6 Rukun Iman Agama Islam

Sebagaimana kita ketahui bahwasanya rukun Iman merupakan salah satu pondasi keimanan yang harus dimiliki setiap muslim. Ibaratnya kalau pondasi kuat maka bangun tidak akan mudah roboh. Untuk itu kita harus mengetahui apa itu rukun iman.  Kita sudah mengetahui bahwasanya rukun Islam itu ada 5 sedangkan iman ada 6. Bagaimana cara kita mengetahui Rukun Iman tersebut? Tentunya kita mengetahui hal tersebut dari Al-Quran dan hadits.  Iman itu terbagi menjadi beberapa tingkatan dalam Islam. Yang pertama iman yang diyakini oleh hati, kemudian  dilafazkan dengan lisan, dan diaplikasikan perbuatan. Iman berhubungan sekali dengan akhlak. Keadaan iman setiap muslim itu ada kalanya naik dan turun, bertambah dan berkurang. Bertambah karena ketaatan dan berkurang karena maksiat. Oleh karena itu setiap muslim seharusnya  selalu mengusahakan untuk taat dalam beribadah agar menghasilkan ketakwaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang kuat.

Bagaimana cara meningkatkan iman setiap muslim? Yaitu dengan memahami apa Rukun Iman itu tersebut. Sebagaimana kita ketahui rukun iman ada 6, pertama beriman kepada Allah, kedua beriman kepada malaikat Allah, beriman kepada kitab-kitab Allah, beriman kepada kepada rasul-rasul Allah, dan beriman kepada hari akhir dan pada takdir baik atau takdir yang buruk.

Adapun penjelasan apa itu iman dalam Islam diuraikan sebagai berikut:

1. Beriman kepada Allah

Wajib bagi setiap muslim untuk beriman kepada Allah yaitu mengakui rubbubiyah Allah, mengakui uluhiyah dan asma wa sifat Allah subhanahu wa ta”ala. Iman kepada Allah artinya kita mengakui bahwa sesungguhnya Allah adalah rabb yang harus di sembah dan diibadahi. Allah subhanahu wa ta’ala adalah pencipta alam semesta, pencipta bumi dan langit dan seluruh isinya. Oleh karena itu setiap muslim harus punya keyakinan bahwasannya Allah itu ada. Apabila kita tidak percaya adanya Allah dan tidak beribadah kepadanya, maka orang tersebut tersebut termasuk kafir.

Banyak sekali orang-orang yang ingin mencari keberadaan Tuhan. mereka memikirkan bagaimana bentuknya, wujudnya, dan kenapa Tuhan bisa ada, dan lain-lain. Dan semua itu tidak bisa dijangkau manusia dengan akal sepintar apapun. karena kita hanyalah manusia lemah yang tidak ada apa-apanya.

Dan para ulama menjelaskan tingkatan iman kepada Allah itu ada 3:

-Beriman kepada rubbubiyyah artinya adalah kita mengimani dan percaya bahwa Allah itu pencipta, dan dialah yang mengatur dan menguasai seluruh alam semesta dan juga isinya.

Sebagai muslim kita wajib untuk percaya bahwa Tuhan itu satu yaitu Allah subhanahu wa ta’ala. Dia-lah Allah sang kholik atau pengatur seluruh alam semesta ini . Berbeda dengan agama yang lain yang yakin dan percaya banyak Tuhan.

– Beriman kepada uluhiyyah Allah, artinya tidak ada Tuhan yang patut di sembah dan ibadahi selain subhanahu wa ta’ala saja. Oleh karena itu kita harus beribadah secara ikhlas hanya untuk apa saja. Seorang muslim itu tidak boleh menyembah selain Allah. Kadang kita menemukan ada seorang muslim yang masih menyembah pohon keramat, kuburan dan benda-benda tertentu. Dan sangat dilarang! Dan itu akan menyebabkan orang tersebut masuk ke perbuatan syirik besar. Karena telah menjadikan tandingan kepada Allah. Syirik adalah merupakan dosa yang sangat besar. Bisa mengeluarkannya seorang muslim dari Islam kalau dia tidak bertaubat sebelum adanya menjemput.

