Tafsir Surat AL-ANFAL:24-26 (Takutlah Azab Yang Tidak Hanya
Menimpa Orang-Orang Zhalim)
Selasa, 25 Januari 05
Allah Ta’ala berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا
اسْتَجِيبُوا للهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُوا
أَنَّ اللهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
{24} وَاتَّقُوا فِتْنَةً لاَتُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنكُمْ خَآصَّةً
وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ {25} وَاذْكُرُوا إِذْ أَنتُمْ قَلِيلُُ
مُسْتَضْعَفُونَ فِي اْلأَرْضِ تَخَافُونَ أَن يَتَخَطَّفَكُمُ النَّاسُ
فَئَاوَاكُمْ وَأَيَّدَكُمْ بِنَصْرِهِ وَرَزَقَكُم مِّنَ الطَّيِّبَاتِ لَعَلَّكُمْ
تَشْكُرُونَ {26}
“Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan
seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan
kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia
dan hatinya, dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan,[24]. Dan
peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang
zhalim saja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya,[25].
Dan ingatlah (hai para muhajirin), ketika kamu masih berjumlah sedikit, lagi
tertindas di bumi (Mekah), kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu,
maka Allah memberi kamu tempat menetap (Medinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat
dengan pertolonganNya dan diberi-Nya kamu rezki dari yang baik-baik agar kamu
bersyukur.[26]”
Makna Global Ayat
Ini adalah panggilan kemuliaan ilahi ke-tiga (panggilan pertama pada ayat 15,
panggilan ke-dua pada ayat 20) kepada kaum Mukmin. Pada kesempatan ini, Rabb
Ta’ala berkenan memanggil mereka dengan panggilan-Nya untuk memuliakan mereka
dengan perintah atau larangan-Nya kepada mereka. Hal ini, sebagai bentuk
pendidikan sekaligus persiapan bagi kebahagiaan dan kemuliaan mereka di dunia
dan akhirat.
Allah Ta’ala berfirman, “Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan
seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan
kepada kamu” ; ini semakna dengan panggilan pertama (pada ayat 20),
“Ta’atlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya.”
Sedangkan firman-Nya, “Kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu” ;
memberikan kesan bahwa perintah-perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya adalah sama
seperti larangan-larangan-Nya, tidak luput dari suatu yang memberi kehidupan
kepada kaum Mukminin* atau menambah kehidupan mereka atau menjaganya untuk
mereka. Oleh karena itu, Allah dan Rasul-Nya wajib dita’ati semaksimal mungkin
dalam berbuat ta’at kepada keduanya.
Firman-Nya, “Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia
dan hatinya” ; adalah peringatan besar kepada kaum Mukminin bahwa bilamana
mereka diberi kesempatan untuk berbuat baik, maka hendaknya menggunakannya
sebelum kesempatan itu luput, apalagi bila ia merupakan dakwah dari Allah dan
Rasul-Nya, sebab Allah Maha Mampu untuk membatasi antara manusia dan apa yang
diinginkannya, antara seseorang dan hatinya** dengan membolak-balikkan hati dan
mengarahkannya ke arah yang lain sehingga ia tidak menyukai kebaikan dan suka
kepada keburukan.
Dan firman-Nya, “Dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan” ;
artinya, orang yang mengetahui bahwa ia akan dikumpulkan kepada Allah, siapa pun
ia, bagaimana mungkin akalnya bisa berpaling setelah mendengar seruan-Nya yang
memerintahkan sesuatu atau larangannya terhadap sesuatu.?
Dan firman-Nya, “Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus
menimpa orang-orang yang zhalim saja diantara kamu”***; merupakan peringatan
lain yang begitu serius kepada kaum Mukminin agar jangan sekali-kali
meninggalkan keta’atan kepada Allah dan Rasul-Nya, meninggalkan Amar Ma’ruf Nahi
Munkar yang mengakibatkan kejahatan semakin menyebar dan kerusakan merajalela,
lalu karenanya Allah timpakan bencana yang merata; menimpa orang-orang yang
shalih dan Thalih (kebalikan orang shalih), orang yang berbuat kebajikan dan
orang yang bejad (fajir),****orang yang zhalim dan orang yang berlaku adil.
