Diambil dari mailing list assunnah@yahoogroups.com
Message: 7
Date: Thu, 28 Jul 2005 17:07:19 +0700
From: "Sigit, Iman" <iman.sigit@sulzer.com>
Subject: >>Bagaiamana menghapal Al-Quran Al-Kariim? <<
Bagaiamana menghapal Al-Quran Al-Kariim?
________________________________________
Oleh : Ummu Abdillah & Ummu Maryam
Sebagai seorang mukmin, kita tentunya berkeinginan untuk dapat menghafal Al-Quran
dan setiap kita pasti memimpikan agar dapat melahirkan anak-anak yang hafal Al-Quran
(hafidz/hafidzah). Berikut ini ada beberapa cara/kaidah dasar untuk memudahkan
menghafal, di antaranya:
1. Mengikhlaskan niat hanya untuk Allah Azza wa Jalla.
Memperbaiki tujuan dan bersungguh-sungguh menghafal Al-Quran hanya karena Allah
Subhanahu wa Ta`ala serta untuk mendapatkan syurga dan keridhaan-Nya. Tidak ada
pahala bagi siapa saja yang membaca Al-Quran dan menghafalnya karena tujuan
keduniaan, karena riya atau sumah (ingin didengar orang), dan perbuatan seperti
ini jelas menjerumuskan pelakunya kepada dosa.
2. Dorongan dari diri sendiri, bukan karena terpaksa.
Ini adalah asas bagi setiap orang yang berusaha untuk menghafal Al-Quran.
Sesungguhnya siapa yang mencari kelezatan dan kebahagiaan ketika membaca Al-Quran
maka dia akan mendapatkannya.
3. Membenarkan ucapan dan bacaan.
Hal ini tidak akan tercapai kecuali dengan mendengarkan dari orang yang baik
bacaan Al-Qurannya atau dari orang yang hafal Al-Quran. Rasulullah shallallahu `alaihi
wa sallam sendiri mengambil/belajar Al-Quran dari Jibril alaihis salam secara
lisan. Setahun sekali pada bulan Ramadhan secara rutin Jibril alaihis salam
menemui beliau untuk murajaah hafalan beliau. Pada tahun Rasulullah shallallahu
`alaihi wa sallam diwafatkan, Jibril menemui beliau sampai dua kali.
Para shahabat radliallahu `anhum juga belajar Al-Quran dari Rasulullah
shallallahu `alaihi wa sallam secara lisan demikian pula generasi-generasi
terbaik setelah mereka. Pada masa sekarang dapat dibantu dengan mendengarkan
kaset-kaset murattal yang dibaca oleh qari yang baik dan bagus bacaannya. Wajib
bagi penghafal Al-Quran untuk tidak menyandarkan kepada dirinya sendiri dalam
hal bacaan Al-Quran dan tajwidnya.
4. Membuat target hafalan setiap hari.
Misalnya menargetkan sepuluh ayat setiap hari atau satu halaman, satu hizb,
seperempat hizb atau bisa ditambah/dikurangi dari target tersebut sesuai dengan
kemampuan. Yang jelas target yang telah ditetapkan sebisa mungkin untuk dipenuhi.
5. Membaguskan hafalan.
Tidak boleh beralih hafalan sebelum mendapat hafalan yang sempurna. Hal ini
dimaksudkan untuk memantapkan hafalan di hati. Dan yang demikian dapat dibantu
dengan mempraktekkannya dalam setiap kesibukan sepanjang siang dan malam.
6. Menghafal dengan satu mushaf.
Hal ini dikarenakan manusia dapat menghafal dengan melihat sebagaimana bisa
menghafal dengan mendengar.
Dengan membaca/melihat akan terbekas dalam hati bentuk-bentuk ayat dan
tempat-tempatnya dalam mushaf.
Bila orang yang menghafal Al-Quran itu merubah/mengganti mushaf yang biasa ia
menghafal dengannya maka hafalannya pun akan berbeda-beda pula dan ini akan
mempersulit dirinya.
7. Memahami adalah salah satu jalan untuk menghafal.
Di antara hal-hal yang paling besar/dominan yang dapat membantu untuk menghafal
Al-Quran adalah dengan memahami ayat-ayat yang dihafalkan dan juga mengenal
segi-segi keterkaitan antara ayat yang satu dengan ayat yang lainnya.
Oleh sebab itu seharusnyalah bagi penghafal Al-Quran untuk membaca tafsir dari
ayat-ayat yang dihafalnya, untuk mendapatkan keterangan tentang kata-kata yang
asing atau untuk mengetahui sebab turunnya ayat atau memahami makna yang sulit
atau untuk mengenal hukum yang khusus.
Ada beberapa kitab tafsir yang ringkas yang dapat ditelaah oleh pemula seperti
kitab Zubdatut Tafsir oleh Asy-Syaikh Muhammad Sulaiman Al-Asyqar.
