NASEHAT UNTUK PARA DA’I SALAFY DI
INDONESIA
Oleh
Syaikh Muhammad bin Hady Al-Madkhaly
Bagian
Pertama dari Dua Tulisan [1/2]
Segala puji hanya milik Allah,
Tuhan semesta alam. Sholawat dan salam, semoga senantiasa dilimpahkan kepada
nabi kita Nabi Muhammad, keluarga, dan seluruh sahabatnya.
Amma
ba’du
Allah Ta’ala berfirman :
Artinya : Hai orang-orang yang
beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar,
niscaya Allah memperbaiki bagimu amal-amalanmu dan mengampuni bagimu
dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul- Nya, maka sesungguhnya ia
telah mendapat kemenangan yang besar. [Al-Ahzab: 70-71]
Ayat ini yang
selalu diulang-ulang oleh para khatib, mubalig, penceramah dan pemberi nasehat,
orang yang tidak bisa membaca selalu mendengarnya dari mereka, terkandung
didalamnya seruan dari Allah Jalla wa‘azza kepada hamba-Nya yang beriman, Ia
menyeru mereka dengan sifat mereka yang agung lagi mulia yaitu sifat iman, Allah
subhanahu berfirman:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah
kamu kepada Allah, dan katakanlah perkataan yang benar. [Al-Ahzab 70]
Ia
menyeru mereka dengan memakai sifat yang mulia yaitu sifat iman, lalu Ia
memerintahkan mereka akan suatu urusan yang berat lagi agung yaitu bertaqwa,
sesungguhnya taqwa kepada Allah Jalla wa‘ala adalah puncak kebaikan, dan penentu
segala urusan. Pintu-pintu kebajikan berbagai macam bentuknya, begitu juga
jalan-jalan keburukan bermacam-macam, semua itu terkumpul dalam kata:
(Bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar), bertaqwa
kepada Allah - sebagaimana yang telah diketahui oleh kebanyakan kalian dan tidak
lagi tersembunyi bagi kita semua - ialah melaksanakan ketaatan kepada Allah
berdasar cahaya(petunjuk) dari Allah dengan mengharapkan pahala dari-Nya, dan
takut dari azab-Nya, dan juga meninggalkan maksiat yang dilarang oleh Allah
mengarapkan pahala dengan meninggalkannya, dan takut akan azab bila
melakukannya, melanggar dan mengerjakan apa-apa yang diharamkan oleh
Allah.
Taqwa merupakan diantara wasiat terakhir Rasulullah sallallahu
alaihi wasallam (sebelum beliau wafat), sebagaimana dalam hadits ‘Irbad bin
Sariyah radhiallahu anhu dimana Nabi sallallahu alaihi wasallam (pada suatu
hari) menasehati sahabatnya dengan nasehat yang agung dan memberikan pengaruh
yang besar bagi diri mereka, yang membuat hati bergetar dan air mata bercucuran,
lalu mereka berkata: wahai Rasulullah ! seolah-olah ini adalah nasehat orang
yang akan berpisah(meninggal), maka wasiatkanlah kepada kami: lalu beliau
bersabda : (Saya mewasiatkan kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah). Beliau
mengawali wasiatnya dengan taqwa, dan taqwa juga merupakan wasiat Allah jalla
wa’azza kepada orang-orang terdahulu dan yang kemudian. Sebagaimana dalam firman
Allah :
Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah memerintahkan kepada
orang-orang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertaqwalah kepada
Allah.[An-Nisaa: 131]
Saudaraku sekalian…sesungguhnya kata-kata yang
agung dan luas makna ini apabila seorang hamba memperhatikan, meneliti dan
menghayatinya serta mengambil pelajaran darinya, niscaya ia akan mendapatkannya
mengandung seluruh (ajaran) agama islam, melaksanakan perintah dengan
mengharapkan pahala, dan meninggalkan larangan karena takut akan azab, inilah
yang (disebut) agama, engkau beribadah kepada Allah diatas cahaya (petunjuk)
dari Allah dan mengharapkan pahala, dan takut dari azabNya.
Ketaqwaan
tidak akan mungkin diperoleh kecuali dengan ilmu, Allah Ta’ala
berfirman:
Artinya : Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan
(Yang Hak) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosa-dosamu dan bagi (dosa)
orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu
berusaha dan tempat tinggalmu. [Muhammad :19]
Bagaimana bisa mengetahui
yang salah dan benar kecuali hanya dengan ilmu, anda mengetahui kebenaran lalu
anda memuji Allah ta’ala yang telah menunjukimu kepadanya, dan meminta tambahan
karunia dari-Nya, anda mengetahui yang salah lalu meminta ampunan dari-Nya jika
anda terjerumus kedalamnya, dan sebelum itu anda (berusaha) menjauhinya. Akan
tetapi jika anda terjerumus kedalamnya anda meminta ampun kepada Allah kemudian
bertobat kepada-Nya dan ini adalah kebaikan yang besar. Sebagaimana dalam sebuah
hadits Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda : ( Barangsiapa yang Allah
inginkan kebaikan atasnya Ia akan memberikannya pemahaman dalam agama ).