Firman-Nya, “Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya”; ini
memperkuat peringatan sebelumnya bahwa Allah Ta’ala bila menimpakan azab karena
perbuatan dosa dan maksiat, maka azabnya amat pedih dan keras, tidak mampu jiwa
menanggungnya. Karena itu, hendaklah kaum Mukminin berhati-hati terhadap hal itu
dengan senantiasa melakukan keta’atan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Firman-Nya, “Dan ingatlah (hai para muhajirin), ketika kamu masih berjumlah
sedikit, lagi tertindas di bumi (Mekah), kamu takut orang-orang (Mekah) akan
menculik kamu, maka Allah memberi kamu tempat menetap (Medinah) dan
dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezki dari
yang baik-baik agar kamu bersyukur”; ini adalah wejangan Rabbani bagi
orang-orang Mukmin yang berinteraksi dengan dakwah Islamiyyah di hari-hari
pertamanya (pertama munculnya dakwah Islamiyyah). Rabb mereka mengingatkan
kondisi mereka terdahulu yang serba kekurangan dan lemah, yang takut diculik
orang-orang kafir karena mereka hanya minoritas dan kaum lemah, lalu Dia
menolong mereka dengan tentara-Nya sehingga mereka menjadi mulia setelah
sebelumnya hidup dalam kehina-dinaan dan menjadi kaya setelah sebelumnya melarat
dan tidak memiliki apa-apa (papa). Dia juga menganugerahi mereka rizki dari yang
baik-baik untuk memuliakan mereka sebagai peringatan kepada mereka agar
bersyukur sebab orang yang hidup dalam kondisi tersebut dan merasakannya
pastilah akan mensyukuri nikmat. Syukur adalah memuji al-Mun’im (Pemberi
nikmat), menyanjung-Nya, berbuat ta’at kepada-Nya, mencintai-Nya dan menyalurkan
nikmat tersebut di jalan yang diridlai-Nya. Allah Maha Mengetahui bahwa mereka
telah bersyukur. Semoga Allah meridlai dan membuat mereka ridla serta
mendampingkan kita dengan mereka dalam kondisi sabar dan bersyukur. (Ays)
Tafsir Syaikh as-S’ady Terhadap Ayat 25
Firman-Nya, “Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus
menimpa orang-orang yang zhalim saja diantara kamu”; yakni bahkan menimpa
pelaku kezhaliman dan orang selainnya, hal ini terjadi bila kezhaliman sudah
begitu nyata, namun tidak dirubah sehingga siksaan-Nya mencakup pelakunya dan
orang selainnya. Cara memelihara diri dari fitnah (siksaan) ini adalah dengan
mencegah kemungkaran, melibas pelaku kejahatan dan kerusakan dengan tidak
memberikan kesempatan kepada mereka untuk berbuat maksiat dan berbuat zhalim
sebisa mungkin.
Firman-Nya, “Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya”; yakni
bagi orang yang sengaja menantang kemarahan-Nya dan bersimpangan dengan hal yang
diridlai-Nya. (Tys)
Petunjuk Ayat
Di antara petunjuk ayat-ayat di atas adalah:
1. Kewajiban untuk bersegera memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya*****dengan
melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, karena hal itu merupakan
bagian dari kehidupan seorang Muslim.
2. Wajibnya menggunakan kesempatan untuk berbuat baik sebelum waktunya lewat;
kapan saja seorang Mukmin mendapatkan kesempatan itu, maka ketika itu wajib
baginya untuk memanfa’atkannya dengan sebaik-baiknya.
