![]()
"Salafy mengira hanya
dirinya yang benar" (Syubhat) Penulis: Author Salafipublications.com
(Artikel ID SLF010007) Manhaj, 27 - Juni - 2003,
07:01:06
Syubhat
: "Salafy mengira hanya dirinya yang benar"
Jawaban :
Kita harus membuat suatu pembedaan
antara yang dianggap berasal/dinisbahkan di atas –jalan/metode
Salaf– serta seseorang yang menisbahkan dirinya padanya
(manhaj Salaf).
Dalam terminologi absolut, seseorang
yang menisbahkan – pada metode Salaf - maka tidak lain
pembenaran secara lahiriah saja.
Adapun dalam
terminologi spesifik, yang dipermasalahkan masalah Aqidah dan
Manhaj, Ushul (pokok) dan Furu’ (cabang) – maka tak seorangpun
menyangkal atau menolak, bahwa (mengesampingkan hal ini) dapat
membikin bid’ah (cara baru dalam
berIslam).
Permasalahannya, seseorang yang menisbahkan
dirinya atas jalannya Salafy, kemudian dalam prinsipnya
(Salafy) – yang mana dia tidak berbuat kesalahan (sesuai
prinsip Salaf)– lalu dia konsisten diatasnya, maka apa yang
bertentangan dengan ini, tidak lain merupakan kesesatan dan
perihal yang menyimpang.
Adapun yang kami maksud
disini, (metode Salaf) dalam memahami secara menyeluruh Aqidah
dan Manhaj dan pokok dari agama (Islam) ini. Hal ini
dikarenakan Aqidah dan Manhaj dan pokok/prinsip Salaf (Islam)
dalam setiap zaman tidak pernah berubah, (sehingga) mereka
(Salafy) dipersatukan di atas hal tadi.
Karenanya,
seseorang (yang disebut) Salafy dan dia jujur di atas
(jalannya) Salaf dan berilmu dan beramal dengannya, mengikuti
jejak mereka (Salafus Sholih), maka dia dapat dikatakan benar
dengannya, Insya ALLAH. Maka orang ini akan berupaya (untuk)
mengetahui metode Salaf secara garis besarnya, agar ia
mengetahui (Islam) dengan benar.
Sungguhpun ia mungkin
tidak mengerti tentangnya (Salaf) secara detailnya, namun ia
terus mengoreksi untuk mengikuti jalan mereka (Salaf) – dan
mengikuti jalannya dan meniti jejaknya – untuk menapaki
kebenaran dan menjauhi apa yang bertentangan dengannya, yang
akan menyesatkannya.
Atau ia berupaya mengetahui jalan
Salaf, baik secara umum dan secara spesifik, dalam hal Aqidah
dan Manhaj dan pokok (Ushul) dan Furu’ (cabang) sehingga dia
ia akan beramal dengan tepat, dan dia berkeyakinan dan beramal
yang sesuai diatasnya, dan akhir dari semua ini, tergantung
ketulusan dalam belajarnya, semangatnya dalam memperoleh ilmu
(Islam) dan beramal di atasnya.
Adapun untuk pribadi
yang selalu (dianggap) benar tiap-tiap hal dalam seluruh
masalah /cabangnya, maka bila ada seseorang mengklaim
demikian, maka dia dalam kekeliruan yang nyata. Karena tidak
mungkin setiap orang selalu benar (sifat ma’shum/terlepas dari
kesalahan sama sekali) di dalam tiap-tiap cabang agama, karena
-pertama-tama- , tidaklah mungkin untuk dia mempunyai
pengetahuan dari semua (menyangkut Dienul Islam) itu, dan -
yang kedua - , ketika bahwa para Imam (Ulama Islam) masa lalu
juga tidak pernah meraihnya, demikian juga oleh semua peniti
jejaknya (Salaf) di masa datang, akan susah mencapainya.
Maka dari itu, dalam beberapa hal/cabang sangat
mungkin seorang pengikut Salaf (Salafy) berbuat kesalahan (hal
ini diperkuat hadits, “Setiap Bani Adam tidak terlepas dari
kesalahan”, red). Namun hal itu tidak membikin dirinya lupa
mengoreksi Aqidah dan Manhajnya, serta (Dienul Islam) secara
menyeluruh, untuk menjadikannya keluar dari dalam jalannya 72
sekte yang menyimpang dan di atas petunjuk yang
salah..
Bagaimanapun, kasus ini sangat sering muncul,
seseorang yang menisbahkan (seakana-akan) atas metode Salaf,
lalu menyatakan secara nyata bahwa (Salaf) merupakan
metodologi yang keliru, bahkan dia menyatakan kekolotan yang
perihal Aqidah dan Manhaj (belaka).
Meskipun dia
mengikuti seruan Aqidah (yang benar), akan tetapi manhajnya
telah tercemar. Di dalam kasus ini, maka seseorang yang
sepertinya tidak benar atau tidak jujur dalam penisbahan
dirinya (atas Salaf), karena dia telah memiliki suatu manhaj
selain Salaf, maka hal ini dapat ditentukan dengan melihat
pandangannya : Apakah ia mempertahankan dan membela Sayyid
Qutb? Apakah ia mengambil perbuatan memalukan dan pandangan
Abdur-Rahmaan Abdul-Khaaliq? Apakah ia memuji Muhammad Qutb
dan mengambil dia sebagai pembimbing dan pemimpin. Apakah ia
mempertahankan dan menyepakati Hasan Al-Banna? Apakah ia
berbicara dengan istilah dan ungkapan bid’ah, " Al-Ummah
Al-Ghaa’Ibah", " Shabaab Us-Sahwah", " Tauhid ul-Haakimiyyah",
" Al-Muwazanah" dan lain yang semisalnya, ungkapan yang sudah
menjadi semboyan pembaharu (ahlul bid’ah) tadi.
Maka
kita lihat dan perhatikan, apakah dia mengamalkan yang mereka
miliki, siapa bergaul dengan siapa, siapa berdiskusi dengan
siapa, apakah buku yang ia acuannya, dan cara ini yang dipakai
untuk mengenali kebenaran manhajnya Dan dari sini kita
mengenali apakah ia adalah suatu pengikut, mengklaim mengikuti
metode Salaf, sementara dia diatas selainnya (Salaf).
(Sumber : www.salafipublications.com Artikel ID
SLF010007)
| |
Silahkan menyalin & memperbanyak artikel
ini dengan mencantumkan url sumbernya. Sumber artikel :
http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=42
|