Kategori Fokus Utama
Minggu, 31 Juli 2005
02:24:44 WIB
DAKWAH SALAFIYAH MENEPIS TUDUHAN
Oleh
Syaikh DR. Abu Anas Muhammad Musa Alu Nashr
Bagian Kedua dari Empat Tulisan [2/4]
[3] DA'WAH SALAFIYAH MENYEPELEKAN POLITIK BAHKAN TIDAK SAMA SEKALI.
Ini juga termasuk kedustaan yang sangat jelas dan kedhaliman yang buruk.
Salafiyin memandang bahwa politik termasuk agama. Tetapi politik yang mana ?
Apakah politik surat kabar, majalah dan agen-agen penyiaran Yahudi dan Salibis
?! Ataukah politik Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya
? Ataukah politik demokrasi, rekayasa orang-orang kafir yakni : Pemerintah dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat ?! Ataukah politik ulama Islam yang berkata
: “Politik adakah hukum Allah karena Allah, dengan mendasarkan pada kitab Allah
dan sunnah RasulNya, berangkat dari dasar-dasar musyawarah yang ditetapkan
Islam.
Apakah politik yang berbentuk penetapan kebenaran dengan system voting dalam
parlemen ? Meskipun dalam rangka mendukung kekejian, kemungkaran, kesyirikan,
klub malam atau pabrik minum keras ?! Ataukah berupa politik.
“Artinya : Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar
kamu tidak menyembah selain Dia” [Yusuf : 40]
Oleh karena itu salafiyun tidak memakai sarana kebatilan untuk meraih kebenaran.
Sebab tujuan itu tidak menghalalkan segala cara. Mereka (salafiyun) tidak
berjihad untuk kemenangan orang-orang brengsek, tidak meminta pertolongan kepada
orang-orang musyrik, dan selamanya tidak menambah jumlah dengan beraliansi
dengan orang-orang munafik. Mereka menolak jumlah banyak namun seperti buih yang
tidak mengandung sifat-sifat syar’i.
[4] BODOH TERHADAP WAQI’ (REALITA UMAT) DAN TIDAK ACUH DENGAN PERKARA UMAT INI.
Yang dimaksud fiqhul waqi’ oleh mereka adalah mengetahui rencana-rencana dan
program-program (musuh) untuk menghancurkan umat Islam berupa
konferensi-konferensi, mencermati kantor berita dunia dan kemampuan untuk
mencari solusi dalam bidang politik.
Kita katakan : “Realita umat Islam yang menyakitkan ini tidak samar lagi bagi
orang yang mempunyai dua mata, dan tidak ada yang tidak mengetahuinya kecuali
orang yang buta hati dan matanya. Karena realita ini merupakan buah pahit dari
dampak kemaksiatan dan jauhnya umat dari manhaj Allah. Hal ini telah dijelaskan
Allah dalam kitabNya dan melalui lisan rasulNya. Solusi dari realita pahit ini
adalah kembali kepada masa lampau yang bercahaya yang tersinari kitab Allah,
sunnah (Rasul), ilmu dan amal para salaf dari para sahabat dan tabi’in. Inilah
yang senantiasa didengungkan oleh salafiyun pagi dan sore. Oleh karena itu waktu
dan pengalaman membuktikan bahwa orang-orang yang memahami kitab dan sunnah di
zaman ini semisal Al-Albani rahimahullah, Ibnu Baz rahimahullah, Ibnu Utsaimin
rahimahullah dan para murid mereka, merekalah yang benar-benar memahami realita
umat.
Walaupun mereka dituduh sebagai ulama pekerja dan ulama haids dan nifas. Sungguh
suatu kedhaliman dan kedustaan. (Contohnya) Peringatan syaikh kami Al-Albani
rahimahullah kepada para pemuda Aljazair yang bersemangat tinggi (untuk tidak
berkecimpung dalam pesta demokrasi) masih terngiang di telinga kami. Beliau
telah memperingatkan mereka dari fitnah sebelum meletus. Kamipun telah
memperingatkan dalam majalah Al-Ashalah Suara Salafi dan Mimbar As-Salafi yang
istimewa terhadap perang di Yaman sebelum meletus empat bulan sebelumnya.
Ulama yang mendalami Al-Kitab dan Sunnah, merekalah orang-orang yang memiliki
bashiroh (ilmu mendalam) dan ahli perang. Karena mereka itu memperhatikan dan
mencermati (waqi’) berdasarkan cahaya Allah Azza wa Jalla, seperti disebutkan
dalam hadits (Qudsi) : “Aku adalah pendengarannya ketika ketika dia mendengar,
Aku adalah matanya ketika dia melihat dan Aku adalah tangannya ketika dia
menjangkau…”[Hadits Riwayat Bukhari 6137]
Adapun orang-orang yang selalu mengaok, bertepuk tangan membela orang-orang
rendahan dan berbekal semangat saja, bagaimana mungkin mereka mengetahui realita
umat apalagi masa depan mereka. Siapa yang tidak mengetahui masa lalu yang
bersinar niscaya tidak akan mengetahui kenyataan dirinya yang tercebur dalam
kerusakan, kesesatan dan penyimpangan. Apakah orang yang mendukung Khomeini yang
binasa itu dapat mengetahui realita dengan semestinya ? Bisa jadi dia menjadi
pendukung nomor wahid dan penyanjungnya bahkan bertasbih dengan memujinya.
Ketika dikemukakan pendapat salafiyun tentang jati diri syi’ah dan permusuhan
mereka kepada Ahlu Sunnah, mereka menuduh : “Kalian para da’i fitnah, da’i
pemecah belah umat, kalian membuat kerusakan!”. Mereka lebih mengutamakan syi’ah
ketimbang saudaranya, Ahlu Sunnah, Salafiyuun.