-Beriman kepada nama-nama dan sifat Allah/asma wa sifat. Pada tingkatan iman ini, kita harus yakin dan percaya nama-nama yang baik asmaul husna dan sifat sifat Allah yang ada. Dan nama-nama Allah subhanahu wa ta’alaa itu tak terbatas jumlahnya. Sudah mahsyur di masyarakat kita kalau asmaul husna itu ada 99. Seperti : Ar Rahman (Maha Pengasih), Ar Rahim (Maha Penyayang dan lain-lain)

2. Iman Kepada Malaikat Allah

Setelah kita beriman kepada Allah selanjutnya kita harus mengimani adanya malaikat Allah. malaikat terbuat dari cahaya. Dan jumlah Malaikat Allah sangatlah banyak, dan malaikat-malaikat tersebut mempunyai tugas masing-masing. Malaikat-malaikat yang sering kita dengar di antara lain adalah:

1.Malaikat Jibril.

Malaikat Jibril merupakan malaikat yang bertugas oleh Allah untuk menyampaikan wahyu dan pemberi peringatan kepada nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam. Malaikat Jibril juga disebut dengan sebutan ar Ruuh kadang juga disebut Ruuhul Qudus atau disebut Ruhul Amin.

Sebagaimana firman Allah pada surah an-nahl ayat 102 :

قُلْ نَزَّلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ مِنْ رَبِّكَ بِالْحَقِّ لِيُثَبِّتَ الَّذِينَ آمَنُوا وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ

“Katakanlah: “Ruuhul-Qudus (Jibriil) menurunkan Alquran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)” [QS. An-Nahl: 102].

2.Malaikat Mikail.

Malaikat Mikail merupakan malaikat yang bertugas mengatur hujan.

Sebagaimana Imam Ibnu Baz mengatakan,

ميكائيل ملك من الملائكة موكَّل بالقطر، بالمطر، وأما جبرائيل فهو الروح الأمين

Mikail adalah malaikat yang diperintahkan untuk mengatur hujan. Sementara Jibril adalah ar-Ruh al-Amin. (Fatawa Ibnu Baz, no. 1452)

referensi : konsultasisyariah.

Selain bertugas mengatur hujan. Tugas ada malaikat Mikail yang lainnya adalah sebagai musuh orang-orang kafir.

Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala pada surah al-baqarah ayat 98.

مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِلَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيلَ وَمِيكَالَ فَإِنَّ اللَّهَ عَدُوٌّ لِلْكَافِرِينَ

“Barang siapa yang menjadi musuh Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Rasul-Rasul-Nya, Jibriil dan Mikaiil, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir” [QS. Al-Baqarah: 98].

Kemudian tugas malaikat Mikail yang lainya adalah ketika terjadinya peristiwa perang Uhud. Ada sahabat yang melihat dua orang yang berpakaian putih dan keduanya berada di kanan dan kiri Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan salah satu dari orang berpakaian putih itu malaikat Mikalil. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Muslim.

شِمَالِهِ يَوْمَ أُحُدٍ رَجُلَيْنِ عَلَيْهِمَا ثِيَابُ بَيَاضٍ مَا رَأَيْتُهُمَا قَبْلُ وَلَا بَعْدُ يَعْنِي جِبْرِيلَ وَمِيكَائِيلَ عَلَيْهِمَا السَّلَام

Dari Sa’d, ia berkata: “Di hari terjadinya Perang Uhud, aku melihat dua orang berpakaian putih-putih. Masing-masing berada di kanan dan kiri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang aku tidak pernah melihat keduanya sebelum dan sesudah itu. Mereka ialah Jibriil dan Mikail ‘alaihimas-salaam” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2306].

referensi : abul-jauzaa

3 Malaikat Israfil.

Malaikat Israfil diberikan tugas oleh Allah subhanahu wa ta’ala untuk meniup sangkakala ketika hari kiamat. sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala pada surah An-Nahl ayat 87.

وَيَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ فَفَزِعَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ إِلا مَنْ شَاءَ اللَّهُ وَكُلٌّ أَتَوْهُ دَاخِرِينَ

“Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup Sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri” [QS. An-Naml: 87].

