Tafsir Surat Al-Falaq
Kategori Al-Qur'an - Tafsir
Selasa, 30 Agustus 2005
07:09:27 WIB
TAFSIR SURAT AL-FALAQ
Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Bismillahirrahmaanirrahiim
Allah berfirman.
Artinya :
“Katakanlah : “Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai subuh” [Al-Falaq : 1]
“Dari kejahatan makhluk-Nya” [Al-Falaq : 2]
“Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita” [Al-Falaq : 3]
“Dan dari kejahatan-kejahatan wanita tukang sihir yang menghembus pada
buhul-buhul” [Al-Falaq : 4]
“Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki” [Al-Falaq : 5]
Mengenai ‘basmalah” telah berlalu penjelasannya
Firman Allah.
“Artinya : Katakanlah : “Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai subuh” [Al-Falaq
: 1]
Rabb Falaq adalah Allah. Al-Falaq maknanya subuh. Boleh juga dengan makna lebih
umum, yaitu setiap apa yang dimunculkan Allah pada pagi hari, seperti subuh,
biji buah-buahan dan biji tumbuh-tumbuhan.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala.
“Artinya : Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji
buah-buahan” [Al-An’am : 95]
Dan firmanNya.
“Artinya : Dia menyingsingkan pagi” [Al-An’am : 96]
Firman Allah
“Artinya : Dari kejahatan makhluknya” [Al-Falaq : 2]
Yaitu dari kejahatan seluruh makhlukNya hingga kejahatan dirinya sendiri. Karena
nafsu selalu memerintahkan untuk berbuat jahat. Jika engkau katakan, dari
kajahatan makhluk-Nya, maka engkau adalah orang pertama yang termasuk di
dalamnya. Sebagaimana yang tertera dalam khutbah hajah.
“Artinya : Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kami” [1]
FirmanNya “ Min syarri maa kholaq” mencakup setan dari golongan jin dan manusia
dan kejahatan lain-lain.
Firman Allah.
“Artinya : Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita” [Al-Falaq : 3]
Dikatakan arti ‘al-ghasiq’ ialah malam, dan dikatakan juga artinya bulan. Yang
shahih adalah bahwa ‘al-ghasiq’ mencakup kedua makna. Adapun ‘al-ghasiq’ artinya
malam karena Allah Ta’ala berfirman.
“Artinya : Dirikan shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam”
[Al-Israa : 78]
Pada malam hari banyak kejahatan dan binatang buas berkeliaran. Oleh karena itu,
dipinta perlindungan dari kejahatan al-ghasiq, yaitu malam.
Al-ghasiq dengan arti bulan terdapat dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam yaitu ketika beliau menunjukkan bulan kepada ‘Aisyah seraya bersabda.
“Artinya : Inilah yang disebut al-ghasiq” [2]
Bulan dikatakan ghasiq karena cahayanya muncul di malam hari.
“Wa min syarri ghasiqin idzaa wa qab” athaf kepada “ min syarri maa kholaq” yang
termasuk dalam bab, athaf khusus kepada yang umum. Karena ghasiq termasuk
makhluk Allah Azza wa Jalla. Adapun firman Allah “ Idza wa qab” yakni, jika
menjelang. Malam jika datang menjelang disebut ghasiq begitu juga bulan jika
bersinar cerah disebut ghasiq. Ini semua terjadi pada malam hari.
Firman Allah.
“Artinya : Dan dari kejahatan-kejahatan wanita tukang sihir yang menghembus pada
buhul-buhul” [Al-Falaq : 4]
“An-Naffaatsaati fii al-uqad” yaitu para tukang sihir yang mangikat tali dan
lain-lain, kemudian menghembusnya sambil membacakan mantera-mantera yang terdiri
dari nama-nama syetan. Ia menghembus setiap buhul yang ia ikat. Demikianlah ia
lakukan berulang-ulang. Tukang sihir yang tercela ini menginginkan orang
tertentu agar sihirnya mengenai orang tersebut. Allah menyebut ‘naffaatsaat’ (bentuk
perempuan) tidak ‘naffaatsiin’ (bentuk lelaki). Karena kebanyakan yang melakukan
jenis sihir ini adalah wanita. Oleh karena itu, Allah
menyebutkan“An-Naffaatsaati fii al-uqad” . Dan kemungkinan juga maksud dari An-Naffaatsat
ialah hembusannya, yang berarti mencakup pria dan wanita.
