Tafsir Surat An-Naas
Kategori Al-Qur'an - Tafsir
Rabu, 3 Agustus 2005
06:52:53 WIB
TAFSIR SURAT AN-NAAS
Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Allah berfirman:
Artinya :
“Katakanlah : “Aku berlindung kepada Rabb manusia” [An-Naas : 1]
“Raja Manusia” [An-Naas : 2]
“Sembahan manusia” [An-Naas : 3]
“Dari kejahatan (bisikan) syetan yang biasa bersembunyi” [An-Naas : 4]
“Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam manusia” [An-Naas : 5]
“Dari jin dam manusia” [An-Naas : 6]
Mengenai “basmalah” telah berlalu penjelasannya
Allah berfirman :
“Artinya : Katakanlah : “Aku berlindung kepada Rabb (yang memelihara dan
menguasai) manusia” [An-Naas : 1]
Dia adalah Allah Azza wa Jalla. Dia adalah Rabb manusia dan yang lainnya. Rabb
manusia, malaikat, jin, langit, bumi, matahari, bulan dan Rabb segala sesuatu.
Tetapi pada surat ini, dikhususkan pada manusia.
“Maliki an-naas” yaitu Raja yang mempunyai kekuasaan yang tertinggi terhadap
manusia, kekuasaanNya sangat sempurna, Dia-lah Allah Azza wa Jalla.
“Ilaahi an-naas” adalah tuhan dan sembahan mereka. Sesembahan yang hak yaitu
yang dituhankan oleh hati, dicintai dan diagungkanNya, Dialah Allah Azza wa
Jalla.
“Dari kejahatan (bisikan) syetan yang biasa bersembunyi” [An-Naas : 4]
“Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam manusia” [An-Naas : 5]
“Dari jin dam maunusia” [An-Naas : 6]
Berkata para ulama : “al-waswas” ialah masdar (kata dasar) yang berarti isim
fa’il. Yaitu, “al-waswas” atau “al-waswasah”, maksudnya : apa yang terlintas
dalam hati berupa fikiran, sangkaan, khayalan, yang tidak ada kebenarannya.
“Al-khannaas” ialah yang memerpdayakan, mengganggu, yang pergi dan datang ketika
seseorang berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla, dia adalah syetan. Oleh karena
itu, jika adzan berkumandang syetan akan lari terkentut-kentut sehngga tidak
lagi terdengar adzan tersebut. Ia akan kembali jika adzan selesai. Dan akan
kembali lari jika mendengar iqamah. Jika iqamah selesai, ia akan kembali untuk
mengganggu orang yang sedang shalat. Ia akan katakan : ingatlah ini, ingatlah
ini. Orang itu terus diganggu sehingga ia tidak mengetahui berapa rakaat yang
telah ia kerjakan. [1] Oleh karena itu, terdapat dalam sebuah atsar.
“Artinya : Jika syaithan datang mengganggu maka segeralah kumandangkan adzan”
[2]
“Al-ghilan” ialah syetan yang dikhayalkan seorang musafir seolah-olah sesuatu
yang menakutkan, atau kedatangan musuh atau yang seumpamanya. Jika seseorang
takbir, syetan itu akan lari.
“Min al-jannati wa an-naas” was-was (bisikan) ini bisa dari jin ataupun dari
manusia. Adapun was-was yang datang dari jin, adalah hal yang nyata, sebab ia
mengalir di aliran darah manusia. Adapun was-was dari manusia yaitu dengan
membisikkan kepada orang lain suatu kejahatan dan menghiasinya, sehingga orang
itu menerima kejahatan tersebut, kemudian ia pun pergi meninggalkan orang
tersebut.
Ketiga surat ini (Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas) dibaca Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam ketika beliau hendak pergi keperaduan ; beliau menghembuskan
ke telapak tangannya kemudian mengusapkannya ke wajah dan anggota badannya yang
dapat ia usap, [3] dan terkadang beliau membacanya setiap selesai shalat fardhu.
[4]
Maka sudah sepantasnya bagi seorang insan melaksanakan sunnah ini dengan membaca
tiga surat tersebut pada tempat-tempat yang telah ditentukan oleh Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dengan ini, berakhirlah juz terkahir dari Al-Qur’an, yaitu juz An-Naba’.
Wallahu A’lam. Shalawat dan salam semoga terlimpah atas Nabi kita Muhammad dan
seluruh shabat beliau.
[Disalin dari kitab Tafsir Juz ‘Amma, edisi Indonesia Tafsir Juz ‘Amma, penulis
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, penerjemah Abu Ihsan Al-Atsari, penerbit
At-Tibyan – Solo]
________
Foot Note
[1]. Hadits riwayat Al-Bukhari dalam Kitab Adzan, bab : Fadhilah adzan, no. 607.
Muslim dalam kitab Shalat, bab ; Fadhilah adzan dan larinya syetan ketika
mendengarnya, no. 389, 83
[2]. Hadits riwayat Ahmad dalam Musnad, no. 14277
[3]. Hadits riwayat Al-Bukhari dalam kitab Fadhilah Al-Qur’an, bab : Fadhilah
Mu’awwidzaat, no. 5017
[4] Hadits riwayat Abu Daud dalam Kitab Witir, bab : Istighfar, no. 1523. An-Nasa’i
dalam Kitab As-Sahwi (lupa), bab : Perintah membaca Al-Mu’awwidzzat setelelah
salam, no. 1337. Al-Hakim I/253 dan ia menshahihkan hadits ini karena sesuai
dengan syarat Muslim
Sumber :
http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1513&bagian=0