![]()
Inilah Da'wah Salaf
(Side A) Penulis: Syaikh
Muhammad Nashiruddin Al-Albany/Al-manhaj.com Manhaj, 18 -
Juni - 2003, 22:32:48
(Transkrip kaset side A) Ibrahim: Dengan
nama Allah, segala puji hanya bagi Allah, dan shalawat dan
salam dari Allah kepada Rasulullah . Amma ba`d:
Sungguh-sungguh, Allah ta`ala telah melimpahkan atas kita
berkah iman, dan dia telah mengaruniakan seluruh ummat Islam
dengan pada ulama yang telah Allah muliakan dengan ilmu-
sehingga mereka bisa menunjuki manusia menuju jalan Allah dan
menuju penyembahan kepada Allah Azza wa Jalla. Dan mereka
adalah pewaris para nabi, tanpa ragu. Alasan untuk kedatangan
kita ke sini, InsyaAllah, pertama kali untuk mencari keridhoan
Allah, dan kedua untuk mencari ilmu yang pada akhirnya
mengarahkan kita kepada keridhoan Allah. Sungguh demi
Allah, ini adalah saat yang membahagiakan ketika kita bisa
berkumpul dengan Syaikh kita dan Ulama kita, dan guru besar
kita, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albany. Pertama-tama
atas nama masyarakat ini, kami ingin menyambut Syaikh kami
yang mulia, dan demikian juga atas nama orang-orang yang
mendengar, terutama mereka para tholabul `ilmi, mereka juga
mengirim ucapan selamat datang dan mereka memiliki keinginan
untuk berkumpul sekarang dengan guru kita yang mulia. Dan
tanpa ragu, seluruh kita memiliki keinginan yang sama untuk
mendengar ilmu dan kebijaksanaan yang dia miliki. Jadi,
mari kita dengarkan dia dalam apa-apa yang Allah telah berkahi
dia dari ilmu. Dan ketika Syaikh kita memutuskan untuk menutup
pelajaran, forum pertanyaan akan dibuka, tapi pertanyaan harus
ditulis, dan kertas tersedia serta sedang disebarkan,
InsyaAllah. Kami ulangi lagi, ini adalah saat yang
membahagiakan dan kami ucapkan, ahlan, selamat datang, kepada
Syaikh kita yang mulia
Syaikh: Ahlan bikum.
Sesungguhnya segala puji hanya milik Allah, kita memujiNYA,
kita mohon pertolonganNYA, dan kita mohon maghfirohNYA. Dan
kita mohon perlindunganNYA, dari kejahatan diri-diri kita dan
kejahatan amal-amal kita. Siapa yang Allah tunjuki, tiada
seorangpun yang dapat menyesatkannya dan siapa yang
disesatkanNYA, tiada yang dapat menunjuki. Aku bersaksi
bahwa tiada yang berhak untuk disembah melainkan Allah,
sendiri dan tidak bersekutu dan aku bersaksi bahwa Muhammad
adalah hamba dan utusanNYA. Amma ba`d, sesungguhnya
sebaik-baik ucapan adalah Kitabullah, dan sebaik-sebaik
petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shalallahu `alahi wa sallam.
Dan seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan.
Dan setiap perkara yang diada-adakan adalah bid`ah. Dan setiap
bid`ah adalah setiap kesesatan setiap kesesatan ada di neraka
.
Saya berterimakasih pada Al-Akh, Ustadz Ibrahim, atas
kata-kata dan pujiannya Dan saya tidak punya apa-apa untuk
dikatakan sebagai balasannya, kecuali dengan mengikuti contoh
dari khalifah pertama, Abu Bakr Ash-Shiddiq Radhiyallahu`anhu,
yang merupakan khalifah pertama yang sebenarnya dari
Rasulullah dengan hak yang benar. Tetapi walaupun begitu,
ketika dia mendengar seseorang yang memujinya dengan sesuatu
yang baik dan dia percaya bahwa pujian ini, tanpa memandang
datang dari siapa, dilakukan secara berlebihan dan ini ketika
dia menjadi khalifah Rasulullah dan berhak
mendapatkannya-walaupun begitu- [terdengar suara tangisan]-
walaupun begitu, dia mengatakan:
?Ya Allah, jangan
anggap aku bertanggungjawab atas apa yang mereka ucapkan
(tentang aku), dan buatlah aku lebih baik dari apa yang mereka
rasa (aku menjadi seperti itu). Dan maafkanlah aku atas
apa-apa yang tidak mereka tahu (tentangku).?
