Message: 2
Date: Fri, 30 Apr 2004 10:04:52 -0700 (PDT)
From: "M.J. Robbani" <muhjundu@yahoo.com>
Subject: Penamaan Salafiyyah/Salafy bukan bid'ah (Inovasi baru dlm Dien)
Telah banyak dan sering kali tersebar penyebutan nama Salafiyyah dan kata-kata "Salafy",
yang datang dari orang-orang yang jujur, dan memahami berdasarkan pengetahuan/pengalaman
mereka. Tapi di waktu lain muncul informasi dari syaithan yang ada dari
kebanyakan manusia, yang ingin menyingkirkan dakwah yang benar (Islamiyyah),
mengaburkannya, dan menggantinya dengan seruan bid'ah/inovasi baru dan
halusinasi dari pikirannya.
Sehingga (hal diatas) menimbulkan prasangka :
1. Penamaan Salafiyyah adalah Bid'ah (atau Inovasi baru dalam Dienul Islam)
Kata "salafiyyah" sebenarnya tidak pernah dipakai selama masa Rasulullah (sallallahu
alaihi wasallam) dan Sahabatnya - sebab di jaman mereka faktanya hanya ada satu
pemahaman yakni ISLAM dan tidak perlu penyebutan dgn istilah seperti "Salafiyyah)
pada waktu itu.
Akan tetapi ketika muncul fitnah/bencana dan sekte-sekte/aliran dalam Islam,
sehingga Ummat terpecah-belah, maka muncullah Ulama dari Ummat (Islam) yang
tetap teguh di atas kebenaran dan Ulama yang berada di atas kesesatan. Sehingga
merekapun (Ulama yang diatas al Haq) disebut sebagai "Ahl ul-Hadits" dan "as-Salaf".
Imam Abu Hanifah (meninggal tahun 150 H) Rahimahullah berkata:"Ikutilah Atsar
(yang telah diriwayatkan) dan jalannya para Salaf (ulama yang terdahulu yg
sholih) serta berhati-hatilah pada perkara-perkara yang baru (inovasi baru dalam
Dien), sebab hal itu adalah bid'ah" (Diriwayatkan oleh As Suyuthi dalam Saunul
Mantiq wal Kalam hal.32)
Berdasarkan hal diatas, bahwa as-Salafiyyah membedakan dari berbagai macam
kelompok Islam, yang mana mereka (as salaf) menisbahkan dirinya pada apa yang
bisa menjamin mereka pada kebenaran dan Islam yang benar, yaitu dengan mengikuti
apa yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabatnya berada
diatasnya, seperti yang telah disebutkan dalam hadits yang shahih.
Kata salaf sendiri pernah dipakai pula oleh Rasulullah (Shallallahu 'alaihi wa
sallam), yaitu ketika beliau berkata pada Fathimah, "Aku adalah sebaik-baik
Salaf untukmu" (HR. Muslim no.2450)
Imam Muslim membawakan perkataan dari muqoddimah Shahihnya (Shahih Muslim hal
16) mengenai Abdullah Ibnul Mubarak yang berkata di depan orang-orang, "Tinggalkan
hadits-haditsnya 'Amr bin Tsabit, yang dia gunakan untuk mencaci-maki para Salaf".
Syaikh Shalih Al Fauzan berkata:"Bagaimana bisa dikatakan membikin aliran/mahdzab
apabila Salaf disebut bid'ah, (apalagi disebut sebagai) bid'ah yang sesat ? Dan
bagaimana bisa dikatakan Bid'ah ketika mengikuti madzhab Salaf yang berdasarkan
pada Al Qur'an dan As Sunnah, Al Haq dan Petunjuk ? (Al Bayan hal.156)
Oleh karena itu, (seseorang) menisbahkan diri pada Salaf, dimana Salafiyyahpun
bukan termasuk kebid'ahan, malah hal ini adalah merupakan suatu kewajiban bagi
kaum muslimin semua untuk menganut pada aqidah dan manhaj Salaf. Maka dapat
dikatakan "Kalau penamaan Salafiyyah saja dikatakan bid'ah, maka begitu pula
dengan penamaan Ahlus Sunnah wal Jama'ah". Dan penggunaan istilah Ahlusunnah wal
Jama'ahpun tidaklah tersembunyi/diketahui (sama seperti tujuan penamaan Salaf -
di jaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabatnya)
Sayangnya, Ahlusunah wal Jamaah tidak lagi cukup untuk membedakan antara orang
yang sesat dan orang yang mengikuti kebenaran. (karena kini orang yang sesat pun
menyebut dirinya Ahlusunnah)
Demikian juga dengan kata-kata "Salafy" tidaklah mampu membedakan Salafi yang
tulen, siapa yang benar-benar Salafy dalam aqidah dan manhaj, dan antara hizbi (aliran)
yang memakai jubah "Salafiyyah", dan mengklaim dirinya Salafy.