Memahami agama Allah adalah dengan mengetahui hukum-hukumnya, perintah-perintah
dan larangan-Nya serta mempelajari syariat-Nya, ini merupakan nikmat yang paling
besar, sesungguhnya orang yang tidak mengetahui hukum-hukum agama dan
dalil-dalilnya ia akan hidup bingung kanan dan kiri, (berada) diantara syubuhat
dan syahwat.
Dan siapa yang berada diantara dua jurang ini - jurang
syubuhat dan jurang syahwat – ia akan celaka, segala urusan baginya
bercampur-baur tanpa ada (sedikitpun) padanya pembeda, dan hawa nafsu
(senantiasa) menguasainya dan ia tidak mendapatkan didalam hatinya pertahanan
dan penasehat yang mengingatkannya kepada Allah, dan saat menghadap-Nya, berdiri
dihadapan Allah di hari akhirat, kala itu ia akan celaka -kita memohon kepada
Allah keamanan dan keselamatan-. Maka pemahaman terhadap agama sangatlah
penting, kedudukan setiap orang dalam agama tergantung kepada kepahamannya
terhadap agama. Dan kebaikan akan luput darinya sesuai dengan kadar kelalaiannya
dari hal tersebut. Maka kita semua wajib untuk mencapai hal itu, yaitu pemahaman
terhadap agama.
Dan lebih wajib lagi atas orang yang meletakkan dirinya
di atas (jalan) dakwah kepada Allah jalla wa’azza, siapa yang meletakkan dirinya
diatas dakwah, ia wajib memahami dan mengetahui apa yang ia dakwahi dan
mengetahui keadaan orang yang ia dakwahi. Dan meletakkan hukum-hukum Allah
dengan benar, sebagaimana yang diperintahkan Allah jalla wa’ ala, dan
dikehendaki dan dijelaskan oleh Rasulullah sallallahu alaihi
wasallam.
Apabila ia berdakwah tanpa ilmu maka apa yang ia rusak lebih
banyak dari apa yang ia perbaiki, karena seorang penyeru kepada Allah otomatis
ia juga pengajak kepada kebaikan dan melarang kepada kemungkaran. Dan orang yang
mengajak kepada kebaikan mesti tahu betul akan kebaikan, tahu kemungkaran,
mengetahui keadaan orang yang ia ingkari. Dan hendaklah ia bijaksana, lembut,
mengetahui mafasid (kerusakan) dan maslahat (yang akan terjadi), kapan ia maju
(melakukan suatu tindakakan) dan kapan ia menahan dirinya, kapan ia mendahulukan
(suatu pekerjaan) dan kapan ia mengakhirkan. dan (mengetahui) apa yang harus ia
dahulukan dalam berdakwah, dan apa yang boleh ia akhirkan.
Dan hendaklah
ia berlemah- lembut kepada manusia, dan sebagainya dari bermacam-macam masalah
yang ditempuh oleh ulama-ulama islam rahimahumullah, dibawah naungan
hadits-hadits Rasulullah sallallahu alaihi wasallam dalam berdakwah dan
melakukan hisbah, hisbah yang saya maksud adalah mengajak kepada kebaikan dan
melarang dari kemungkaran sebagaimana berlalu, dan kedudukan ini – kedudukan
penyeru kepada Allah – adalah kedudukan yang paling tinggi. Allah subhanahu
wata’ala berfirman :
Artinya : Siapakah yang lebih baik perkataannya
daripada orang yang menyeru kepada Allah, menerjakan amal yang sholeh dan
berkata : sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. Dan tidaklah
sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih
baik, maka tiba-tiba orang yang antara dan antara dia ada permusuhan seolah-olah
telah menjadi teman yang sangat setia. [Fushilat : 33-34]
Apa yang
dikhabarkan Allah subhanahu wata’ala ini sedikit sekali orang yang memikirkan
dan memahaminya.
Sesungguhnya dakwah itu adalah urusan yang sangat mulia,
oleh sebab itu Rasulullah sallallahu alaihi wasallam tidak membiarkannya begitu
saja dan tidak jelas, sebagaimana yang telah kalian ketahui wahai saudara
sekalian, tentang hadits Mu’adz radhiallahu anhu dalam kisah pengutusannya ke
negri Yaman dan wasiat Nabi sallallahu alaihi wasallam kepadanya : (Sesungguhnya
engkau (akan) mendatangi kaum ahli kitab (yahudi & nasrani), hendaklah
dakwah yang pertama sekali engkau serukan adalah (mengajak) mereka mentauhidkan
Allah), dan didalam lafadz yang lain : ( (Adalah) Syahadah bahwa tidak ada
sesembahan yang diibadati dengan Haq selain Allah, dan bahwasanya Muhammad
adalah utusan Allah, jika mereka menerima seruanmu itu maka sampaikan kepada
mereka bahwa Allah mewajibkan bagi mereka sholat lima waktu dalam sehari
semalam, jika mereka menerima seruanmu itu, maka sampaikan kepada mereka bahwa
Allah mewajibkan zakat kepada mereka yang diambil dari orang kaya mereka dan
diberikan kepada orang yang miskin (diantara) mereka.)
