|
ilhamudin : al ilmu qobla
'amal |
20-Mar-05
00:54 |
|
wajdi : syariah dan
khilafah solusi umat di dunia ini |
20-Mar-05
00:38 |
|
abd rahim : kirimkan
artikel -artikel islam ke syukran qablahuabed21a@yahoo.c
om |
19-Mar-05
11:18 |
|
latadry : Cak husnul
di aceh, piye kabare??baca ini dong..he he..hati-hati ya..met
bekerja... |
19-Mar-05
04:49 |
|
Murni : Alsofwa,
this is the first time I came to your web. Than I really
suprise with the articles. could you send me some your
articles about a woman in Islam.PLEASE... ... |
19-Mar-05
04:23 |
|
amirotul : butuh artikel or produk-produk
tentang pendidikan anak mulai dlm kandungn s/d balita |
19-Mar-05
03:32 |
|
|
|
 |
|
Artikel Buletin An-Nur :
Merenungkan Isi Al-Qur¡Šan Jumat, 18 Maret 05
Merenungkan makna al-Qur'an pada prinsipnya adalah
dengan cara mentadabburi dan memikirkannya. Seorang yang bagus
bacaannya adalah apabila hatinya telah melunak dengan kalam Rabbnya,
konsentrasi dalam mendengarkan dan menghadirkan segenap hati
terhadap makna-makna sifat dari Dzat yang berbicara kepadanya,
memperhatikan kekuasaan Nya, meninggalkan ketergantungan terhadap
pengetahuan dan akalnya, melepas segala rasa keberdayaan dan
kekuatan diri, mengagungkan Dzat yang berfirman kepadanya, merasa
hina dengan kemampuan pemahaman nya. Dengan kondisi yang istiqamah
dan hati yang bersih, dengan kekuatan ilmu, kesungguhan pendengaran
untuk memahami firman-Nya, seakan-akan menyaksikan jawaban yang
Ghaib. Juga dengan doa orang yang merendah diri, merasa banyak
kekurangan dan merasa miskin, serta dengan menanti pertolongan dari
Dzat yang Maha Menolong dan Maha Tahu, dan dengan memohon
pertolongan kepada-Nya agar bacaannya membawa dirinya kepada
pemahaman makna. Dia menghadirkan sifat dari Dzat yang berbicara ,
berupa janji-Nya dengan penuh kerinduan, ancaman-Nya dengan perasaan
takut dan peringatan-Nya dengan kesungguhan.
Allah
subhanahu wata¡Šalaberfirman, ¡§Orang-orang yang telah
kami beri al-Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang
sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya.¡§ (QS.al-Baqarah:121)
Dan orang inilah yang merupakan rasikh fil ilm atau
mendalam ilmunya, semoga Allah subhanahu wata¡Šala menjadikan
kita termasuk golongan orang seperti ini. Allah subhanahu
wata¡Šala berfirman, artinya, ¡§Dan Allah mengatakan yang
sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar).¡š (QS.
al-Ahzab: 4). (Al-Burhan, Az-Zarkasyi 2/197)
Selayaknya bagi orang yang membaca al-Qur'an untuk meresapi
setiap ayat sesuai dengan konteksnya, serta berusaha memahaminya.
Jika dia membaca ayat,artinya, ¡§Segala puji bagi Allah Yang
telah menciptakan langit dan bumi.¡š (QS.al:An'am:1). Maka
hendaknya dia menyadari betapa agungnya Allah subhanahu
wata¡Šala, dan terlintas di benaknya kekuasaan Allah
subhanahu wata¡Šalandan segala apa yang Dia kehendaki.
Kemudian jika membaca ayat, artinya, ¡§Maka terangkanlah
kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan.¡š (QS. 56:58)
Maka hendaknya berfikir bagaimana nuthfah (air mani)
dapat berubah menjadi bagian-bagian daging dan tulang. Dan jika
membaca ayat tentang keadaan orang-orang yang diadzab hendaknya
merasakan takut tertimpa, jika lalai dari mengerjakan
perintah-perintah Allah.