Ibnu Katsiir rahimahullah berkata:

يخبر تعالى عن هول يوم نفخة الفَزَع في الصُّور، وهو كما جاء في الحديث: “قرن ينفخ فيه”. وفي حديث(الصُّور) أن إسرافيل هو الذي ينفخ فيه بأمر الله تعالى، فينفخ فيه أولا نفخة الفزع ويطولها، وذلك في آخر عمر الدنيا، حين تقوم الساعة على شرار الناس من الأحياء، فيفزع مَنْ في السموات ومَنْ في الأرض { إِلا مَنْ شَاءَ اللَّهُ }……

“Allah ta’ala mengabarkan tentang keterkejutan manusia pada hari ditiupnya Sangkakala. Hal itu sebagaimana terdapat dalam sebuah hadis: ‘Sangkakala ditiup pada waktu itu’. Dan dalam hadis Sangkakala tersebut dinyatakan bahwa Israafiil-lah yang meniupnya dengan perintah Allah ta’ala. Tiupan pertama adalah tiupan yang mengejutkan, hingga cukup lama waktunya dan hal itu terjadi di akhir umur dunia ketika kiamat terjadi, menimpa manusia-manusia terburuk. Maka saat itu terkejutah penghuni langit dan bumi. ‘Kecuali siapa yang dikehendaki Allah’…..” [Tafsir Ibni Katsiir, 10/436; Muassasah Qurthubah, Cet. 1/1421].

referensi : abul-jauzaa

4. Malaikat Izrail.

Banyak beredar di kalangan masyarakat kita bahwasannya Malaikat Izrail bertugas untuk mencabut nyawa. Akan tetapi kita tidak menemukan dalil yang kuat tentang hal itu. Yang ada Malaikat yang bertugas untuk cabut nyawa dilihat dari segi dalil-dalil Alquran dan hadits shahih ada malaikat bernama Malaikat Maut. Sebagaimana firman Allah dalam Al Quran surah As Sajadah ayat 11:

قُلْ يَتَوَفَّاكُمْ مَلَكُ الْمَوْتِ الَّذِي وُكِّلَ بِكُمْ ثُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ

Katakanlah: “Malaikat Maut yang diserahi untuk mencabut nyawa kalian, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan.” (QS. as-Sajdah: 11).

Ada pula dalil Quran dan hadis yang menyatakan bahwa malaikat pencabut nyawa adalah malaikat Maut sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ketika menceritakan proses suatu kejadian kematian seseorang hamba yang beriman. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

ثُمَّ يَجِىءُ مَلَكُ الْمَوْتِ عَلَيْهِ السَّلاَمُ حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَيَقُولُ أَيَّتُهَا النَّفْسُ الطَّيِّبَةُ اخْرُجِى إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ

Kemudian datanglah Malaikat maut ‘alaihis salam. Dia duduk di samping kepalanya, dan mengatakan, “Wahai jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan Allah dan ridha-Nya.” (HR. Ahmad 18543, Abu Daud 4753, dishahihkan Syuaib Al-Arnauth).

referensi : abul-juzaa

Jadi dari dua dalil ini yakni Al Quran dan hadits tidak ada dalil yang menyatakan bahwasannya Malaikat Izrail adalah malaikat yang bertugas sebagai pencabut nyawa. Jadi Malaikat yang bertugas untuk mencabut nyawa adalah Malaikat Maut.

5.Malaikat Malik.

Malaikat Malik adalah malaikat yang diberi tugas oleh Allah subhanahu wa ta’ala sebagai malaikat penjaga Neraka. sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala surat az-zukhruf ayat 77,

وَنَادَوْا يَا مَالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنَا رَبُّكَ قَالَ إِنَّكُمْ مَاكِثُونَ

“Mereka berseru: ‘Hai Maalik, biarlah Tuhanmu membunuh kami saja’. Dia menjawab: ‘Kamu akan tetap tinggal (di Neraka ini)” [QS. Az-Zukhruf: 77].

Dan terdapat juga dalil dari hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari yang menyatakan bahwasanya Malaikat Malik malaikat neraka. Dan berikut dalilnya:

عَنْ سَمُرَةَ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَيْتُ اللَّيْلَةَ رَجُلَيْنِ أَتَيَانِي قَالَا الَّذِي يُوقِدُ النَّارَ مَالِكٌ خَازِنُ النَّارِ وَأَنَا جِبْرِيلُ وَهَذَا مِيكَائِيلُ

Dari Samurah, ia berkata: Telah bersabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam: “Aku bermimpi pada suatu malam, ada dua laki-laki yang datang kepadaku. Keduanya berkata: ‘Malaikat yang menyalakan api adalah Maalik sebagai penunggu Neraka, sedangkan aku adalah Jibriil dan ini Miikaa’iil” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 3236].