[Al-Hadits].
Rasulullah salallahu alaihi wasallam menjelaskan didalam
hadits ini apa yang pertama sekali dimulai (dalam berdakwah). Seorang da’i
(dalam dakwahnya) wajib untuk menempuh jalan yang benar, jalan yang syar’i jauh
dari perasaan atau semangat yang (pada hakikatnya) angina topan , hendaklah ia
tidak bersikap lunak pada apa yang dikeraskan oleh Allah, dan tidak keras pada
apa yang dimudahkan Allah, maka hendaklah ia berlemah-lembut di dalam dakwahnya,
lembut bukan karena lemah, dan keras terhadap musuh-musuh Allah bukan (pula)
karena ganas, maka pada saat itu ia seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah
sallallahu alaihi wasallam. dan hendaklah ia memulai dengan memberi kabar
gembira sebelum menyampaikan peringatan.
Sebagaimana firman Allah yang
menggabarkan sifat Rasul-Nya sallallahu alaihi wasallam :
Artinya : Hai
Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira
dan pemberi peringatan, dan utk jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya
dan jadi cahaya yang menerangi.[Al-ahzab 45-46]
Artinya : Dan janganlah
kamu menuruti orang-orang yang kafir dan orang-orang munafil itu, janganlah kamu
hiraukan gangguan mereka dan bertawakkallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah
sebagai pelindung. [Al-Ahzab 48]
Perhatikanlah ayat-ayat ini wahai
saudara sekalian, yang mana didalamnya Allah menyeru kepada rasul-Nya : (Hai
nabi sesungguhnya Kami mengutusmu) untuk apa ? (untuk jadi saksi) saksi bagi
manusia, (dan pembawa kabar gembira) pemberi kabar gembira tentang rahmat Allah
ta’ala, dan surga yang disediakan oleh Allah bagi wali-wali-Nya(orang yang
beriman dan bertaqwa) sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala tentang mereka
:
Artinya : Maka mereka berada dalam rahmat Allah (surga) ; mereka kekal
didalamnya. [Ali Imron : 107]
Rahmat Allah i tu adalah surga -kita
memohon kepada Allah supaya ia tidak mengharamkan bagi saya dan kalian
rahmat-Nya-, ia memberi kabar gembira dengannya(surga tersebut), maka
orang-orang yang dihati mereka ada kebaikan dan keutamaan dan mempunyai akal
yang sehat ia akan menerima kabar gembira itu, dan barangsiapa yang membangkang
maka ia diberikan peringatan. - peringatan, pertakut, dan ancaman - sesungguhnya
hati itu tidaklah sama, ada yang cukup menerima dengan kabar gembira dan ada
juga yang tidak bermanfaat baginya selain dengan peringatan, pertakut dan
ancaman.
Kemudian Allah menjelaskan atau memerintahkan dengan
firman-Nya:
Artinya : Dan janganlah kamu menuruti orang-orang yang kafir
dan orang-orang munafil itu, janganlah kamu hiraukan gangguan mereka dan
bertawakkallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pelindung.[Al-Ahzab
48]
Pada ayat ini (terdapat) petunjuk bagi para da’i setelah Rasulullah
sallallahu alaihi wasallam, agar menempuh jalan yang ditempuh oleh beliau
sallallahu alaihi wasallam, dan hendaklah mereka berhati-hati terhadap
orang-orang munafik yang memata-matai didalam barisan, yang mana mereka
menghasut didalam barisan kaum muslimin dan membiarkan dan menyebarkan diantara
mereka berita bohong maka hendaklah berhati-hati terhadap mereka. kenapa? karena
mereka itu merusak kaum muslimin, dan begitu juga orang kafir, tidak ada
perhitungan bagi mereka, janganlah mentaati mereka untuk mendurhakai Allah,
janganlah pula bermanis-manis muka dalam agama Allah dan berlembut-lembut
terhadap mereka. Dan hendaklah mendakwahi mereka kepada Allah, jika mereka
enggan maka tidak ada antaranya dan mereka kecuali apa yang telah dijelaskan
oleh Allah, dan diperintahkan oleh Rasulullah sallallahu alaihi wasallam, dan
yang telah beliau jelaskan didalam syariatnya yang suci.
Maka seorang
da’i itu hendaklah alim, fakih (memahami), dan tamak dalam memberi petunjuk
kepada manusia. Mengeluarkan segala kesanggupannya dan menjauhi kekasaran dan
kekerasan, firman Allah subhanahu wata’ala:
Artinya : (maka disebabkan
rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka, sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu, karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad maka bertawakkallah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya) [Ali
Imran:159]
[Diterjemahkan / Alih Bahasa : Ummu Fadhil, Aspri Rahmat
Azai, Islamic University Of Madinah, Pasca Sarjana Jurusan Aqidah. P.O.Box :
10234 Madinah - Saudi Arabia. Phone : +966 - 4 – 8390448]