3. Wajibnya beramar ma’ruf nahi munkar untuk memelihara diri dari fitnah-fitnah
yang bersifat umum, yang dapat membinasakan orang yang berbuat adil dan orang
yang berlaku zhalim.
4. Wajibnya mengingat nikmat untuk mensyukurinya dengan cara berbuat ta’at
kepada Allah dan Rasul-Nya.
5. Wajibnya mensyukuri semua nikmat dengan memuji Allah, menyanjung-Nya,
mengakui anugerah nikmat-Nya pada dirinya serta mengaplikasikannya dengan cara
yang sesuai dengan apa yang diridlai-Nya. (Ays)
CATATAN:
* Dalam ayat tersebut terdapat dalil bahwa kekufuran dan kebodohan ibarat
kematian yang bersifat maknawi (non fisik) bagi manusia sebab dengan keimanan
dan ilmu terjadi kehidupan dan dengan lawan keduanya terjadi kematian.
** Lebih dari seorang periwayat meriwayatkan dari Nabi SAW, sabda beliau,
“Allaahumma Yaa Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbii ‘Ala Diinik (Ya Allah,
Wahai Yang membolak-balikkan setiap hati, mantapkanlah hatiku di atas dien-Mu)
.” Dalam riwayat Muslim dinyatakan, “Allaahumma Musharrifal Quluub,
Sharrif Quluubana Ila Thaa’atik (Ya Allah, Yang merubah setiap hati,
rubahlan setiap hati kami kepada berbuat ta’at kepada-Mu) .”
*** Mengenai ayat ini, Ibn ‘Abbas berkata, “Allah memerintahkan kepada kaum
Mukminin agar tidak mendiamkan saja kemungkaran terjadi di sekitar mereka
sehingga azab tidak menimpa secara merata kepada mereka. Di dalam Shahih Muslim
dari Zainab binti Jahsy bahwasanya ia bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai
Rasulullah, apakah kami akan dibinasakan padahal ada orang-orang shalih di
tengah kami.?” Beliau menjawab, “Ya, bila keburukan telah demikian banyak.”
**** Imam Ahmad meriwayatkan dari Ummu Salamah, dia berkata, “Aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda, ‘Bila perbuatan-perbuatan maksiat di tengah umatku
telah nyata, maka Allah akan menimpakan azab-Nya kepada mereka secara merata.”
Ia berkata, “Lalu aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bukankah di tengah mereka itu
ada orang-orang yang shalih.?’ Beliau menjawab, “Benar.” Ia berkata lagi,
“Bagaimana jadinya mereka.?” Beliau bersabda, “Apa yang menimpa orang-orang
menimpa mereka juga, kemudian nasib akhir mereka mendapatkan ampunan dan
keridlaan dari Allah.”
***** Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Sa’id bin al-Ma’ally, dia berkata,
“Pernah ketika aku sedang shalat di Masjid, lalu dipanggil oleh Rasulullah SAW
namun aku tidak menjawabnya, kemudian barulah aku mendatanginya seraya berkata,
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku barusan dari shalat di Masjid.” Lalu beliau
bersabda, “Bukankah Allah Ta’ala berfirman, ‘Penuhilah pangglan Allah dan Rasul
bila ia mengajakmu kepada hal yang dapat menghidupkanmu.?” …selanjutnya beliau
(al-Bukhary) menyebutkan teks haditsnya.
Para ulama berkata, “Dalam kasus ini terdapat dalil yang menunjukkan bahwa
perbuatan yang bersifat wajib atau ucapan yang bersifat wajib bila dilakukan di
dalam shalat, tidak membatalkannya.”
SUMBER:
-Aysarut Tafaasiir Li Kalaamil ‘’Aliiyyil Kabiir karya Syaikh al-Jazairy
(disingkat: Ays)
-Taysiirul Kariimir Rahmaan Fii Tafsiir Kalaamil Mannaan karya Syaikh
Nashir as-Sa’dy (disingkat: Tys)