| IP: 202.176.254.100
 
| Buletin | Berita Dari Aceh | Do'a | Fatwa | Hadits | Khutbah | Kisah | Mu'jizat | Qur'an | Sakinah | Tarikh | Tokoh | Aqidah | Fiqih | Tsaqofah | Sastra |
| Pustaka Sofwa | Kajian | Kaset | Kegiatan | Konsultasi | Materi KIT | Ekonomi Islam | Analisa | Senyum | Download |
 
Menu Utama
·Home
·Kontributor
·Tentang Kami
·Buku Tamu
·Produk Kami
·Kirim Artikel / Berita
·Formulir
·Jadwal Shalat
·Kontak Kami
·Download
·Forum Diskusi

Jadwal Kajian Harian
Hari ini Kajian Ba'da Magrib di Masjid Al-Sofwa
Materi :
Sirah Nabawiyah
Penceramah :
Ust. Abu bakar M Altway Lc

Kajian Islam
· Meneladani Manasik haji Rasulullah Shallallaahu alaihi wasalam
· Kitab Tauhid 2
· Kitab Tauhid 1
· Kiat-Kiat Menghidupkan Bulan Ramadhan

Nama Islami
· Yumna(puteri)
· Yusriyyah(puteri)
· Yusra(puteri)

Pustaka Sofwa
·Perjalanan Ruh Ketika Mati
·Manusia Yang Dilaknat Menurut As-Sunnah
·Hukum Kafarat

Segera Terbit !
·Agar Doa Dikabulkan
·Agar Ibadah Terasa Nikmat

Banner
// // //

Liputan Kegiatan
·SEMBAKO LEBARAN 1425H
·BUKA PUASA DHUAFA & FUQARA 1425H
·SEHAT JELANG RAMADHAN 1425H

Analisa
· Sutrah Dalam Perspektif Fiqh Islam
· Bolehkah Wanita Haid dan Orang Junub Masuk Masjid..?
· Seputar Masalah Gambar
· Menikah dengan Ahlu Kitab

   


Tips-tips bagi Relawan NAD

Artikel Quran :

Rujukan Di Dalam Tafsir
Rabu, 29 September 04

Di dalam menafsirkan al-Qur’an, kita tidak bisa seenaknya saja menafsirkan sesuai hawa nafsu dengan tanpa merujuk kepada kaidah-kaidah yang berlaku di kalangan para ulama terdahulu.

Di antara rujukan yang disebutkan para ulama di dalam menafsirkan al-Qur’an adalah sebagai berikut:
Pertama, Kalam Allah. Yaitu menafsirkan al-Qur’an dengan al-Qur’an pula, sebab Allah-lah Yang menurunkannya sehingga Dia paling mengetahui apa yang Dia dimaksudkan.

Mengenai hal ini, terdapat beberapa contoh, di antaranya:
- Firman Allah Ta’ala (artinya), “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”(Q.s.,Yűnus:62)
Dalam ayat ini, Allah sendiri telah menafsirkan apa yang dimaksud dengan “wali-wali Allah” melalui ayat setelahnya, yaitu ”(Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” (Q.s.,Yűnus:63)

- Firman-Nya, ”Tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu.?” (Q.s.,ath-Thâriq:2) di mana Allah telah menafsirkan maksud dari kata “ath-Thâriq (yang datang pada malam hari)” dalam ayat ini pada firman-Nya selanjutnya, yaitu, ”(Yaitu) bintang yang cahayanya menembus[3].” (Q.s.,ath-Thâriq:3)

- Firman-Nya, ”Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya.”(Q.s.,an-Nâzi’ât:30) di mana Allah telah menafsirkan maksud dari kata “Dahâha (dihamparkan-Nya)” dalam ayat ini pada firman-Nya pada dua ayat selanjutnya, yaitu, ”Ia memancarkan daripadanya mata airnya dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya.[31] Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh.[32]” (Q.s.,an-Nâzi’ât:31,32

Ke-dua, Sabda Rasulullah SAW. Yaitu menafsirkan al-Qur’an dengan as-Sunnah sebab Rasulullah SAW adalah penyampai firman Allah sehingga beliau lebih mengetahui apa yang dimaksud Allah dalam kalam-Nya.

