Apa Itu Israiliyat??
Senin, 14 Nopember 05
Israiliyat adalah berita-berita yang diambil dari Bani
Israil, Yahudi (kebanyakannya) atau dari kalangan orang-orang Nashrani.
Berita-berita ini terbagi menjadi 3 kategori:
Pertama, Berita Yang Diakui Islam Dan Dibenarkannya (Ini adalah haq)
Contohnya, seperti yang diriwayatkan al-Bukhari dan periwayat selainnya, dari
Ibn Mas’ud RA, ia berkata, “Seorang rabi Yahudi datang menemui Nabi SAW seraya
berkata, ‘Wahai Muhammad, sesungguhnya kami menemukan bahwa Allah SWT menjadikan
seluruh langit di atas satu jari, seluruh bumi di atas satu jari, pepohonan di
atas satu jari, air dan tanah di atas satu jari dan seluruh makhluk di atas satu
jari, lalu Dia berfirman, ‘Akulah al-Malik (Raja Diraja).’ Rasulullah SAW
tertawa mendengar hal itu hingga tampak gigi taringnya membenarkan ucapan sang
rabi tersebut, kemudian beliau membaca ayat, “Dan mereka tidak mengagungkan
Allah dengan pengagungan yang semestinya pada hal bumi seluruhnya dalam
genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha
Suci Dia dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.”
(QS.az-Zumar:67)
Kedua, Berita Yang Diingkari Islam Dan Didustakannya (Ini adalah bathil)
Contohnya, seperti yang diriwayatkan al-Bukhari, dari Jabir RA, ia berkata,
“Orang-orang Yahudi mengatakan, ‘bila suami menyetubuhi isterinya dari arah
belakang, maka anaknya akan lahir bermata juling.’ Lalu turunlah firman Allah
SWT, “Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka
datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki.”
(QS.al-Baqarah:223)
Ketiga, Berita Yang Tidak Diakui Islam dan Tidak Pula Diingkarinya (Ini wajib
untuk berhenti membicarakannya)
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “Ahli Kitab biasanya membaca taurat dengan
bahasa Ibrani lalu menafsirkannya dengan bahasa Arab kepada umat Islam. Maka
Rasulullah SAW berkata, ‘Janganlah kalian benarkan Ahli Kitab dan jangan pula
mendustakannya tapi katakanlah (firman Allah SWT), ‘Kami telah beriman kepada (kitab-kitab)
yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu.’” (QS.al-‘Ankabut:46)
Tetapi berbicara mengenai jenis ini dibolehkan bila tidak khawatir membuahkan
larangan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, “Sampaikanlah dariku,
sekali pun satu ayat, dan berbicaralah mengenai Bani Israil sesukamu.
Barangsiapa yang mendustakanku secara sengaja, maka hendaklah ia persiapkan
tempat duduknya di api neraka.” (HR.al-Bukhari)
Kebanyakan berita yang diriwayatkan dari mereka tersebut tidak banyak
manfa’atnya bagi kepentingan agama seperti penentuan apa warna anjing Ashaabul
Kahfi dan sebagainya.
Ada pun bertanya kepada ahli kitab mengenai sesuatu dari ajaran agama kita, maka
hal itu haram hukumnya. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad
dari Jabir bin ‘Abdullah RA, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah
kalian tanyakan kepada ahli kitab mengenai sesuatu pun sebab mereka tidak bisa
memberi hidayah kepada kalian sementara mereka sendiri telah sesat. Jika kalian
lakukan itu, berarti (antara dua kemungkinan-red.,) kalian telah membenarkan
kebatilan atau mendustakan kebenaran. Sesungguhnya, andaikata Musa masih hidup
di tengah kalian, pastilah ia akan mengikutiku.’”
Imam al-Bukhari juga meriwayatkan dari Abdullah bin Abbas RA, bahwasanya ia
berkata, “Wahai kaum muslimin, bagaimana mungkin kalian bertanya kepada ahli
kitab padahal kitab yang Allah turunkan kepada nabi kalian itu adalah
semata-mata informasi paling baru mengenai Allah yang tidak pernah lekang. Allah
telah menceritakan kepada kalian bahwa ahli kitab telah mengganti kitabullah dan
merubahnya lalu menulisnya dengan tangan mereka sendiri. Lalu mereka mengatakan,
‘Ia berasal dari Allah agar mereka membeli dengannya harga yang sedikit.
Tidakkah melalui ilmu yang dibawa-Nya, Dia melarang kalian untuk bertanya kepada
mereka (ahli kitab)? Demi Allah, kami sama sekali tidak pernah melihat seorang
pun dari mereka yang bertanya kepada kalian mengenai apa yang telah diturunkan
kepada kalian.”
Sikap Ulama Terhadap Israiliyat
Para ulama, khususnya ahli tafsir berbeda pendapat mengenai sikap terhadap
Israiliyat ini:
1. Di antara mereka ada yang memperbanyak berbicara tentangnya dengan dirangkai
dengan sanad-sanadnya. Pendapat ini berpandangan bahwa dengan menyebut sanadnya,
berarti ia telah berlepas diri dari tanggung jawab atasnya. Hal ini seperti yang
dilakukan oleh Ibn Jarir ath-Thabari.
2. Di antara mereka ada yang memperbanyak berbicara tentangnya dan biasanya
menanggalkan sama sekali sanad-sanadnya. Ini seperti pencari kayu bakar di malam
hari. Cara seperti ini dilakukan al-Baghawi di dalam tafsirnya yang dinilai oleh
Syaikhul Islam Ibn Taimiyah sebagai ringkasan dari tafsir ats-Tsa’alabi. Hanya
saja, al-Baghawi memproteksinya dari dimuatnya hadits-hadits palsu dan
pendapat-pendapat yang dibuat-buat. Syaikhul Islam Ibn Taimiyah menyebut
ats-Tsa’alabi sebagai seorang pencari kayu bakar di malam hari di mana ia
menukil apa saja yang terdapat di dalam kitab-kitab tafsir baik yang shahih,
dha’if mau pun yang mawdhu’ (palsu).
3. Di antaranya mereka ada yang banyak sekali menyinggungnya dan mengomentari
sebagiannya dengan menyebut kelemahannya atau mengingkarinya seperti yang
dilakukan Ibn Katsir.
4. Di antara mereka ada yang berlebih-lebihan di dalam menolaknya dan tidak
menyebut sesuatu pun darinya sebagai tafsir al-Qur’an seperti yang dilakukan
Muhammad Rasyid Ridha.
(SUMBER: Ushuul Fit Tafsiir karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin,
hal.53-55)