6. Malaikat Ridwan.

Malaikat Ridwan adalah malaikat yang bertugas untuk menjaga Surga.

Ibnu Katsiir rahimahullah berkata:

وخازن الجنة ملك يقال له رضوان، جاء مصرحا به في بعض الأحاديث

“Dan penjaga Surga adalah malaikat yang bernama Ridlwaan. Telah ada penjelasannya dalam beberapa hadis” [Al-Bidaayah wan-Nihaayah, 1/53, Maktabah Al-Ma’aarif, Cet. 1/1394].

Akan tetapi, beberapa peneliti (Muhaqqiq) mengatakan nama ini tidak tsabt dalam Alquran maupun As-Sunnah. Wallaahu a’lam.

referensi : abul-jauzaa

7. Malaikat Zabaniah.

Malaikat Zabaniah adalah malaikat Adzab sebagaimana ada dalam kitab tafsir Ibnu Katsir yang menafsirkan surah Al-Alaq ayat 17 -18.

Allah ta’ala berfirman:

فَلْيَدْعُ نَادِيَهُ * سَنَدْعُ الزَّبَانِيَةَ * كَلا لا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ

“Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya), kelak Kami akan memanggil malaikat Zabaniyah.” [QS. Al-‘Alaq: 17-18].

Ibnu Katsir menjelaskan:

وهم ملائكة العذاب، حتى يعلم من يغلبُ: أحزبُنا أو حزبه

Malaikat Zabaniyah adalah malaikat adzab. (Biarlah mereka memanggil gologannya, kami akan memanggil Zabaniyah), sehingga dia tahu, siapa yang akan menang. Kelompok kami atau kelompoknya. (Tafsir Ibn Katsir, 8/438).

عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا { سَنَدْعُ الزَّبَانِيَةَ } قَالَ قَالَ أَبُو جَهْلٍ لَئِنْ رَأَيْتُ مُحَمَّدًا يُصَلِّي لَأَطَأَنَّ عَلَى عُنُقِهِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ فَعَلَ لَأَخَذَتْهُ الْمَلَائِكَةُ عِيَانًا

Dari ‘Ikrimah, dari Ibnu Abbaas radliyallaahu ‘anhumaa tentang ayat: ‘Kami akan memanggil malaikat Zabaaniyah’ (QS. Al-‘Alaq 18), ia berkata: “Abu Jahl berkata: ‘Apabila aku melihat Muhammad sedang melakukan sholat, niscaya akan aku injak lehernya’. Kemudian Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam berkata: ‘Seandainya ia melakukannya, niscaya para Malaikat akan menyambarnya dengan jelas” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 3348; dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan At-Tirmidziy 3/373, Maktabah Al-Ma’aarif, Cet. 1/1420].

referensi : abul-jauzaa

8. Malaikat Munkar dan Nakir.

Malaikat Munkar dan Nakir adalah malaikat yang bertugas untuk berikan nikmat dan adzab didalam kubur. apabila Apabila seseorang hamba ditanya dan dia bisa menjawab maka kedua malaikat itu melapangkan kuburnya seluas 70 hasta dikali 70 hasta dan diterangi kuburnya. Adapun orang kafir maka mereka akan dihimpit hingga jasadnya hancur lebur dan kemudian mereka diadzab di dalamnya kemudian dibangkitkan dari tempat tidurnya.