Mengenai hal ini, terdapat beberapa contoh,
- Firman-Nya, ”Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahan-nya.”(Q.s.,Yűnus:26) di mana Nabi SAW menafsirkan makna “az-Ziyâdah (tambahannya)“ dengan “melihat kepada wajah Allah (secara hakiki kelak di hari Kiamat-red.,).” Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Ibn Jarîr dan Ibn Abi Hâtim secara jelas melalui hadits Abu Musa dan Ubay bin Ka’b. Demikian juga yang diriwayatkan Ibn Jarîr dari hadits Ka’b bin ‘Ujrah serta di dalam kitab Shahîh Muslim dari Shuhaib bin Sinân dari Nabi SAW., antara lain di dalamnya terdapat sabda beliau, “…Lalu hijab disingkap, maka tidak ada sesuatupun yang diberikan kepada mereka lebih mereka sukai daripada memandang kepada wajah Rabb mereka.” Kemudian beliau membacakan ayat tersebut ”Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahan-nya.”.

- Firman-Nya, ”Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi.” (Q.s.,al-Anfâl:60) di mana Nabi SAW., menafsirkan kata “Quwwah (kekuatan)” dengan “ar-Ram-yu (melempar, memanah dan yang semakna dengannya).” Hal ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dan periwayat lainnya dari hadits ‘Uqbah bin ‘Âmir RA.,

Ke-tiga, Ucapan Para Shahabat RA., terutama para ulama dan mereka yang memiliki perhatian terhadap tafsir sebab al-Qur’an diturunkan dengan bahasa mereka dan pada periode mereka, di samping karena –sepeninggal para Nabi- mereka merupakan orang yang paling tulus di dalam mencari kebenaran, paling selamat (terhindar) dari mengikuti hawa nafsu serta paling suci dari penyimpangan yang menghalangi seseorang dari mendapatkan kebenaran.

Mengenai hal ini, terdapat beberapa contoh,
- Firman Allah Ta’ala, Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau kembali dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan.” (Q.s.,an-Nisâ`:43) di mana terdapat hadits yang shahih berasal dari Ibn ‘Abbas RA.., bahwasanya dia menafsirkan kata “al-Mulâmasah pada kalimat Lâmastum (kamu telah menyentuh)” dengan “jimak/bersetubuh.” (alias yang dimaksud dengan “menyentuh” dalam ayat ini adalah jimak/hubungan badan antara suami-isteri-red.,)

Ke-empat, Ucapan Tabi’in. Yaitu mereka yang memfokuskan diri dalam mengambil penafsiran dari para shahabat RA., sebab Tabi’in merupakan sebaik-baik manusia sepeninggal para shahabat, paling selamat (terhindar) dari mengikuti hawa nafsu ketimbang generasi-generasi setelah mereka serta karena bahasa Arab belum mengalami perubahan yang berarti pada masa mereka sehingga mereka adalah orang-orang yang paling dekat pemahamannya terhadap al-Qur’an secara benar ketimbang generasi-generasi setelah mereka.

Syaikhul Islam, Ibn Taimiyah berkata, “Bila mereka (kalangan Tabi’in) telah bersepakat atas sesuatu, maka tidak diragukan lagi ke-hujjahan-nya. Jika mereka berselisih maka pendapat salah seorang dari mereka tidak dapat menjadi hujjah bagi pendapat sebagian yang lain ataupun bagi generasi-generasi setelah mereka, lalu hal itu dikembalikan kepada bahasa al-Qur’an, as-Sunnah dan bahasa Arab secara umum atau pendapat-pendapat para shahabat mengenai hal itu.”

Beliau juga menambahkan, “Siapa saja yang menghindar dari madzhab dan penafsiran para shahabat dan Tabi’in dengan mengambil pendapat yang menyelisihinya, maka dia jelas salah dalam hal itu bahkan sudah menjadi pelaku bid’ah sekalipun ia seorang Mujtahid yang ditolerir kesalahannya (dalam berijtihad-red.,)…”

Ibn Taimiyah melanjutkan, “Siapa saja yang menyelisihi pendapat mereka dan menafsirkan al-Qur’an berbeda dengan penafsiran mereka, maka dia sudah keliru di dalam berdalil dan yang dijadikan dalil sekaligus.”