Aku akan
tambahkan pada ini, dengan mengatakan bahwa aku bukanlah apa
yang digambarkan dalam apa-apa yang baru saja kalian dengar
sebelumnya dari saudara kita yang mulia Ibrahim. Melainkan aku
hanyalah seorang murid pencari ilmu, bukan yang lainnya. Dan
atas setiap murid untuk tunduk pada hadits nabi :
?Sampaikanlah dariku meskipun hanya satu ayat. Dan
ceritakanlah dari (cerita-cerita) suku Isra`il karena yang
demikian tidak berdosa. Dan siapa yang berbohong atas namaku
dengan sengaja, biarkanlah dia siapkan tempat duduknya di
dalam neraka.?
Jadi berdasarkan hadits, dan mengikuti
teks nabawiyyah agung ini, sebagaimana teks-teks lain dari
kitab Allah dan hadits Rasulullah , kami mengambil tugas untuk
mengungkapkan pada manusia apa yang mereka kurang ketahui.
Tapi ini bukan berarti kami telah menjadi sesuatu seperti
yang ditemukan dari pikiran-pikiran baik yang (beberapa)
saudara-saudara kami anggap ada pada kami. Masalahnya bukan
itu. Ini adalah kenyataan yang saya rasakan sangat
mendalam di dalam hatiku. Kapanpun saya dengar pembicaraan
macam ini, saya teringat pada ungkapan lama, yang dikenal baik
di kalangan ulama:
?Sesungguhnya si burung kecil
(bughats) di tanah kami sekarang telah menjadi seekor
elang.?
Beberapa orang tidak waspada akan apa yang
dimaksudkan oleh pernyataan ini, atau oleh ungkapan ini. Si
bughats yaitu burung kecil yang tidak berharga tapi burung
kecil ini menjadi seperti seekor elang bagi manusia- karena
kebodohannya
Ungkapan ini benar, tentang banyak orang
yang berda`wah pada Islam, baik di atas kebenaran, dan cara
yang benar atau di atas kesalahan dan dusta. Tapi Alla
mengetahui bahwa seluruh dunia muslim hampa kecuali untuk
sangat sedikit orang, yang mana benar untuk mengatakan tentang
mereka bahwa ?si fulan adalah seorang ulama.? Sebagaimana
dinyatakan dalam hadits shahih, yang diriwayatkan oleh Imam
Al-Bukhary dalam shahihnya dari riwayat Abdullah bin `Amr bin
Al-`Ash rodhiyAllahu`anhu, yang berkata, Rasulullah bersabda:
?Sesungguhnya Allah tidak akan merampas ilmu dari dada
para Ulama, melainkan Dia akan mengambil `Ilmu dengan
mengambil para Ulama. Sampai tidak ada lagi Ulama ini intinya-
sampai tidak ada lagi Ulama, manusia akan mengambil pemimpin
yang bodoh, yang akan ditanyai pertanyaan-pertanyaan dan
kemudian memberi fatwa tanpa ilmu. Sehingga mereka sesat dan
menyesatkan.?
Ketika Alloa hendak mengambil `Ilmu, Dia
tidak akan merampasnya dari hati para Ulama, sehingga Ulama
tersebut menjadi seseorang yang tidak pernah belajar apapun
pada awalnya, tidak. Ini bukanlah Sunnatullah (cara Allah)
ketika berurusan dengan hambaNYA, khususnya hambaNYA yang
shalih mengambil ilmu yang mereka capai untuk Allah `Azza wa
Jalla Allah itu Maha Adil dalam aturan-aturanNYA- Dia tidak
merampas ilmu dari hati para Ulama sejati. Melainkan,
merupakan sunnatullah dengan makhluqNYA adalah bahwa Dia
mengambil ilmu dengan mengambil para Ulama [yaitu mematikan
mereka] , sebagaimana Dia lakukan terhadap penghulu semua
Ulama, Nabi, dan Rasul, Muhammad .