Sebagaimana hadits dari shahih sunan At-Tirmidzi dihasankan oleh Syaikh Albaniy:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قُبِرَ الْمَيِّتُ أَوْ قَالَ أَحَدُكُمْ أَتَاهُ مَلَكَانِ أَسْوَدَانِ أَزْرَقَانِ يُقَالُ لِأَحَدِهِمَا الْمُنْكَرُ وَالْآخَرُ النَّكِيرُ فَيَقُولَانِ مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ فَيَقُولُ مَا كَانَ يَقُولُ هُوَ عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ فَيَقُولَانِ قَدْ كُنَّا نَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُولُ هَذَا ثُمَّ يُفْسَحُ لَهُ فِي قَبْرِهِ سَبْعُونَ ذِرَاعًا فِي سَبْعِينَ ثُمَّ يُنَوَّرُ لَهُ فِيهِ ثُمَّ يُقَالُ لَهُ نَمْ فَيَقُولُ أَرْجِعُ إِلَى أَهْلِي فَأُخْبِرُهُمْ فَيَقُولَانِ نَمْ كَنَوْمَةِ الْعَرُوسِ الَّذِي لَا يُوقِظُهُ إِلَّا أَحَبُّ أَهْلِهِ إِلَيْهِ حَتَّى يَبْعَثَهُ اللَّهُ مِنْ مَضْجَعِهِ ذَلِكَ وَإِنْ كَانَ مُنَافِقًا قَالَ سَمِعْتُ النَّاسَ يَقُولُونَ فَقُلْتُ مِثْلَهُ لَا أَدْرِي فَيَقُولَانِ قَدْ كُنَّا نَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُولُ ذَلِكَ فَيُقَالُ لِلْأَرْضِ الْتَئِمِي عَلَيْهِ فَتَلْتَئِمُ عَلَيْهِ فَتَخْتَلِفُ فِيهَا أَضْلَاعُهُ فَلَا يَزَالُ فِيهَا مُعَذَّبًا حَتَّى يَبْعَثَهُ اللَّهُ مِنْ مَضْجَعِهِ ذَلِكَ

Dari Abu Hurairah, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam: “Jika salah seorang dari kalian dikuburkan, maka akan datang kepadanya dua malaikat yang hitam dan kedua mata mereka biru. Salah satunya bernama Munkar dan yang lainnya bernama Nakiir. Keduanya bertanya: ‘Apakah pendapatmu mengenai lelaki ini?’. Lalu dia menjawab sebagaimana yang pernah dikatakan dahulu: ‘Dia adalah hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya’. Keduanya berkata: ‘Kami sudah mengetahui bahwa kamu akan mengucapkan demikian’. Kemudian kuburnya dilapangkan seluas tujuh puluh hasta dikali tujuh puluh hasta. Lalu diterangi dan dikatakan kepadanya: ‘Tidurlah’. Dia berkata: ‘Biarkanlah aku kembali kepada keluargaku untuk mengabarkan kepada mereka’. Keduanya berkata: ‘Tidurlah seperti pengantin yang tidak dibangunkan kecuali oleh orang yang paling dia cintai’. Hingga Allah membangkitkannya dari tempat tidurnya. Adapun seorang munafik berkata: ‘Aku hanya mendengar orang-orang mengatakannya, lalu aku ikut mengatakannya. Aku tidak tahu’. Keduanya berkata: ‘Kami sudah tahu, bahwa kamu akan mengatakan demikian’. Lalu dikatakan kepada bumi: ‘Himpitlah dia !’. Lantas bumi menghimpitnya hingga persendiannya hancur. Dan dia terus di adzab di dalamnya hingga Allah membangkitkan dari tempat tidurnya” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 1071; dihasankan oleh Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan At-Tirmidziy 1/544].

referensi : abul-jauzaa

9. Malaikat Harut dan Marut.

Allah ta’ala berfirman:

وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلا تَكْفُرْ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلا يَنْفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ خَلاقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا

“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Haaruut dan Maaruut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan: ‘Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir’. Maka mereka memelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudarat dengan sihirnya kepada seorang pun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka memelajari sesuatu yang memberi mudarat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui” [QS. Al-Baqarah: 102].

10.Malaikat Raqib dan Atid.

Beredar bahwasannya Malaikat Raqib dan Atid itu mempunyai tugas untuk mencatat amal perbuatan setiap orang. Malaikat Raqib bertugas untuk catat amal baik. Sedangkan Malaikat Atid bertugas mencatat amal pebuatan yang buruk. Ada sebagian ulama yang menyatakan bahwasanya menamai malaikat yang bernama Raqib dan Atid bersandar pada ayat surat Al Qaf ayat 17-18, yang berbunyi:

إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ * مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

“(Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Raqiib ‘Atiid (malaikat pengawas yang selalu hadir)” [QS. Qaaf: 17-18].

Akan tetapi itu tidak benar, ada penjelasan bahwasanya Roqib dan Atid itu merupakan sifat bagi 2 Malaikat yang mencatat amal dan selalu hadir dan menyaksikan apa-apa yang manusia perbuat dalam kehidupannya.

3. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah

Iman yang ketiga adalah beriman kepada Kitab-Kitab Allah. Setelah kita beriman kepada Allah pada malaikat Allah maka iman yang berikutnya adalah beriman kepada kitab-kitab Allah. Allah menurunkan kitabnya kepada para nabi. Umat Islam wajib beriman adanya kitab Yang Allah turunkan kepada nabinya. kitab-kitab yang diturunkan diantaranya adalah:

1.Taurat

Kitab Taurat merupakan kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Musa alaihissalam. Kitab Taurat diturunkan kepada bani israel. Kitab ini merupakan kitab yang mulia yang isinya mencakup cahaya dan petunjuk. bagaimana Allah subhanu ta’ala berfirman isi surat Al-Maidah ayat 44:

artinya: “Sesungguhnya kami Telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi)….” (QS. Al-Maidah: 44).

Dan Taurat yang ada pada hari ini atau bisa disebut juga dengan kitab perjanjian lama, jadi Taurat yang sekarang sudah tidak asli lagi. Karena sudah banyak yang diubah oleh ulama Yahudi.

Sebagaimana firman Allah subhana wa ta’ala:

“Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka Kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan Kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 79).

2.Zabur.

Kitab Zabur adalah kitab suci diturunkan Allah kepada nabi Daud alaihissalam untuk untuk kaum Bani Israil. Kitab Zabur berbeda dengan kitab-kitab yang lainnya. kitab ini hanya berisi doa, wirid dan pujian kepada Allah. jadi di dalamnya tidak ada jangan tentang hukum-hukum syariat seperti halal dan haram, kewajiban-kewajiban dan hukuman.

Sebagaimana keretangan Imam Qatadah, ketika menafsirkan surat An Nisa: 163, beliau mengatakan, Kami (para tabi’in) menyatakan bahwa Zabur hanya berisi do’a yang Allah ajarkan kepada Daud, pujian dan pengagungan untuk Allah ta’ala. Tidak memuat tentang halal dan haram, kewajiban-kewajiban, dan hukuman.

referensi : yufida.com

Jadi syariat dan hukum yang dipakai oleh nabi Daud adalah syariat yang berasal dari kitab Taurat. Jadi syariat yang digunakan Nabi Daud sama dengan syariat yang digunakan Nabi Musa alaihissalam.

3.Injil.

kitab Injil adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Isa ‘alaihissalam untuk kaum Nasrani. kitab ini diturunkan oleh Allah kepada Nabi Isa sebagai penyempurna kitab Taurat. Dan kitab Injil berisi tentang syariat, petunjuk, pembeda antara haq dan bathil, yang menyeru kepada tauhid hanya beribadah kepada Allah semata.

Taurat sekarang bukanlah Taurat yang asli yang diturunkan kepada Nabi Musa. Begitu pula dengan Injil yang sekarang. Karena Injil yang sekarang berbeda dengan apa yang diterima oleh nabi Isa aihissalam.

4.Al Quran.

Al Quran adalah kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam kepada seluruh umat manusia. Alquran adalah pedoman muslim dan menjadi rahmat seluruh alam. Al-Quran merupakan firman Allah yang diberikan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam secara langsung jadi tidak ada keraguan didalamnya. Dan selayaknya bagi umat Islam untuk mempelajari dan mengamalkan apa yang ada dalam Al-Quran.

Al Quran diturunkan Allah melalui perantara malaikat Jibril kepada nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Al Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur. Dan dibukukan pada zaman khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu bukan di zaman khalifah Utsman bin Affan radhiyallau ‘anhu.

Wajib bagi setiap muslim untuk mempelajari Al Quran karena Al-Quran merupakan pedoman atau petunjuk untuk umat Islam dalam menjalani kehidupan agar selamat dunia dan akhirat.

4. Iman Kepada Rasul-Rasul Allah

Dan rukun iman yang ke-empat adalah iman kepada rasul-rasul Allah. Rasul menurut bahasa artinya utusan. Jadi Rasul adalah utusan Allah yang mendapatkan wahyu yang bertugas untuk menyampaikan, pemberi peringatan dan apa apa yang Allah perintahkan. Semua rasul pasti nabi tapi nabi belum tentu seorang rasul.

Jumlah nabi yang diutus oleh Allah sangatlah banyak. Sebagaimana hadits shahih yang dishahihkan oleh Syeikh Albani berikut ini:

Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, beliau pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, berapakah jumlah rasul?” Beliau menjawab:

ثلاثمائة وبضعة عشر جمّاً غفيرا

“Sekitar tiga ratus belasan orang. Banyak sekali.” (HR. Baihaqi dalam Syu’abul Iman no. 129 dan dishahihkan al-Albani dalam al–Misykah 5737).