Dan selayaknya seseorang yang
membaca al-Qur'an mengetahui bahwa dirinya adalah yang sedang
menjadi obyek sasaran dari pembicaraan al-Qur'an itu, dan dirinyalah
yang mendapat ancaman. Dan kisah-kisah yang ada bukan sekedar
membawakan cerita belaka, namun ia memberikan pelajaran. Maka ketika
itu dia membaca al-Qur'an seperti membaca nya seorang budak, dan
dirinya sedang menjadi sasaran dari tulisan tuannya. Maka hendaklah
dia merenungkan al-Kitab dan mengamal kan apa yang menjadi
tuntutannya. (MukhtasharMinhaj al-Qasidin, halaman 68)
Al-Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata, "Merupakan
kewajiban bagi siapa saja -yang dikhususkan oleh Allahndengan
menghafal al-Qur'an- agar membaca dengan bacaan yang sebenarnya
(haqqa tilawatih), mentadabburi dengan hakikat ibrah dan
pelajarannya, memahami segela keistimewaannya dan mencari tahu apa
yang asing baginya." (al-Jami' liahkam al-Qur'an 1/ 2)
Al-Hakim at-Tirmidzi rahimahullah berkata tentang
kemuliaan al-Qur'an, "Hendaknya dibaca dengan tenang, pelan-pelan
dan tartil, dan merupakan kemuliaan al-Qur'an hendaknya (dalam
membaca) dengan mencurahkan ingatan dan segenap pemahaman sehingga
dapat mencerna apa yang difirmankan itu. Termasuk memulia kan
al-Qur'an juga hendaknya berhenti pada ayat-ayat janji (wa¡Šd) dan
berharap kepada Allah subhanahu wata¡Šala serta memohon
keutamaan dari-Nya, berhenti pada ayat ancaman (wa'id) dan memohon
perlindungan kepada Allah darinya." (al-Jami' liahkam
al-Qur'an 1/27, dan dinisbatkan ke kitab Nawadir
al-Ushul)
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
"Apabila membaca al-Qur'an dengan tafakkur sehingga tatkala melewati
ayat yang dia (pembaca) butuh terhadap ayat itu untuk mengobati
hatinya, maka hendaknya dia mengulang-ulang ayat itu meskipun
seratus kali, bahkan meskipun semalam suntuk. Karena membaca satu
ayat dengan tafakkur dan pemahaman, lebih baik daripada menghatamkan
bacaan dengan tanpa tadabbur dan pemahaman. Dan juga lebih
bermanfaat bagi hati, lebih dapat menghantarkan kepada tercapainya
kesempurnaan iman serta rasa manisnya al-Qur'an.¡š (Miftah Dar
as-Sa'adah, hal 402)
Ibnu Muflih rahimahullah
berkata, "Berkata al-Qadhi, "Kriteria minimal tartil adalah dengan
meninggalkan ketergesaan dalam membaca al-Qur¡Šan, dan yang sempurna
adalah tartil di dalam membaca, merenungi ayat-ayat itu,
memahaminya, serta mengambil pelajaran darinya meskipun sedikit di
dalam membaca, dan ini lebih baik daripada terus membaca dengan
tanpa pemahaman sama sekali.¡š
Sementara Imam Ahmad bin
Hanbal rahimahullah berkata, "Seseorang yang membaca
al-Qur'an hendaknya memperbagus suaranya dan membacanya dengan rasa
takut dan dengan tadabbur, dan ini merupakan makna dari sabda Nabi,
"Tidak pernah Allah menyeru dengan sesuatu seperti menyerunya
kepada Nabi agar membaguskan suara dan memperindah dalam membaca
al-Qur'an dengan mengeraskannya." (HR. al-Bukhari no.5024,
Muslim no. 297,233, an- Nasai, 2/180, Abu Dawud no.1473 dari hadits
Abu Hurairah). (al-Adab asy- Syar'iyyah).
Imam
as-Suyuthim rahimahullah menyifati wukuf (merenungi)
makna-makna al-Qur'an dengan perkataannya, "Hendaknya hati sibuk
memikirkan makna-makna ayat yang dilafazhkan, sehingga mengetahui
masing masing ayat, lalu merenungkan perintah-perintah dan
larangan-larangannya, serta berkeyakinan untuk menerima itu semua.
Jika pada masa lalu ia termasuk orang yang tidak perhatian terhadap
masalah itu, maka dia meminta ampun dan beristighfar, jika melewati
ayat rahmat maka dia gembira dan memohonnya, atau melewati ayat
adzab maka merasa takut dan meminta perlidungan, atau melewati ayat
tentang penyucian atau tasbih kepada Allah subhanahu
wata¡Šala,nmaka hendak nya menyucikan dan mengagungkan-Nya,
atau melewati ayat yang berisikan doa, hendaknya merendah diri dan
memintanya. (al-Itqan fi Ulum al-Qur'an 1/ 140)
Berkata al-¡ŠAllamah as-Sa'di rahimahullah, "Dan
selayaknya dalam masalah itu (membaca al-Qur'an) hendaknya
menjadikan makna sebagai tujuan, sedangkan lafazh adalah sebagai
sarana untuk memahami makna, maka hendaknya melihat kepada
siyaqul kalam (arah pembicaraan) serta kepada siapa
pembicaraan itu ditujukan, lalu mempertemukan antara yang dia baca
itu dengan pendapatnya dalam tempat (ayat) yang lainnya. Dan
hedaknya dia mengetahui bahwa al-Qur'an ditujukan untuk memberi
petunjuk kepada manusia baik yang 'alim maupun yang bodoh, yang ada
di kota maupun yang ada di pelosok. Barang siapa yang mendapatkan
taufik untuk itu maka tidak ada yang tersisa pada dirinya kecuali
akan memberikan perhatian untuk mentadabburi dan memahaminya, akan
banyak memikirkan lafazh dan maknanya, kewajiban-kewajiban dan
kandungan nya, serta petunjuknya baik yang diucapkan atau yang
difahami. Jika seorang memang telah mencurahkan seluruh perhatian
dalam masalah ini maka Allah subhanahu wata¡Šala akan
memuliakan sebagian di antara hamba-Nya, dan Allahnsubhanahu
wata¡Šala tentu akan membukakan ilmu-Nya berupa hal-hal yang
tadinya tidak mampu dia usahakan. (Taisir al-Karim ar-Rahman,
12)
Oleh karena itu selayaknya keinginan atau motivasi
terbesar orang shalih, baik di bulan Ramadhan atau selainnya, adalah
berapa banyak al-Qur'an memberikan pengaruh dalam sikap? Bukan
sekedar berapa banyak menghatamkan al-Qur'an.
Sumber: kitab,
¡šTadabbur al-Qur¡Šan¡š karya Salman bin Umar
al-Sunaidy
Hit : 43 | Index Annur |
kirim
ke teman | versi
cetak |
| Index
Keutamaan Al-quran |
|
|
 |
|
Minggu,20-3-2005 -- 1:59:54 Hits ...:
2485605 Online : 6
users |
|
|
|
|
|