Message: 1
   Date: Wed, 14 Apr 2004 00:45:22 -0700 (PDT)
   From: abu aisyah alinda <abu_faiz00@yahoo.com>
Subject: Ukuran Sikap Keras Dan Lembut Dalam Berdakwah


Ukuran Dalam Menimbang Sikap Keras Dan Lembut Dalam Berdakwah Kepada Allah Ta'ala

 Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

---------------------------------


 

Sesungguhnya orang-orang yang meremehkan dakwah kepada Allah Ta'ala bila mereka memandang kepada orang-orang yang pertengahan yang berpegang pada agama Allah Ta'ala apa adanya, niscaya mereka akan mengatakan:

"Mereka adalah orang-orang yang sesat, mereka adalah orang-orang yang terlalu berlebih-lebihan, mereka terlalu keras". Padahal mereka di atas Al-Haq.

Dan (sebaliknya) jika orang-orang yang berlebih-lebihan memandang mereka (yang bersikap pertengahan), maka mereka akan mengatakan:

"Kalian adalah orang-orang yang terlalu banyak melakukan penyimpangan, tidak menegakkan Al-Haq dan tidak memiliki ghirah terhadap agama Allah Subhanahu wa Ta'ala."

Oleh karena itu, kita tidak boleh membuat ukuran kekerasan dan kelembutan mengikuti apa yang dibisikkan oleh nafsu dan perasaan kita; sebaliknya kita harus membuat ukuran berdasarkan petunjuk Rasulullah dan petunjuk para sahabat beliau.

Rasulullah telah menggariskan hal ini dengan perkataan, perbuatan dan kondisi beliau. Apabila persoalannya pada penggunaan kekerasan ataukah kelembutan; dalam artian bila anda dalam kondisi yang dilematis dan tidak mengetahui apakah keberhasilannya pada penggunaan kekerasan atau pada penggunaan kelembutan dan kemudahan, maka cara apakah yang anda tempuh? Tidak diragukan lagi bahwa anda -wahai sang dai- harus menempuh jalan kemudahan, karena Rasulullah bersabda:

"Sesungguhnya agama itu mudah".

(Bagian Hadits yang dikeluarkan oleh Al-Bukhari no. 39 dalam Kitab Al-Iman, bab "Ad-din Yusr" dari Hadist Abu Hurairah)

Dan ketika beliau mengutus Mu'adz dan Abu Musa Al-Asy'ari ke Yaman beliau bersabda:

"Mudahkanlah (kalian) berdua dan janganlah mempersulit, gembirakanlah (kalian berdua) dan jangan membuat (orang) lari".

(Bagian dari Hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 4341 dan 4342 dalam kitab Al-Maghazi, dan juga beliau keluarkan dengan no. 4345. Dan diriwayatkan juga oleh Muslim no. 1733 dalam kitab Al-Jihaad  wa As-Sair dari hadits Abu Burdah).

Dan ketika seorang Yahudi lewat di hadapan Rasulullah lalu berkata:

"Kematianlah buatmu wahai Muhammad!"

Sementara 'Aisyah yang mendampingi Rasulullah menjawab:

"Dan bagimulah kematian dan laknat."

Namun Rasulullah bersabda:
"Sesungguhnya Allah itu Maha Lembut mencintai kelembutan, dan sesungguhnya Allah akan memberikan dengan kelembutan apa yang tidak diberikan dengan kekerasan."
(HR. Muslim no. 2593 dalam Kitab Al-Birr wa Ash-Shilah dari Hadits Aisyah)

Maka bila kita mengambil kalimat terakhir pada hadits ini "Sesungguhnya Allah akan memberikan dengan kelembutan apa yang tidak diberikan-Nya dengan kekerasan", kitapun mengetahui bahwa sebuah persoalan berputar pada penggunaan kekerasan atau kelembutan/kemudahan maka yang paling utama adalah penggunaan kemudahan, dengan mempercayai sabda Rasulullah bahwa sesungguhnya Allah Ta'ala akan memberikan dengan kelembutan apa yang tidak diberikan-Nya dengan kekerasan.

Dan barangsiapa yang ingin memahami persoalan ini maka hendaknya ia mencobanya, karena anda -wahai dai- bila menghadapi objek dakwah dengan kekerasan niscaya ia akan merasa benci dan lari serta menghadapi anda dengan kekerasan pula. Jika ia seorang awam, ia akan mengatakan: "Saya mempunyai ulama yang lebih berilmu daripada engkau." Jika ia seorang penuntut ilmu maka ia akan mendebat anda walaupun dengan kebatilan yang sangat jelas menurut anda, dan diapun mengetahui (sebagai kebatilan) dengan jelas. Akan tetapi ia enggan kecuali untuk memenangkan dirinya sendiri karena ia tidak menemukan kelemahlembutan pada diri anda, sementara dakwah kepada Allah Ta'ala seharusnya dengan hikmah dan peringatan yang baik.

Dan kebenaran itu tidak akan tersembunyi kecuali bagi dua jenis manusia; orang yang berpaling dan orang yang sombong. Adapun orang yang selalu menerima kebenaran, tunduk dan patuh terhadapnya maka tidak diragukan lagi ia akan mendapat taufiq (dari Allah Ta'ala).

 

---------------------------------


Disalin dari Buku "Panduan Kebangkitan Islam"

Judul Asli "Ash-Shahwah Al-Islamiyah; Dhawabith wa Taujihat"

Karya "Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin"

Darul Haq Serial Buku Ke-80, Hal 99-101

---------------------------------


 




---------------------------------