Jika Aqidahnya Salafi, tetapi pemikirannya berasal dari Qutbi (pemikiran
pengikut Qutbiyyah) atau prinsip-prinsip Hizbi, pikirannya dan tingkah lakunya (seperti
Hizbi). Lalu dia menunjukkan kebencian terhadap Salafy, mencela Masyayikh, akan
tetapi tetap mengklaim diri Salafi. Maka dalam sudut pandang yang mereka pakai
dan sikap loyalitas dan kebencian (Al Wala' dan Al Bara') menurut cara mereka (hizbi),
maka dapat dilihat mereka kebalikannya (bukan Salafy).
Maka inilah Salafy yang sebenarnya dan memberikan pelajaran penting akan
pentingnya menuntut ilmu (Dien) , sehingga kebenaran akan nyata terlihat, dan
tidak mudah orang-orang membodohi mereka (Penuntut ilmu).
2. Allah telah menamai kita muslim, kenapa harus menisbahkan diri kita pada
Salaf
Syubhat ini telah dijawab dengan sangat indahnya oleh Al Imam Al Albani dalam
diskusinya dengan seseorang (Abdul Halim Abu Syakkah), yang direkam dalam
kasetnya yang berjudul "Saya seorang Salafy", dan inilah sebagian hal yang
penting dari diskusi itu:
Syaikh Al Albani berkata : "Jika dikatakan padamu, apa madzhabmu, maka apa
jawabanmu?"
Penanya : "Muslim"
Syaikh Al Albani : "Ini tidaklah cukup"
Penanya : "Allah telah menamai kita dengan muslim (kemudian dia membaca firman
Allah), 'Dialah yang telah menamai kalian orang-orang muslim dari dahulu (Al Haj
Surat 22 ayat 78)'"
Syaikh Al Albani : "Ini merupakan jawaban yang tepat, jika kita berada disaat
Islam itu pertama kali muncul, sebelum firqah-firqah bermunculan dan menyebar.
Tapi jika ditanyakan, pada saat ini, pada setiap muslim dari berbagai macam
firqah yang berbeda dengan kita dalam masalah aqidah, maka jawabannya tidaklah
jauh dari kalimat ini.
Mereka semua, seperti Syi'ah Rafidlah, Khariji, Nusayri Alawi, akan berkata 'Saya
muslim'. Sehingga penyebutan "muslim" (saja) tidak cukup pada saat ini."
Penanya : "Kalau begitu, (saya akan berkata) saya adalah Muslim berdasarkan pada
Al Qur'an dan As Sunnah"
Syaikh Al Albani : "Ini juga tidak cukup"
Penanya :"Kenapa?"
Syaikh Al Albani : "Apakah kamu menemukan dari mereka yang telah kita sebutkan
tadi, akan mengatakan ,'kami adalah adalah muslim yang tidak berdasarkan pada Al
Qur'an dan As Sunnah?' atau seorang dari mereka berkata "Saya seorang Muslim
tetapi tidak berdasarkan pada Al Qur'an dan As Sunnah?"
Maka selanjutnya Syaikh Al Albani menjelaskan dengan jelas akan pentingnya
berada di atas Al Qur'an dan As Sunnah dan memahami di atas cahaya (pemahaman)
Salafush Shalih (pendahulu yang sholih).
Penanya : "Kalau begitu, saya akan menyatakan bahwa saya adalah muslim yang
berdasarkan pada Al Qur'an dan As Sunnah dengan mengikuti pemahaman Salafus
Shalih"
Syaikh Al Albani : "Jika seseorang bertanya padamu tentang madzhabmu, apakah ini
yang akan kamu katakan?"
Penanya : "Ya"
Syaikh Al Albani : "Bagaimana pendapatmu, bila kita menyingkat kalimat ini dalam
pembicaran (Muslim yang berdasarkan pada Al Qur'an dan As Sunnah dengan
mengikuti pemahaman Salafus Shalih), yang lebih ringkas dan menunjukkan makna
dengan 'Salafi'". (Selesai penukilan)
Maka intisari dari percakapan itu adalah penamaan muslim atau sunni tidaklah
cukup, sebab semua orang akan menyatakan demikian.
Dan Imam Al Albani telah menekankan pentingnya Al Haq untuk membedakan diri dari
kebathilan, dengan berdasarkan pada aqidah dan manhaj, yang diambil dari Salafus
Shalih, yang merupakan lawan dari macam-macam firqah dan hizbi yang memahami
Dien ini dengan berdasarkan pada pemikiran guru-guru mereka atau
pemimpin-pemimpin mereka dan tidaklah mereka mengambilnya dari Salaf -secara
mendasar -.
(bersambung)