??Sampai tidak
tersisa lagi Ulama, manusia akan mengambil pemimpin-pemimpin
bodoh, yang akan ditanyai pertanyaan-pertanyaan dan kemudian
memberi fatwa tanpa ilmu. Sehingga mereka sesat dan
menyesatkan.?
Ini bukan berarti Allah akan
meninggalkan bumi dengan hampa akan Ulama, yang mana bukti
dari Allah bisa dilaksanakan atas hambaNYA, melainkan artinya
bahwa semakin waktu berlalu, semakin ilmu akan menurun .
Dan kita akan terus-menerus meningkat dalam masalah ini
yang mana ilmu sedikit dan kurang, sampai tidak ada lagi di
muka bumi ini orang yang berkata ?Allah, Allah.? Kalian dengar
hadits ini berulang kali dan ini adalah hadits
shahih:
?Kiamat tidak akan terjadi sementara masih
tersisa seorang di muka bumi ini yang berkata:
?Allah,Allah?.?
Yang dimaksud dengan manusia yang
disebutkan pada bagian akhir dari hadits: ?Sampai tidak ada
lagi Ulama, orang-orang akan mengambil pemimpin yang bodoh?
adalah para pemimpin yang memahami Al-Qur`an dan As-Sunnah
dengan pemahaman yang berlawanan dengan para Ulama ? Saya
tidak akan katakan mereka di masa lalu saja,tapi juga yang
sekarang- berada di atasnya. Maka sungguh, mereka
menggunakan hadits ?Allah, Allah? ini sebagai bukti untuk
pembolehan, dan bukannya rekomendasi berdzikir dengan
kata-kata tunggal ?Allah, Allah, Allah, dan seterusnya
[sebagaimana dilakukan oleh kaum Sufy] . Sampai tidak
seorangpun tetap tertipu atau tak waspada ketika mereka
mendengar hadits ini dengan kesalahan dalam memahaminya, saya
pikir adalah tepat, bahkan jika sambil lalu, mengingatkan
saudara-saudara kita di sini bahwa pemahaman ini salah,
pertama karena penjelasan hadits ini dinyatakan dalam riwayat
lain dari Rasulullah . Dan kedua, jika interpretasi ini benar,
maka akan ada petunjuknya dalam tidakan Salafus-Shalih kita,
rodhiyAllahu`anhum. Sehingga jika mereka tidak melakukannya.
Penolakan mereka dari beramal berdasarkan pemahaman ini
menunjukkan kepalsuan dari pemahaman semacam ini. Sehingga
akan jadi bagaimana bagi kalian jika riwayat lain dari hadits
ditambahkan, dan intisarinya, sebagaimana umumnya dikatakan,
bahwa Imam Ahmad rohimahullah, meriwayatkan hadits ini dalam
musnadnya, dengan sanad yang shahih dengan
kata-kata:
?Kiamat tidak akan terjadi sementara masih
tetap ada seseorang di muka bumi ini yang berkata ?Laa Ilaaha
Illallah?.?
Jadi inilah yang diinginkan dalam hadits
pertama, di mana kata ?Allah? ditunjukkan dalam pengulangan.
Intinya pada sekarang ini, dunia ini sayangnya hampa akan
ulama-ulama semacam itu yang biasa mengisi bumi dengan Ilmu
mereka yang luas dan yang mau menyebarluaskannya di antara
manusia. Jadi sekarang ini telah seperti
perkataan:
Ketika dihitung mereka sangat
sedikit Tapi sekarang mereka telah menjadi lebih sedikit
dari sedikitnya yang dulu
Jadi kita mohon pada Allah
`azza wa jalla, supaya Dia menjadikan kita di antara para
pencari ilmu yang benar-benar mengambil dari contoh-contoh
para Ulama dan dengan rendah hati mengikuti jalan mereka.