Ke-lima, Makna-Makna Syari’at Atau Bahasa Yang Dikandung oleh Suatu Kata Berdasarkan Redaksinya.

Hal ini berdasarkan firman-Nya,
”Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa” (Q.s.,an-Nisâ`:105)

”Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa al-Qur’an dengan berbahasa Arab agar kamu memahaminya.” (Q.s.,Yűsuf:2)

”Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun melainkan dengan bahasa kaumnya supaya ia dpat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka.” (Q.s.,Ibrâhîm:4)

Bila antara makna secara syari’at dan bahasa berbeda, maka yang diambil adalah makna secara syari’at karena al-Qur’an turun untuk menjelaskan bahasa kecuali terdapat dalil yang menguatkan makna secara bahasa, maka maknanya-lah yang kemudian diambil.

Contoh Mengedepankan Makna Secara
Syari’at Atas Makna Secara Bahasa


Yaitu, seperti firman Allah Ta’ala mengenai orang-orang munafik, ”Dan janganlah kamu sekali-kali menyalatkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka.” (Q.s.,at-Taubah:84). Kata “ash-Shalâh (shalat) ” pada kalimat ”Tushalli(menyalatkan)” dalam ayat ini secara bahasa berarti “doa” sedangkan secara syari’at berarti “berdiri di hadapan mayit untuk mendoakannya dengan sifat yang khusus (shalat jenazah-red.,).” Maka di sini, makna secara syari’at harus dikedepankan karena ia lah yang dimaksud oleh orang yang berbicara dan yang sudah dimaklumi oleh lawan bicara, sedangkan pelarangan secara umum berdoa (sesuai makna bahasa-red.,) untuk mereka (orang-orang munafik) diambil dari dalil yang lain.

Contoh Mengedepankan Makna Secara
Bahasa Atas Makna Secara Syari’at


Yaitu, seperti firman Allah Ta’ala, ”Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.” (Q.s.,at-Taubah:103). Dalam ayat ini, yang dimaksud dengan “ash-Shalâh (shalat)” pada kata ”Shalli” adalah “berdoa” (sebagaimana dalam terjemah al-Qur’an oleh Depag-red.,). Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari ‘Abdullah bin Abi Awfa, dia berkata, “Bila Nabi SAW dibawakan sedekah dari suatu kaum yang dishalatinya, lalu ayahku membawa sedekahnya sendiri untuknya, beliau berucap, ‘Allâhumma Shalli ‘Ala Âli Abi Awfa (Ya Allah sampaikanlah doa atas keluarga besar Abu Awfa).’

Sedangkan contoh untuk kesesuaian antara makna secara syari’at dan makna secara bahasa banyak sekali seperti makna as-Samâ` (langit), al-Ardl (bumi), ash-Shidq (kejujuran), al-Kidzb (kebohongan), al-Hajar (batu) dan al-Insân (manusia).

(SUMBER: Buku Ushűl Fî at-Tafsîr karya Syaikh Muhammad bin Shâlih al-‘Utsaimîn, h.27-30 dengan sedikit perubahan)

Hit : 1 | Index Quran | Beritahu Teman | versi cetak |

| Index Pengantar Ilmu Tafsir dan Quran

 
   
Statistik Situs
Sabtu,22-1-2005 -- 5:34:0
Hits ...: 2060035
Online : 20 users

Pencarian

cari di  

 

Informasi !
·MUNGKIN ANDA PROFESSIONAL YANG KAMI BUTUHKAN
·Tips-tips bagi Relawan NAD
·Berita Kedua di NAD

Iklan

Jajak Pendapat
Rubrik apa yang paling anda sukai di situs ini ?