Firman Allah
“Artinya : Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki” [Al-Falaq :
5]
Al-Hasid ialah seorang yang benci terhadap orang lain karena mendapat nikmat
Allah. Jika seseorang mendapat nikmat berupa harta, kedudukan, ilmu dan
lain-lain, dada mereka terasa sesak sehingga muncul sikap iri tersebut. Al-Hassad
(orang-orang yang mempunyai sifat dengki) ini terbagi menjadi dua :
Seseorang yang benci terhadap orang lain karena mendapat nikmat Allah, tetapi ia
tidak berbuat apa-apa terhadap orang tersebut. Kamu akan lihat dia seperti orang
yang terkena demam panas jika melihat orang lain mendapat nikmat, tetapi ia
tidak melakukan tindakan apa-apa terhadap orang tersebut.
Kejahatan dan bala’ ada pada orang yang dengki bila ia bertindak. Oleh karena
itu, Allah berfirman “idzaa hasad” artinya jika ia dengki.
Di antara tindakan orang yang dengki ialah ‘Ain yang mengenai seseorang . yaitu,
orang ini benci kepada orang lain karena mendapat nikmat Allah, ia merasakan
sesuatu terjadi pada dirinya jika si fulan mendapat nikmat, pada saat itu keluar
dari dirinya sesuatu yang jelek (yang sulit untuk diungkapkan), kemudian ia
kenai si fulan dengan ‘ain tersebut. Akibatnya, bisa menyebabkan kematian, sakit
atau gila. Terkadang orang hasid ini dapat menghentikan mesin, atau merusak
kendaraan atau tiba-tiba mogok, dapat merusak pompa air atau penjaga kebun. ‘Ain
itu benar adanya dapat menimpa orang lain dengan izin Allah Azza wa Jalla. Allah
Azza wa Jalla menyebutkan : Jika malam telah tiba, tukang sihir yang menghembus
buhul-buhul, orang yang dengki apabila ia dengki, katiga bencana ini terjadi
secara tersembunyi.
Malam adalah tirai atau penutup ‘wa al-alayli idzaa yagsyaa”., “Demi malam
apabila menutupi (cahaya siang)”. Kejahatan yang tidak diketahui terjadi pada
saat ini.
“An-naffaatsaati fii al-uqad” ialah sihir yang tersembunyi yang tidak diketahui.
“haasidin idzaa hasad” ialah ‘ain yang juga tersembunyi. Boleh jadi ‘ain itu
berasal dari orang yang menurut perkiraanmu dialah orang yang paling kamu cintai
dan kamulah orang yang paling kamu cintai. Namun ternyata, ia sendiri yang telah
menimpakan ‘ain kepadamu. Oleh karena itu, Allah mengkhususkan tiga hal ini,
mala jika telah tiba, tukang sihir yang menghembus buhul-buhul dan orang yang
dengki apabila ia dengki. Kesemuanya itu termasuk dalam firmanNya “ min syarri
maa kholaq”. “dari kejahatan makhlukNya”.
Jika seseorang berkata : Bagaimana cara menanggulangi tiga kejahatan tersebut ?
Kita katakana : Cara menanggulanginya dengan menjadikan hati selalu bergantung
kepada Allah Ta’ala. Menyerahkan semua perkara kepadaNya, bertawakkal kepadaNya,
selalu membaca dzikir-dzikir yang disyariatkan untuk membentengi dan menjaga
dirinya dari kejahatan mereka.
Akhir-akhir ini, banyak yang menjadi korban ilmu-ilmu sihir, pendengki-pendengki
dan yang semisalnya. Karena manusia lalai dari mengingat Allah, melemahnya rasa
tawakkal, terlalu sedikit membaca dzikir-dzikir yang disyariatkan sebagai
pembenteng diri. Sementara kita sudah ketahui bahwa dzikir tersebut merupakan
benteng diri yang sangat kokoh, lebih kokoh dari tembok Ya’juj dan Ma’juj. Akan
tetapi sangat disayangkan, banyak yang tidak mengetahui dzikir tersebut ; ada
yang mengetahuinya tetapi tidak melaksanakannya, dan ada yang membaca tetapi
dengan hati yang lalai. Semua ini adalah suatu kekurangan. Jika orang-orang
membaca dzikir-dzikir yang ada dasarnya di dalam syari’at, niscaya akan selamat
dari kejahatan tersebut. Kita memohon kepada Allah agar diberi kesehatan dan
keselamatan.
[Disalin dari kitab Tafsir Juz ‘Amma, edisi Indonesia Tafsir Juz ‘Amma, penulis
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, penerjemah Abu Ihsan Al-Atsari, penerbit
At-Tibyan – Solo]
_______
Foot Note
[1]. Hadits riwayat Ahmad dalam Musnad I/302
[2] Hadits riwayat At-Tirmidzi, dalam Kitab Tafsir, bab : Tentang surat Al-Mu’awwidzatain,
no. (3366). Ia berkata : “Ini hadits hasan shahih”.
Sumber :
http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1556&bagian=0