Inilah yang kita harap dari Allah `azza wa jalla bahwa Dia
menjadikan di antara kita dari kalangan para murid yang
mengikuti jalan tersebut, seperti yang Rasulullah
sabdakan:
?Siapa yang menempuh jalan untuk mencari
ilmu, Allah akan memudahkan jalannya ke surga.?
Ini
mengarahkan kita pada pembahasan topik pengetahuan ini, yang
telah disebutkan dalam Al-Qur`an pada banyak tempat, seperti
firman Allah:
?Apakah sama antara orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui.?
[Az-Zumar: 9]
Dan firman Allah:
?Allah akan
meninggikan orang-orang beriman dan berilmu di antaramu dan
orang-orang yang diberi pengetahuan beberapa derajat..?
[Al-Mujadilah: 11]
Pengetahuan apakah ini yang Allah
telah memberikan pujianNYA pada mereka yang memilikinya dan
beramal atasnya dan mereka yang mengikuti jalannya orang-orang
ini? Jawabnya adalah sebagaimana Imam Ibnu`l Qayyim
Al-Jauziyyah rohimahullah, murid dari Syaikhul Islam Ibnu
Taymiyah rohimahullah katakan:
?Ilmu adalah Allah
berfirman, Rasulullah bersabda, para shahabat berkata. Dan
bukan kesimpangsiuran. Ilmu itu bukanlah kita terburu-buru
pada ketidaksetujuan secara bodoh antara Rasulullah dan antara
pendapat seorang faqih (Ulama). Tidak, dan kami tidak
mengingkari dan meniadakan sifat-sifat (Allah), melainkan
karena takut terjatuh kepada tasybih dan tamtsil.?
Jadi
kita mengambil pengertian ilmu dari pernyataan dan sajak ini,
yang jarang kita dengar di antara syair-syair puisi, karena
puisinya Ulama tidak seperti puisinya penyair. Jadi orang ini
(Ibnu`l Qayyim) adalah seorang Ulama dan dia juga menulis
puisi yang bagus. Jadi dia katakan: Ilmu itu adalah apa yang
Allah firmankan pada tingkat pertama, kemudian apa yang
Rasulullah katakan pada tingkat kedua, kemudian apa yang para
shahabat katakan pada tingkat ketiga. Kata-kata Ibnu`l Qoyyim
mengingatkan kita pada kenyataan yang sangat penting, yang
seringkali diabaikan oleh kebanyakan para da`i yang tersebar
di seluruh daratan sekarang ini atas nama da`wah pada Islam.
Apa kenyataannya? Apa yang dikenal baik dari para da`i ini
adalah bahwa Islam terdiri atas: Kitabullah, Sunnah Rasulullah
. Ini adalah benar dan tidak ada keraguan padanya, akan tetapi
hal ini kurang sempurna. Dan kekurangsempurnaan ini
dicatat oleh Ibnu`l Qayyim dalam baris puisinya yang baru saja
kita sebutkan. Karena itulah kenapa setelah menyebut Al-Qur`an
dan As-Sunnah, dia menyebut para shahabat. ?Ilmu adalah Allah
berfirman, Rasulullah bersabda, para Shahabat
berkata??
Sekarang ini sangat jarang kita dengar
seseorang menyebut para shahabat setelah menyebut Al-Qur`an
dan As-Sunnah. Dan seperti kita ketahui, mereka berada pada
puncak Salaf As-Shalih (pendahulu yang shalih), yang Nabi
katakan dalam sabda beliau, yang telah diriwayatkan dari
banyak shahabat:
?Manusia terbaik adalah
generasiku??
Dan jangan katakan seperti kebanyakan para
da`i sekarang ini ucapkan: ?Generasi terbaik.? Fase ini
?Generasi terbaik? tidak memiliki sumber dalam Sunnah. Sunnah
yang shahih, yang dinyatakan dalam kedua shahih (Bukhary dan
Muslim) dan referensi hadits lainnya meriwayatkan hadits
tersebut dengan kata-kata: ?Manusia terbaik adalah generasiku,
kemudian yang datang setelahnya, kemudian yang datang
setelahnya.?