Dalam riwayat lain ditegaskan: “315 orang.”

Kemudian dalam riwayat Abu Umamah, bahwa Abu Dzar bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Berapa jumlah persis para nabi.” Beliau menjawab:

مِائَةُ أَلْفٍ وَأَرْبَعَةٌ وَعِشْرُونَ أَلْفًا الرُّسُلُ مِنْ ذَلِكَ ثَلَاثُ مِائَةٍ وَخَمْسَةَ عَشَرَ جَمًّا غَفِيرًا

“Jumlah para nabi 124.000 orang, 315 diantara mereka adalah rasul. Banyak sekali.” (HR. Ahmad no. 22288 dan sanadnya dinilai shahih oleh al-Albani dalam al–Misykah).

referensi : konsultasisyariah

5.Iman Kepada Hari Akhir

Kelima adalah beriman kepada hari akhir, kita wajib untuk percaya adanya hari akhir itu. Hari akhir atau disebut juga hari kiamat. dimana ketika hari kiamat datang seluruh alam semesta hancur kemudian manusia dibangkitkan kembali untuk pertanggung jawabannya.

Ciri-ciri datangnya hari akhir atau hari kiamat.

“Tanda-tanda kiamat kubra itu sebagiannya datang secara beruntun dan dapat diketahui, dan sebagaian yang lain tidak beruntun dan tidak diketahui runtutannya. Di antara yang datang secara beruntun adalah turunnya Nabi Isa putra Maryam dan keluarnya Ya’juj dan Ma’juj serta Dajjal. Dajjal dibangkitkan, kemudian Nabi Isa ‘alaissalaam turun untuk membunuhnya, keluarnya Ya’juj dan Ma’juj.

As-Safaraini rahimahullah dalam kitab akidahnya menyusun urutan-urutan tanda-tanda kiamat. Sebagian urutan yang disusunnya ini cukup memuaskan (bisa diterima), namun sebagian lainnya tidak.

Masalah urutan itu tidak terlalu penting bagi kita, tetapi yang penting adalah bahwa kiamat itu memiliki tanda-tanda yang luar biasa. Jika tanda-tanda tersebut telah muncul, maka kiamat benar-benar telah dekat. Allah Subhanahu wa Ta’ala membuat tanda-tanda bagi tibanya kiamat itu karena kiamat merupakan kejadian di saat manusia perlu diingatkan akan kejadiannya yang telah dekat.

Kita tidak tahu, apakah binatang-binatang itu merasakan tanda-tanda kiamat tersebut atau tidak. Namun yang pasti, binatang-binatang itu juga dibangkitkan pada hari kiamat dan jua dikumpulkan, kemudian satu sama lainnya saling mengqisas.

Sumber: Soal-Jawab Masalah Iman dan Tauhid, Syekh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Pustaka at-Tibyan, 2002

referensi : konsultasisyaria’ah

6.Beriman Kepada Qadar dan Qadar

Yang terakhir adalah beriman kepada qada dan qadar atau takdir baik dan buruk. Seorang muslim wajib beriman kepada Takdir ini. Dengan beriman kepada kepada qada dan qadar akan membantu seorang muslim dalam urusan agamanya di dunia.

Hikmah beriman kepada qada dan qadar adalah:

– Menjadikan seseorang pandai bersyukur dan bersabar. ketika seorang muslim ditimpa takdir baik maka ia bersyukur. Sedangkan apabila seorang muslim ditimpa takdir buruk maka dia bersabar.

– Menjauhkan diri kita dari sifat sombong dan putus asa. Seseorang yang sudah yakin adanya qada dan qadar maka Ia akan menjauhi rasa sombong. Karena kita tahu apa yang kita miliki berasal dari Allah. Jadi tidak sepatutnya menjadikan kita sombong dan tentunya kita tidak akan menjadi orang yang putus asa.

– Menjadikan diri seorang yang optimis dalam menghadapi hidup. Dikarenakan kita sudah yakin dengan qada dan qadar dapat membuat kita menjadi pribadi yang kuat dan tidak suka mengeluh dengan keadaan yang tidak mengenakan.