Buletin
Ekonomi
Fatwa
Fiqih
Firaq
Kajian
Khutbah
Kisah
Konsultasi
Nama Islami
Quran
Tarikh
Tokoh


Hasil Jajak Pendapat

Mutiara Hikmah

Sesungguhnya lidah orang bijak itu ada dibalik hatinya. Apabila dia ingin berkata maka dia kembali kepada hatinya. Jika itu bermanfa'at baginya maka dia berkata. Namun jika itu berdampak buruk baginya maka diapun menahan mulutnya. Sedangkan orang bodoh, hatinya berada diujung lidahnya. Dia tidak kembali kepada hatinya. Apa saja yang ada dimulutnya maka dia ucapkan. [i]Manajemen Lisan/Darul Haq)[/i]

( Index Mutiara )


Penerimaan Aceh !
Hamba Allah
= Rp 200.000,-
Hamba Allah
= Rp 200.000,-
Tito
= Rp 556.000,-
Nurwidodo
= Rp 120.000,-
Zaki
= Rp 409.000,-
Prima
= Rp 250.000,-
Mutaqif
= Rp 614.000,-
Irma mtpi
= Rp 20.000,-
Ridwan bin Rohendi
= Rp 150.000,-
Wardji
= Rp 50.000,-
M. Tambrin
= Rp 15.000,-
Ridwan
= Rp 150.000,-
Hamba Allah
= Rp 250.000,-
Hasyim Shamlan
= Rp 1.250.000,-
Hamba Allah
= Rp 81.000,-
Hisyam Bisyir
= Rp 2.000.000,-
Pustaka Ibnu Katsir
= Rp 1.000.000,-
Ust. Fariq Qasim
= Rp 300.000,-
Abdullah
= Rp 278.000,-
Hamba Allah
= Rp 55.000,-
Hamba Allah
= Rp 20.500,-
Fuad Iskandar
= Rp 100.000,-
diding
= Rp 3.400.000,-
Hamba Allah
= Rp 20.000,-
Aditya
= Rp 100.000,-
Kotak Amal Karyawan AlSofwa
= Rp 5.165.000,-
Alfurqon
= Rp 1.910.000,-
Abu Haidar
= Rp 1.047.175,-
Hamba Allah
= Rp 10.000,-
Hamba Allah
= Rp 22.000,-
Kotak amal
= Rp 20.000,-
SPAN
= Rp 358.000,-
Abdur Rozaq
= Rp 250.000,-
Herry S
= Rp 14.000,-
Herry S
= Rp 393.000,-
Fizhil
= Rp 1.420.000,-
Hamba Allah
= Rp 20.000,-
Hamba Allah
= Rp 20.000,-
muhsinin
= Rp 79.000,-
Yudi
= Rp 50.000,-
Abdullah
= Rp 100.000,-
Hamba Allah
= Rp 15.000,-
Hamba Allah
= Rp 25.000,-
Kotak amal
= Rp 20.500,-
Hamba Allah
= Rp 20.000,-
Hamba Allah
= Rp 100.000,-
Supriyadi
= Rp 20.000,-
Hamba Allah
= Rp 50.000,-
Hamba Allah
= Rp 50.000,-
muhsin
= Rp 130.600,-
Hamba Allah
= Rp 10.000,-
kotak masjid sofwa
= Rp 911.900,-
Sidarto
= Rp 600.000,-
Jamaah masjid AL-Sofwa
= Rp 402.500,-
Kelg. Mulyadi
= Rp 200.000,-
H. Syamsuddin
= Rp 50.000,-
Ahmad Rizqi
= Rp 40.000,-
Hamba Allah
= Rp 10.000,-
Hamba Allah
= Rp 1.000.000,-
Junaidi
= Rp 70.000,-
Sony
= Rp 250.000,-
Gunardi
= Rp 300.000,-
Asfari
= Rp 110.000,-
Hamba Allah
= Rp 200.000,-
Hary
= Rp 30.000,-
Hamba Allah
= Rp 20.000,-
Suciadi
= Rp 10.000,-
Hamba Allah
= Rp 25.000,-
Karyawan Al-Sofwa
= Rp 4.000.000,-
Hamba Allah
= Rp 25.000,-
Abdullah
= Rp 10.000,-
PT. Emirad Trans
= Rp 500.000,-
Sa'id
= Rp 50.000,-
Hamba Allah
= Rp 10.000,-
Andi Setiawan
= Rp 50.000,-
Ibu Dina
= Rp 100.000,-
Agus-Ulujami
= Rp 10.000,-
Hamba Allah
= Rp 50.000,-
Hamba Allah
= Rp 25.000,-
Hamba Allah
= Rp 50.000,-

