di atas apa ia pertama kali tumbuh.” (Al Adabus Syari’ah
Ibnu Muflih 3/77)
Dlamrah bin Rabi’ah berkata, (saya mendengar) dari Ibnu Syaudzab Al Khurasaniy
berkata :
“Sesungguhnya di antara kenikmatan yang Allah berikan kepada para pemuda ialah
ketika ia beribadah dan bersaudara dengan seorang Ahli Sunnah. Dan ia akan
bergabung bersamanya di atas As Sunnah.” (Al Ibanah 1/205 nomor 43 dan Ash
Shughra 133 nomor 91 dan Al Lalikai 1/60 nomor 31)
Dari Abdullah bin Syaudzab dari Ayyub ia berkata :
“Termasuk kenikmatan bagi seorang pemuda dan orang-orang non Arab ialah jika
Allah menurunkan taufiq kepada mereka untuk mengikuti orang yang berilmu di
kalangan Ahli Sunnah.” (Al Lalikai 1/60 nomor 30)
(Sumber : kitab Lamudduril Mantsur minal Qaulil Ma'tsur, karya Syaikh Abu
Abdillah Jamal bin Furaihan Al Haritsi. Edisi Indonesia Kilauan Mutiara Hikmah
Dari Nasihat Salaful Ummah, Diterjemahkan oleh Ustadz Idral Harits, Pengantar
Ustadz Muhammad Umar As Sewwed)
MENEBAR ILMU
Dan tegakkan sunnah