Imam Ibnu`l Qoyyim Al-Jauziyyah telah
menghubungkan para shahabat yang merupakan puncak dari 3
generasi yang dipersaksikan keunggulannya- pada Al-Kitab dan
As-Sunnah. Jadi apakah hubungan ini yang dia buat merupakan
opininya, atau pengambilan kesimpulan keulamaan, yang
seluruhnya mudah salah. Jawabannya adalah tidak, ini bukanlah
dari pengambilan kesimpulannya yang mungkin terjadi kesalahan
padanya, melainkan berdasarkan Kitabullah, dan hadits
Rasulullah . Sedangkan dari Al-Qur`an, maka ini adalah firman
Allah `Azza wa Jalla:
?Dan barangsiapa yang menyelisihi
Rosul setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan
yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa
terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami
masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam tu seburuk-buruk
tempat kembali.? [Al-Ma`idah: 115]
Saya berharap ayat
ini diingat dengan kuat dalam pikiran-pikiranmu dan
hati-hatimu, dan saya harap kalian tidak melupakannya, karena
itu adalah kebenaran. Dan dengannya, kalian akan terselamatkan
dari menyimpang ke kanan atau ke kiri dan kalian akan
terselamatkan bahkan dalam salah satu aspek atau beberapa
permasalahan- dari terjatuh kepada salah satu kelompok yang
tidak terselamatkan, atau salah satu dari kelompok menyimpang
. Ini dikarenakan Nabi bersabda dalam hadits yang terkenal,
yang saya akan singkat supaya mendapatkan bagian yang relevan
dengan pembahasan kita:
?Dan ummatku akan terpecah
menjadi 73 golongan ?semuanya berada di neraka, kecuali satu.?
Para shahabat berkata: Siapakah itu wahai Rasulullah? beliau
bersabda: ?Mereka adalah al-Jama`ah.?
Jama`ah yang
dimaksud adalah ?Jalannya orang-orang mukmin.? Jadi hadits
tersebut ?jika bukan wahyu langsung dari Allah kepada Qolbu
Nabi , maka itu pasti turunan dari ayat yang sebelumnya telah
disebut. ?Dan dia mengikuti jalan selain jalannya orang-orang
mukmin.? Jadi jika orang tersebut yang ?menyelisihi Rosul? dan
?mengikuti jalan selain jalannya orang-orang mukmin? diancam
dengan neraka, maka yang sebaliknya juga benar. Jadi
siapapun yang mengikuti ?jalannya orang-orang beriman,? maka
dia dijanjikan surga, dan tidak ada keraguan padanya. Jadi
ketika Rasulullah menjawab pertanyaan tentang golongan mana
yang merupakan golongan yang terselamatkan, beliau bersabda:
?Al-Jama`ah.? Dengan demikian Al-Jama`ah adalah kelompok
muslim tersebut. Kemudian dinyatakan dalam riwayat lain dari
hadits ini, yang mendukung pengertian ini, bahkan, menambah
penjelasan dan keterangan yang lebih padanya. Nabi
bersabda:
?Yaitu apa-apa yang aku dan para Shahabatku
ada di atasnya.?
Maka dengan begitu ?Para shahabatku?
adalah ?jalannya orang-orang mukmin.? Jadi ketika Ibnu`l
Qoyyim menyebutkan para shahabat dalam baris puisinya yang
baru saja kita sebutkan sebelumnya, dia hanya mengambil
pemahaman itu dari ayat yang baru saja kita sebut dan hadits
ini. Juga dikenal baik hadits Irbadh bin Sariyah
Radhiyallahu`anhu, yang juga akan saya perpendek untuk
menyebut bagian yang relevan dengan diskusi kita, sehingga
kita punya cukup waktu untuk menjawab pertanyaan nanti. Beliau
bersabda:
?Maka peganglah erat-erat Sunnahku dan Sunnah
Khulafa.ur Rasyidin yang mendapat petunjuk
sesudahku.?