Setelah memiliki kemampuan yang cukup, untuk meluaskan pemahaman dapat menelaah
kitab-kitab tafsir yang berisi penjelasan yang panjang seperti Tafsir Ibnu
Katsier, Tafsir Ath-Thabari, Tafsir As-Sadi dan Adhwaaul Bayaan oleh
Asy-Syanqithi.wajib pula menghadirkan hatinya pada saat membaca Al-Quran.
8. Tidak pindah ke surat lain sebelum hafal benar surat yang sedang dihafalkan.
Setelah sempurna satu surat dihafalkan, tidak sepantasnya berpindah ke surat
lain kecuali setelah benar-benar sempurna hafalannya dan telah kokoh dalam dada.
9. Selalu memperdengarkan hafalan (disimak oleh orang lain).
Orang yang menghafal Al-Quran tidak sepantasnya menyandarkan hafalannya kepada
dirinya sendiri. Tetapi wajib atasnya untuk memperdengarkan kepada seorang
hafidz atau mencocokkannya dengan mushaf. Hal ini dimaksudkan untuk mengingatkan
kesalahan dalam ucapan, atau syakal ataupun lupa.
Banyak sekali orang yang menghafal dengan hanya bersandar pada dirinya sendiri,
sehingga terkadang ada yang salah/keliru dalam hafalannya tetapi tidak ada yang
memperingatkan kesalahan tersebut.
10. Selalu menjaga hafalan dengan murajaah.
Bersabda Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam :
"Jagalah benar-benar Al-Quran ini, demi Yang jiwaku berada di Tangan-Nya, Al-Quran
lebih cepat terlepas daripada onta yang terikat dari ikatannya."
Maka seorang yang menghafal Al-Quran bila membiarkan hafalannya sebentar saja
niscaya ia akan terlupakan. Oleh karena itu hendak hafalan Al-Quran terus
diulang setiap harinya. Bila ternyata hafalan yang ada hilang dalam dada tidak
sepantasnya mengatakan: "Aku lupa ayat (surat) ini atau ayat (surat) itu." Akan
tetapi hendaklah mengatakan: "Aku dilupakan," karena Rasulullah shallallahu `alaihi
wa sallam telah bersabda: (..arab..)
11. Bersungguh-sungguh dan memperhatikan ayat yang serupa.
Khususnya yang serupa/hampir serupa dalam lafadz, maka wajib untuk
memperhatikannya agar dapat hafal dengan baik dan tidak tercampur dengan surat
lain.
12. Mencatat ayat-ayat yang dibaca/dihafal.
Ada baiknya penghafal Al-Quran menulis ayat-ayat yang sedang dibaca/dihafalkannya,
sehingga hafalannya tidak hanya di dada dan di lisan tetapi ia juga dapat
menuliskannya dalam bentuk tulisan.
Berapa banyak penghafal Al-Quran yang dijumpai, mereka terkadang hafal satu atau
beberapa surat dari Al-Quran tetapi giliran diminta untuk menuliskan hafalan
tersebut mereka tidak bisa atau banyak kesalahan dalam penulisannya.
13. Memperhatikan usia yang baik untuk menghafal.
Usia yang baik untuk menghafal kira-kira dari umur 5 tahun sampai 25 tahun.
Wallahu alam dalam batasan usia tersebut. Namun yang jelas menghafal di usia
muda adalah lebih mudah dan lebih baik daripada menghafal di usia tua.
Pepatah mengatakan: Menghafal di waktu kecil seperti mengukir di atas batu,
menghafal di waktu tua seperti mengukir di atas air.
HAL-HAL YANG DAPAT MENGHALANGI HAFALAN
Setelah kita mengetahui beberapa kaidah dasar untuk menghafal Al-Quran maka
sudah sepantasnya bagi kita untuk mengetahui beberapa hal yang menghalangi dan
menyulitkan hafalan agar kita dapat waspada dari penghalang-penghalang tersebut.
Di antaranya:
1. Banyaknya dosa dan maksiat.
Sesungguhnya dosa dan maksiat akan melupakan hamba terhadap Al-Quran dan
terhadap dirinya sendiri. Hatinya akan buta dari dzikrullah.
2. Tidak adanya upaya untuk menjaga hafalan dan mengulangnya secara
terus-menerus. Tidak mau memperdengarkan (meminta orang lain untuk menyimak)
dari apa-apa yang dihafal dari Al-Quran kepada orang lain.
3. Perhatian yang berlebihan terhadap urusan dunia yang menjadikan hatinya
tergantung dengannya dan selanjutnya tidak mampu untuk menghafal dengan mudah.
4. Berambisi menghafal ayat-ayat yang banyak dalam waktu yang singkat dan pindah
ke hafalan lain sebelum kokohnya hafalan yang lama.
Kita mohon pada Allah Subhanahu wa Ta`ala semoga Dia mengkaruniakan dan
memudahkan kita untuk menghafal kitab-Nya, mengamalkannya serta dapat membacanya
di tengah malam dan di tepi siang. Wallahu alam bishawwab.
[Ummu Abdillah & Ummu Maryam, dinukil dari kutaib: "Kaifa Tataatstsar bil Quran
wa Kaifa Tahfadzuhu?" oleh Abi Abdirrahman]