= Rp 0,-
Hamba Allah
= Rp 150.000,-
Hamba Allah
= Rp 300.000,-
Hamba Allah
= Rp 20.000,-
Frans Purba
= Rp 110.000,-
Tamrin
= Rp 15.000,-
Hamba Allah
= Rp 150.000,-
Hamba Allah
= Rp 250.000,-
NN
= Rp 20.000,-
Taufiq
= Rp 20.000,-
Hasyim
= Rp 1.250.000,-
Dwi Sulistyanto
= Rp 50.000,-

Total Penerimaan =
Rp 34.352.175,-

Pengeluaran Aceh
Makan Relawan
= Rp 25.000,-
Makan Relawan
= Rp 25.000,-
Tiket utusan dr Medan
= Rp 150.000,-
Akomidasi ke Sigli
= Rp 10.000,-
Aqua 10 dus
= Rp 210.000,-
Lauk untuk Pengungsi
= Rp 50.000,-
Adm Posko I Jantho
= Rp 100.000,-
Peta NAD
= Rp 28.000,-
Minuman
= Rp 60.000,-
Truk Lhok S-B. Aceh
= Rp 1.100.000,-
Konsumsi Lhok S-B. Aceh
= Rp 50.000,-
Bus Lhokseumawe-B. Aceh
= Rp 630.000,-
Rangka atap kijang
= Rp 245.000,-
Deposit pulsa flexi 2 nomor
= Rp 1.000.000,-
Obat-obatan
= Rp 287.000,-
Alat Ban Tubles
= Rp 90.000,-
ATK
= Rp 74.000,-
Simpati perdana 2 buah
= Rp 276.000,-
Kunci Roda
= Rp 28.000,-
Bensin
= Rp 62.000,-
Ban Bekas
= Rp 85.000,-
Flexi 2 buah
= Rp 400.000,-
Bensin
= Rp 25.000,-
Obat-obatan
= Rp 1.826.000,-
Bensin Mobil Relawan
= Rp 62.000,-
Obat-obatan
= Rp 313.000,-
Obat-obatan
= Rp 134.000,-
Obat-obatan
= Rp 313.000,-

= Rp 134.000,-
Obat-obatan
= Rp 1.437.000,-
Delivery macro-Belawan
= Rp 75.000,-
Logistik Panitia
= Rp 1.346.000,-
Logistik panitia
= Rp 875.000,-
Obat-obatan
= Rp 1.359.000,-
Obat-obatan
= Rp 1.588.000,-
Akomodasi 31 orang 5 hari di Kapal
= Rp 1.500.000,-
Truk II
= Rp 300.000,-
Truk I
= Rp 300.000,-
Makan malam 4 orang
= Rp 40.000,-
Telepon
= Rp 25.000,-
Tiket Kapal 31 orang
= Rp 210.000,-
Sarapan Panitia
= Rp 10.000,-
Kopi
= Rp 10.000,-
Bensin
= Rp 50.000,-
Parkir
= Rp 10.000,-
Parafin
= Rp 100.000,-
Kompor parafin
= Rp 20.000,-
Kaos kaki
= Rp 90.000,-
Couple 9 buah
= Rp 135.000,-
Penples 9 buah
= Rp 270.000,-
Topi 9 buah
= Rp 135.000,-
Sepatu TNI 9 stel
= Rp 990.000,-
Rangsel 3 buah
= Rp 255.000,-
Konsumsi jaga logistik
= Rp 10.000,-
Spanduk Qurban Aceh
= Rp 120.000,-
spanduk relawan
= Rp 250.000,-
Spanduk posko 2 buah
= Rp 100.000,-

Total Pengeluaran =
Rp 19.402.000,-

 
YAYASAN AL-SOFWA
Jl.Raya Lenteng Agung Barat No.35 PostCode:12810 Jakarta Selatan - Indonesia
Phone: 62-21-78836327. Fax: 62-21-78836326. e-mail: info @alsofwah.or.id | website: www.alsofwah.or.id | Member Info Al-Sofwa
Artikel yang dimuat di situs ini boleh di copy & diperbanyak dengan syarat tidak untuk komersil.