Di sini kita temukan contoh yang sama
seperti hadits yang kita sebut sebelum ini danjuga ayat
sebelumnya. Rosul tidak menyatakan ?peganglah erat-erat
Sunnahku? saja, melainkan beliau hubungkan kepada Sunnah
beliau, Sunnahnya khulafa.ur rosyidin yang mendapatkan
petunjuk . Maka kami katakan, khususnya di saat ini di
mana kita temukan pandangan-pandangan yang berselisih, dan
ideologi-ideologi, dan madzhab-madzhab dan banyaknya hizb-hizb
dan kelompok-kelompok, yang membuat banyak pemuda muslim mulai
hidup dalam kebingungan. Dia tidak tahu pada kelompok mana
dia harus menisbatkan dirinya. Jadi di sini kami telah
memberikan jawaban dari ayat dan dua hadtis yang baru saja
kita sebutkan. Ikutilah jalannya orang-orang mukmin! Jalan
orang-orang mukmin dari masa kini Jawabnya tidak, yang kami
maksudkan di sini adalah orang-orang mukmin di masa lalu
?generasi pertama- generasi para shahabat ?Salafus Shalih
(pendahulu yang shalih). Mereka adalah orang-orang yang
harus kita ambil sebagai contoh dan orang-orang yang harus
kita ikuti. Dan tidak sama sekali tak ada yang menyamai mereka
di muka bumi. Karena itu, inti dari da`wah kami adalah
berdasarkan 3 pilar ?Al-Qur`an, As-Sunnah, dan mengikuti
Salafus Shalih (pendahulu yang shalih). Jadi siapapun yang
mengaku mengikuti Al-Qur`an dan As-Sunnah, namun dia tidak
mengikuti Salafus Shalih, dan dia menyatakan baik dalam
perkataan dan perbuatan: ?Mereka manusia dan kita juga
menusia? [maksudnya, para shahabat dan mereka adalah sama],
maka orang ini berada dalam penyimpangan dan kesesatan.
Kenapa? Karena dia tidak mengikuti teks ini, yang baru saja
kami ceritakan pada kalian. Apakah dia mengikuti jalannya
orang-orang mukmin? Tidak. Apakah dia mengikuti para shahabat
Rasulullah? Tidak. Apa yang dia ikuti? Dia ikuti hawa nafsunya
dan dia mengikuti akalnya. Apakah akal seseorang sempurna dan
terbebas dari kesalahan? Jawabannya tidak. Maka dengan
begitu, dia itu berada di atas kesesatan yang nyata. Saya
percaya bahwa alasan bagi banyak terwarisinya perbedaan yang
ditemukan pada golongan-golongan yang dikenal dengan baik di
masa lalu dan perbedaan yang muncul saat-saat ini adalah
karena kurang kembalinya pada sumber ketiga ini, yaitu Salafus
Shalih.
Jadi siapapun yang mengaku mengikuti Al-Qur`an
dan As-Sunnah, dan bagaimana seringnya telah kita dengar
perkataan semacam ini dari para pemuda yang kebingungan,
ketika mereka berkata: ?Ya akhi, orang ini mengaku mengikuti
Al-Qur`an dan As-Sunnah dan orang itu mengaku mengikuti
Al-Qur`an dan As-Sunnah.? Jadi apa pembeda yang jelas dan
menentukan? Adalah Al-Qur`an dan As-Sunnah dan manhaj
(metodologi) Salafus Shalih. Jadi siapapun yang mengikuti
Al-Qur`an dan As-Sunnah tanpa mengikuti Salafus Shalih, dia
sebenarnya tidak mengikuti Al-Qur`an dan As-Sunnah, melainkan
dia hanya mengikuti akalnya, jika bukan hawa nafsunya
.
Sumber: Sebuah Kaset yang berjudul Hadzihi Da`watuna
(ini da`wah kami), yang direkam dalam bahasa Arab dan
didistribusi oleh Syuur Lil Intaaj Al-Islamy, dan kemudian
diterjemahkan dan ditulis ke dalam bahasa Inggris oleh
al-manhaj.com. Artikel ini merupakan terjemahan yang telah
diedit dari kaset sebenarnya untuk bacaan yang lebih
baik. (Diterjemahkan: ke dalam format artikel (bahasa
Inggris) oleh Abu Maryam). Diproduksi oleh
al-manhaj.com
| |
Silahkan menyalin & memperbanyak artikel
ini dengan mencantumkan url sumbernya. Sumber artikel :
http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=28
|