Apakah orang yang beraliansi dengan partai Ba’ts di Irak lalu memerangi partai
Ba’ts di Suriah padahal keduanya adalah satu agama yaitu Ba’ts –memahami fiqhul
waqi?’ Slogan mereka adalah Aku mengakui Ba’ts sebagai rabbku, tiada sekutu
baginya dan Eropa adalah ilahku tiada duanya. Mereka semuanya terlahir dari
godokan Michael Aflaq, lalu dimana wala’ (loyalitas) dan bara’ (lepas diri) ?
“Artinya : Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta,
ialah hati yang di dalam dada” [Al-Hajj : 46]
Apakah orang-orang yang bergabung dalam program mempererat nasionalisme memahami
fiqhul waqi’? padahal program itu menyelisihi syari’at dan aqidah, tidak
memperdulikannya, bahkan membuang jauh-jauh syari’at, lantas berhukum dengan
undang-undang bikinan manusia yang diimpor dari barat dan timur !
Apakah orang yang menghasut para pemuda untuk keluar (dari ketaatan kepada
pemerintah ,-pen), takfir (mengkafirkan orang) dan melakukan pengeboman di
pemukiman yang jauh dari medan jihad dan kancah peperangan memahami waqi’?
Padahal pemukiman itu berada di hotel, tempat umum dan kedutaan-kedutaan tanpa
membedakan antara orang kafir yang boleh diperangi dengan yang berada dalam
perlindungan, muslim dengan kafir, anak-anak dan wanita, orang tua dan pemuda.
Salafiyun sangat memahami waqi’ berdasarkan firman Allah.
“Artinya : Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” [Ar-Ra’du : 11]
Dan sabda Rasulullah.
“Artinya : Jika kalian berdagang dengan system ‘ienah, dan kalian ambil
ekor-ekor sapi, kalian rela dengan pertanian dan kalian tinggalkan jihad niscaya
Allah akan menimpakan kehinaan kepada kalian, tidak akan dihilangkan kehinaan
itu sehingga kalian kembali ke agama kalian” [Hadits Riwayat Abu Dawud 3462]
Saudara kami yang mulia Syaikh Sa’d bin Syayim berkata : “ …Orang alim adalah
orang yang menghabiskan umurnya untuk menorehkan ilmu dan mengabdikan diri untuk
ilmu, bersumber dari dua wahyu selaras dengan pemahaman salaf shalih, meresapkan
ilmu dengan darah mereka lalu menancapkan di hati. Mereka tidak berbicara
kecuali dengan ilmu, hati yang mantap, kokoh pijakan dan dari ujung kaki hingga
ujung kepala dipenuhi dengan ilmu. Bukanlah orang yang berteriak dan berkaok
lantas menjadi ulama. Bahkan di jaman kita ini terlalu banyak para pengkhotbah
dan sedikit ulamanya, seperti dikatakan Ibnu Mas’ud.
Siapa yang menolong orang yang berbuat kebatilan sungguh dia telah berbuat
dhalim. Semua itu adakalanya mencela ulama tersebut karena membela sunnah dan
memperjuangkannya, atau karena para ulama itu tidak mau mengikuti aturan
golongan mereka. Ulama yang tidak mau bergabung dengan mereka dijuluki tidak
paham atau tidak peduli terhadap realita. Lalu membuat tuduhan dusta kepada
ulama, berupaya menjauhkan manusia dari mereka dan memandang mereka dengan muak
dan meremehkan. Demikianlah, jembatan dibentangkan mulai dari sekedar mencela
dan mencerca sampai kata beliau (Syaikh Syayim) : “Dan penghinaan kepada ulama
tidak terbatas pada diri mereka namun sampai kepada apa yang mereka emban berupa
ilmu dan agama. Allah akan membela orang-orang yang beriman dan memperhatikan
orang-orang yang shalih. Bahkan mencela ulama itu merupakan pintu menuju
kemurtadan”.
“Artinya : Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahNya takut akan
ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih” [An-Nuur : 63]
Demikian nukilan dari syaikh Sa’d bin Syayim. Saya katakan : “Sesungguhnya
orang-orang yang terdidik di atas Al-Qur’an, sunnah dan pemahaman generasi
terbaik merekalah yang memahami realita umat dan masa depan mereka. Sebab mereka
mengerti masa lalu umat yang bersinar. Sedangkan orang-orang yang menggeluti
koran, majalah, analisa politikus, pengamat politik dan kantor berita asing dan
internet ditambah kebodohan mereka yang sangat kentara terhadap Al-Qur’an,
sunnah, ilmu syar’i, pelecehan dan pencelaan kepada ulama rabbani, merekalah
sesungguhnya yang paling bodoh terhadap realita umat.
Kami tidak mengecilkan pengetahuan tentang rekayasa musuh-musuh Islam dan
waspada terhadap program dan rencana mereka. Tetapi tuduhan kepada ulama rabbani
semisal Ibnu Baz rahimahullah, Al-Albani rahimahullah dan Ibnu Utsaimin
rahimahullah, bahwa mereka bodoh terhadap realita umat adalah kedhaliman dan
kedustaan, dan membuat para pemuda lari dari ulama mereka. Inilah fitnah yang
merambah yang membuat kerusakan bagi umat.
[Disalin dari kitab Madza Yanqimuna Minas Salafiyah dan dimuat di majalah Al-Furqon
edisi 5 Th III, hal 29-33, alih bahasa Abu Nu’aim Al-Atsari]
Sumber :
http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1508&bagian=0